Yugata kembali menutup tirai yang baru ia buka sedikit karena sinar matahari yang masuk ke ruangan. Yugata mengerjapkan matanya mencoba membiasakan diri dengan cahaya itu untuk melihat keadaan sekitarnya.
Ia benar-benar tidak mengenali pemandangan yang sekarang ia lihat. Padang rumput luas menghampar di bawahnya, dikelilingi oleh pohon-pohon yang sepertinya menuju ke sebuah hutan yang juga tidak Yugata kenali.
Yugata lalu merasa tato ANBU nya terbakar, tanda bahwa ia dipanggil. Kali ini ia tahu bukan komandannya yang memanggil melainkin Sang Hokage langsung yang memanggilnya. Yugata ragu-ragu ingin keluar dari kamar itu karena pakaiannya yang ia rasa terlalu terbuka, karena panjang gaun tidur itu yang hanya menutupi lututnya dan bagian atas dadanya yang terlihat.
Ia lalu melihat house robe berwarna ungu yang ditaruh di sofa bagian depan tempat tidur yang ia tidur tadi. Ia bergegas mengenakannya dan menuju pintu besar yang ia yakin adalah pintu keluar dari kamar itu.
Lorong yang Yugata lihat saat keluar dari kamar itu tidak lagi mengejutkannya. lorong itu lebar dengan cat broken white dan lilin-lilin seperti di kamar yang berada di dinding lorong. Yugata menajamkan indranya, mendeteksi jika ada orang di dekatnya. Ia merasakan pergerakan di lantai bawah.
Yugata berjalan cepat menuju tangga besar melingkar yang berada di sebelah kirinya. Saat sampai di lantai bawah, ia kembali terpesona dengan kemegahan tempat itu. Namun ia harus segera kembali ke Konoha.
Yugata lalu langsung menuju ruangan yang ia rasa ditempati beberapa orang. Sebelum membuka pintu menuju ruangan itu, Yugata merapihkan kembali pakaian yang sebenarnya tidak layak dipakai untuk menemui seseorang. Merasa sudah maksimal, Yugata membuka pintu itu.
Dua pria yang berada di dalam ruang kerja manor itu serempak memandang Yugata. "good day, sirs," Yugata menyapa kedua pria itu, perlahan memasuki ruangan dengan meja kerja berwarna hitam.
"ah.. nona Sparrow, aku sudah menanti untuk bertemu denganmu," sambil menaruh cangkir di meja depan sofa panjang berwarna biru dongker itu seorang pria berjanggut putih panjang berdiri dan tersenyum.
Mendengar nama keluarga ibu nya disebut, Yugata menatap pria tua tadi dan pria lain dengan rambut, pakaian dan jubah serba hitam dengan curiga secara bergantian. "siapa kalian?".
"akhirnya kau bangun Yugata," terdengar lagi suara seorang pria yang bukan berasal dari pria berambut hitam itu.
Yugata terkejut mengetahui suara itu berasal dari sebuah lukisan seorang pria yang berada di balik meja kerja. Berhasil mempertahankan raut wajah seriusnya, Yugata berkata, "bagaimana kau tahu namaku?".
'Raka, ini sepertinya waktu yang tepat untuk membebaskan ku dari genjutsu' Yugata berkata pada Raka. 'kau tidak dalam genjutsu Yugata' jawabnya masih memejamkan mata. 'kau itu penyihir' lanjutnya santai. 'apa?' Yugata meneriaki Raka dalam alam bawah sadarnya namun serigala bebulu abu-abu itu tidak menggubris.
Yugata kali ini tidak bisa mempertahankan raut wajahnya, jelas sekali kalau ia terlihat bingung. 'kan sudah kubilang kau akan mendengar berita besar' hanya itu kata-kata yang dikeluarkan Raka.
Pria tua itu masih tersenyum dengan mata yang mengkilap dibalik kaca mata berbentuk bulan sabit separo nya itu. "duduk lah, aku akan memperkenalkan diriku," katanya menunjuk sofa single yang berada di sebelah kanan sofa panjang yang ia duduki. "kau juga Severus," lanjutnya memandang pria serba hitam dengan hidung bengkoknya itu.
Yugata berjalan menuju sofa yang ditunjuk sambil tidak berhenti memandang lukisan pria dengan rambut coklat lurus itu, ia merasa pernah melihatnya sebelumnya. Yugata saat ini melupakan rasa panas yang membakar lengan sebelah kanannya.
"kakek Edward?" ucap Yugata ragu-ragu. Ia ingat pernah melihat lukisan serupa di rumah milik keluarga Sparrow, keluarga ibunya. Senyum pria di lukisan itu semakin lebar, "kau mengenalku ternyata." Ucapnya.
Hal ini semakin membuat Yugata bingung. "Bery," seru kakek Edward, yang disusul dengan kemunculan makhluk seperti kelelawar bermata biru yang menonjol besar. "waahh nona Yugata sudah sadar," serunya dengan suara serak melengking.
"Bery tadi sangat khawatir nona, saat Dory menemukan anda di pinggir danau," lanjutnya sambil berjingkrakan. Yugata yang bingung hanya mengangguk dan tersenyum linglung.
"Bery, kau tidak menawarkannya minum?" makhluk bernama Bery itu langsung terlihat merasa bersalah dan berjalan cepat menuju tempat Yugata duduk. "ampuunn.. maafkan Bery nona, Bery terlalu senang," katanya memegang tangan Yugata sambil berlutut di hadapannya.
Yugata menatap kedua pria yang juga menyaksikan adegan yang menurut Yugata aneh ini. "tidak apa-apa Bery, kalau boleh aku ingin minum air putih hangat," jawab Yugata ragu-ragu.
"tentu boleh nona," jawab Bery berdiri. "Bery akan segera kembali," lanjutnya dan langsung meghilang, mengagetkan Yugata.
Ruangan itu kembali hening. Yugata merasa telanjang karena ia hanya memakai pakaian tidur sedangkan kedua pria di hadapannya memakai baju panjang lengkap dengan jubah.
Dengan suar pop keras Bery kembali muncul dengan segelas air hangat yang ia letakan di meja di hadapan Yugata. "terima kasih Bery," ucap Yugata mengambil segelas air itu lalu meminumnya. Ia baru sadar kalau dia haus.
Mendengar ucapan terima kasih Yugata, Bery terlihat senang. "apa nona membutuhkan hal lain?" ujarnya. "tidak Bery, terima kasih," jawab Yugata menaruh gelasnya yang sudah kosong.
"baiklah, jika perlu sesuatu nona panggil saja Bery," ucapnya. "baiklah," jawab Yugata mengacungkan jempol kirinya. Bery lalu kembali menghilang.
"peri rumah," ucap kakek buyutnya dari dalam lukisan menjawab pertanyaan Yugata. Yugata hanya mengangguk masih memproses semuanya.
"pasti membingungkan ya," pria dengan baju panjang berwarna ungu berpola aneh itu berkata. "ah iya, aku ke sini untuk membawa berita," lanjutnya.
"sebelumnya perkenalkan, aku Professor Dumbledore, kepala sekolah Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry," katanya masih mempertahankan senyumnya yang dibalas senyuman oleh Yugata. Hogwarts? Wizard? Witch? Apa ini sungguhan? Yugata bertanya dalam hati karena masih ditinggal diam oleh Raka.
"di sampingku adalah Professor Severus Snape, mengajar ilmu ramuan di Hogwarts," lanjutnya. Pria bernama Severus Snape itu menatap tajam Yugata. Yang ditatap hanya menatap balik dengan ekspresi datar.
"aku kemari untuk mengantarkan surat penerimaan mu di Hogwarts," sambungnnya sambil mengeluarkan sepucuk surat dan memberikannya pada Yugata.
Hayashi, Yugata
Master Bedroom
Sparrow Manor
South West Forrest
Begitu alamat yang tertulis di surat yang kini digenggam Yugata. 'Yugata, percaya dengan semua yang akan mereka katakan, kau tidak dalam pengaruh genjutsu, juga tidak sedang dijebak oleh roguenin' kata Raka yang sekarang membuka matanya dan menegakkan kepalanya dalam posisi duduk.
Yugata kembali fokus pada Dumbledore yang menatapnya hangat. "kau seorang penyihir, Yugata,"
Yugata hanya diam menunggu lanjutan Si Kepala Sekolah. "kau diterima masuk di Hogwarts," lanjutnya yang tidak menjawab banyak pertanyaan di kepala Yugata.
"aku belum pernah mendengar sekolah bernama Hogwarts," kata Yugata dengan nada bicara datar, mengaktifkan mode ANBU nya, membuat kedua pria yang duduk bersamanya terkejut mendengar suaranya yang dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Shinobi and The Half Blood Prince
FanfictionYugata Hayashi, anggota ANBU berusia 11 tahun terbangun di dunia yang tidak pernah dia ketahui keberadaannya. Menepati janji leluhurnya sebelum pergi meninggalkan dunia sihir. Menyatukan dua dunia yang saling bertolak belakang ketika harus berada da...
Chapter 4: I'm a what?
Mulai dari awal