Tangan Alyena menyentuh gagang pintu yang dingin, lalu menekannya dengan perlahan, membuat pintu sedikit terdorong. Suara lonceng akibat gerakan pintu, mengagetkan Alyena untuk sesaat.

Alyena dan Grace memasuki toko buku yang ramai. Alyena mengedarkan pandangannya, terlihat banyak sekali gadis-gadis dan wanita yang sedang melihat-lihat buku. Ada juga beberapa lelaki yang membaca buku di pojok ruangan.

Alyena berjalan melewati para wanita itu, ia berjalan menuju salah satu rak buku. Alyena sudah berhenti di depan rak buku tentang novel romansa yang tak terhitung jumlahnya. Saat hendak mengambil salah sat buku, tangannya terhenti oleh seseorang,

“Nona, buku cerita bergambar berada di lantai dua, mau saya antarkan?” Celetuk seorang wanita dari belakang, dari pakaiannya, wanita ini terlihat seperti seorang pegawai.

Alyena menggelengkan kepalanya, “Tidak pelu,” Jawab Alyena singkat. Wanita tadi kembali tersenyum dan berjalan menjauh.

“Anda ingin membeli novel, nona?” Tanya Grace, dengan wajah penuh tanda tanya. Alyena mengangguk lalu beralih memandang rak buku yang dipenuhi oleh novel dengan sampul yang berwarna-warni.

Alyena mengambil beberapa buku yang dianggapnya menarik. ‘Mencintaimu’, ‘Hati yang Tersakiti’, ‘Pangeran Bertopeng’, dan masih banyak lagi.

“Tunggu. ‘Our Cildhood’, Bahasa Inggris?” Gumam Alyena bingung. Ia membolak-balikkan novel tersebut, ada beberapa kata yang menggunakan bahasa inggris.

“Benar juga, bahasa Inggris memang ada, tapi sebagai bahasa Suci. Karena tidak banyak orang yang mengerti bahasa ini, itulah mengapa dipanggil bahasa Suci.” Alyena menahan tawa.

Saat menjadi Agatha, ia menguasa beberapa bahasa, seperti bahasa Inggris, bahasa Jepang dan juga Bahasa China. Mungkin saja, Alyena akan dianggap jenius karena ia mahir dalam bahasa Suci di dunia ini.

“Ayo Grace, kita bayar,” Sahut Alyena. Ia berjalan menuju tempat pembayaran, beberapa orang mengantre dan berebut tempat. Grace memegang bahu Alyena untuk menghentikkannya.

“Nona, tempat Bangsawan berada di sana.” Grace menunjuk ketempat pembayaran yang sangat sepi, hanya ada satu orang lelaki yang membayar sebuah buku kemudian pergi.

“Oh, iya.” Alyena melanjutkan langkahnya. Ternyata kasta masih dibedakan disini. “Aku tak peduli,” Gumam Alyena, tenang.

Alyena sampai di meja besar, seorang wanita sedang duduk itu kemudian bangkit dan menyapa Alyena.

“Maaf, tempat kalian di sana.” Sinis wanita tersebut. Alyena menyerngit heran, yang benar saja, ia sekarang adalah seorang anak dari seorang GRAND DUKE, ya GRAND DUKE, untuk apa dia mengantre dengan orang-orang itu.

“K-kamu-” Grace yang hendak berbicara terpotong oleh Alyena, “Alyena Quinza Caldwell.” Ucap Alyena, dengan penuh penekanan.

Wanita yang tadi menatapnya remeh langsung membelalakkan matanya, terkejut.

“M-maafkan ketidak sopanan saya ini, n-nona.” Wanita itu mulai melayani Alyena dan menghitung jumlah bukunya. “Bocah gini, aku masih tetap anak bangsawan, ck.” Decih Alyena.

“Berapa?” Tanya Grace, galak. “Totalnya, dua koin perak, nona.” Wanita itu menunduk. Harga yang cukup terjangkau.

Di Kerajaan ini, satu koin emas senilai, seratus koin perak, dan koin perak, nilainya seratus koin tembaga.

Grace mengangguk sambil mengambil dua koin perak dari dompet. Grace membawa buku-buku milik Alyena, mereka pun keluar dari toko buku tersebut dan melanjutkan perjalanan.

Alyena dan Grace kembali turun dari kereta kudanya di sebuah pasar, Alyena menolak untuk ditemani oleh kesatrianya dan menyuruhnya untuk menjaga kereta kuda saja.

Pasarnya terlihat sangat ramai, banyak orang berlalu lalang, kesana dan kesini. Banyak sekali kios-kios yang menjual berbagai macam makanan, perhiasaan, souvenir dan lain lain.

“Anda ingin membeli, sesuatu, nona?” Tanya Grace. Alyena menggelengkan kepala tak tertarik.

“Kau saja, belilah barang yang kau inginkan,” Ujar Alyena. Grace yang mendengar itu merasa sangat senang, ia mengajak Alyena mengunjungi sebuah kios yang menjual makanan. 

Mata Alyena tertuju pada sebuah makanan berwarna merah bulat yang seperi lollipop, permen Apel.

“Grace, aku mau itu.” Alyena menarik gaun Grace.

“Baiklah, nona.” Grace segera membeli permen apel itu lalu memberikannya kepada Alyena.

“Terima kasih.” Senyum Alyena.

Alyena selalu ingin mencoba jajanan ini dari dulu, dan akhirnya tersampai juga. Alyena menggigit apel dengan pelan. Dapat ia rasakan kesegaran apel yang memiliki rasa asam dan manis bercampur dengan lapisan karamel. 

Alyena menggigit makanannya sekali lagi. Sungguh, Alyena ketagihan memakan permen ini.

“Grace, kau harus mencoba ini-“ Saat berbalik badan, ia tak lagi mendapati Grace di sampingnya. Alyena mulai sedikit panik, jangan bilang Grace meninggalkannya tanpa sadar. Alyena hanya takut terseat dan tak bisa pulang, pasalnya ia sama sekali tak tau jalanan disini apalagi jalan pulang kerumahnya.

“Hei,” Sahut seseorang. Orang itu menepuk pundak Alyena. Alyena yang terkejut hampir melempar permennya kearah bocah lelaki di depannya ini.

“Kau baik-baik saja, nona?” Tanya bocah itu sambil tersenyum. Alyena terlihat linglung ia menggelengkan kepalanya dengan cepat, tak menyadari bahwa, beberapa helai rambut menempel di permennya. “Kau, tersesat?” Tanyanya sekali lagi. Alyena membalasnya dengan sebuah anggukan kecil.

“Dilihat dari penampilanmu, pasti seorang Bangsawan. Apakah kamu ingat dimana, kereta kudamu berhenti?” Bocah tersebut menatap Alyena lekat.

“Kalau tidak salah, tadi berhenti di depan toko bunga.” Dengan cepat, bocah tadi menarik tangan Alyena, melewati kerumunan warga dan sesekali menabrak mereka, tubuh kecil ternyata berguna juga.

Sampailah mereka di depan toko bunga yang tertutupi dengan kereta kuda milik keluarga Caldwell.

Alyena melihat Grace yang sangat panik, meneriaki namanya berulang kali dan sesekali bertanya kepada orang yang lewat, sama seperti yang dilakukan oleh si kesatria.

“Nona!” Grace yang melihat Alyena berjalan pun segera memeluknya dengan erat. “ Maafkan saya, nona. Saya sangat khawatir.” Mata Grace berkaca-kaca ingin menangis. Grace mengalihkan pandangannya kepada bocah lelaki yang berdiri di belakang Alyena.

“Terima kasih, sudah membantu nona Alyena.” Ujar Grace dengan tulus. Bocah itu tersenyum menanggapi Grace. “Siapa namamu?” Tanya Alyena.

Alyena merasa familiar dengan bocah lelaki di depannya ini.  Apakah mereka pernah bertemu sebelumnya? Tidak mungkin.

“Namaku, Aaron Dwight Jagger.”

“Oh, Aaron,” Jeda Alyena “ AARON DWIGHT JAGGER?!”


ASRAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang