Mami baru hendak mengomel lagi ketika tiba-tiba pintu kamar inap dibuka dengan sedikit kasar membuat ketiga orang di ruangan itu menolehkan kepalanya.

Daffa terdiam di tempatnya ketika melihat Dila yang duduk di tepi ranjang, sedangkan kedua orangtua Dila menatap Daffa dengan wajah kaget.

"Abaaang.. Dila kecelakaan pas muncak, sekarang dia di rumah sakit, kondisinya kritis."

Ucapan Freya terngiang dalam benak Daffa. Dan yang dia temukan malah gadisnya sedang menatapnya dan menurunkan tissu dari hidungnya.

Sialan Freya! Medusa itu menipunya.

"Selamat malam, Ndan!" Daffa segera memberi hormat pada Papi Dila.

"Malam, sini masuk Daffa," ucap Papi melangkah mendekati Daffa. Daffa melangkah masuk dan pandangannya beradu dengan Dila yang juga menatapnya tetapi kemudian gadis itu melengos malas.

"Kebetulan kamu di sini, jagain Dila dulu ya Daf, Mami sama Papi mau balik sebentar buat bersih-bersih," ucap Mami.

Tadi saat mendengar Dila kecelakaan, Papi dan Mami yang masih berada di Banten langsung kembali ke Jakarta, lalu Papi menghubungi Panji  untuk merujuk Dila ke RSPAD. Bukan perkara sulit bagi Panji, kebetulan dia memiliki teman di Rumah Sakit tempat Dila ditangani.

"Papi sama Mami pulang dulu ya sebentar, selesaikan masalah kalian," ucap Papi kemudian mengusap puncak kepala Dila yang tertutup jilbab lalu kedua orang tua Dila meninggalkan Dila dan Daffa.

"Adek--"

Belum selesai Daffa bicara, Dila sudah berbaring membelakangi Daffa. Dia malas mendengar suara lelaki itu.

🏵🏵🏵

Tiga puluh menit dalam keheningan, Dila berusaha untuk tidur tetapi sialnya dia tidak bisa menahan diri lagi.

Bangke, ngapain kebelet pipis sekarang sih?!

Dila menolak untuk dipasangkan keteter, rasanya tidak nyaman, lagi pula dia masih bisa ke toilet walaupun sedikit sulit. Dila membuka matanya lalu dia menolehkan kepalanya, melihat pergerakan dari Dila membuat Daffa memusatkan perhatiannya pada gadis itu.

"Adek mau ke toilet?" tanya Daffa yang tentu saja tidak ditanggapi Dila. Daffa melangkah mendekati Dila membuat Dila mengambil kruk nya dengan panik lalu saat melompat turun.

"Aww!" pekik Dila. Daffa segera menahan tubuh Dila. Dalam hatinya Dila merutuk. Karena tidak ingin dibantu Daffa dia malah bertindak ceroboh.

"Hati-hati, ayo saya antar adek ke toilet," ucap Daffa hendak menuntun Dila tetapi gadis itu menggerakkan tubuhnya dengan tidak nyaman seolah menolak ucapan Daffa.

Daffa menghela napas dan melepaskan pegangannya di pundak dan pinggang Dila. Dila segera menjauh. Dengan langkah pelan, Dila berjalan menuju toilet dibantu kruk nya dengan  langkah hati-hati karena dia juga memegang botol infusnya.

Sekembalinya Dila dari toilet, Daffa segera membantu Dila untuk naik ke ranjangnya. Untunglah gadisnya itu tidak menolak walau masih enggan menatap dan membuka suara padanya.

"Mau minum gak?" tanya Daffa yang lagi-lagi tidak ditanggapi Dila.

Daffa memperbaiki posisi selimut Dila lalu mengusap singkat tangan Dila yang bebas dari infus.

"Good night adek, lekas pulih," ucap Daffa lalu dia berbalik kembali duduk di sofa, sedangkan Dila menahan diri mati-matian untuk tetap bungkam.

Ponsel Daffa berdering, memecah keheningan mereka. Dila menatap Daffa, pria itu merogoh ponselnya lalu berdiri dan menjauh, sekilas Dila menangkap senyum terukir di bibir Daffa sebelum dia keluar dari kamar inap Dila.

ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang