"Gak usah sok dramatis. Iya aku Iqbaal." Ucap Iqbaal kembali santai.
"Maaf, maksudnya Pak Iqbaal." (Namakamu) mengoreksi ucapannya.
"Ini di luar kantor (namakamu). Tidak usah berlagak hormat seperti itu."
"Ada keperluan apa?" (Namakamu) masih berdiri mamatung memandangi Iqbaal yang sekarang sibuk dengan koran-koran yang terletak di rak samping kursi tamu.
"Kamu belum mandi ya?" Bukannya menjawab pertanyaan, Iqbaal malah mengomentari dandanan (namakamu) yang masih mengenakan piyama, yang memang sungguh sangat memprihatinkan.
(Namakamu) mendengus sebal, ternyata sama sekali tidak ada yang berubah, sikap menyebalkan Iqbaal masih tetap melekat kuat.
"Aku bertanya ADA PERLU APA?" (Namakamu) menekan-nekan setiap suku kata yang ia ucapkan.
"Aku ada urusan dengan mu." Iqbaal melirik jam tangannya, 14.45.
"Bergegas mandi, 15 menit lagi kita berangkat." Ucap Iqbaal menatap (namakamu) yang masih tetap berdiri.
"Ini bukan kantor Pak Iqbaal, anda tidak punya hak untuk mengatur pekerjaan saya di luar kantor!" Ucap (namakamu) tegas.
"Bagaimana kalau saya ini bukan pimpinan yang tegas, yang bisa saja membawa urusan pekerjaan ke luar kantor, dan mEMBAWA URUSAN LUAR KE DALAM KANTOR?"Nada Iqbaal penuh penekanan setengah mengancam.
'Tuhan...apalagi ini.' (Namakamu) memutar balikkan tubuhnya, dan beranjak menuju kamarnya untuk mengikuti perintah Iqbaal.
Lima belas menit kemudian (namakamu) sudah siap dengan dandanan manisnya. Entah ke mana Iqbaal akan mengajaknya, (namakamu) tidak tahu.
Dandanan simpel seperti ini yang Iqbaal rindukan, seketika ia terkesiap melihat sosok (namakamu) yang dulu sangat ia cintai. Namun sekarang semakin cantik.
"Masih mau melongo atau mau langsung pergi?" Tanya (namakamu) membuat Iqbaal agak salah tingkah dengan tingkah bodohnya barusan.
***
"Kita mau ke mana?" Tanya (namakamu) yang kini sudah duduk di dalam mobil Iqbaal, di sampingnya masih terlihat Iqbaal yang masih serius mengemudikan mobil tanpa merespon pertanyaan (namakamu).
(Namakamu) memalingkan bola matanya asal. Menyebalkan pikirnya.
***
(Namakamu) berjalan mengikuti Iqbaal dari belakang. Memasuki sebuah salon kecantikkan.
Apa-apaan ini? Apakah Iqbaal akan melakukan perawatan wajah dan kuku, atau mungkin Spa? Lalu Iqbaal menyuruh (namakamu) menunggunya berjam-jam. (Namakamu) geli membayangkannya.
"Pesanan saya sudah datang?" Tanya Iqbaal kepada salah satu petugas salon yang tersenyum manis seraya memberikan sebuah kantung entah apa isinya itu (namakamu) tak tahu, dan tak mau tahu.
"Ayo! Sampai kapan mau diam terus disitu?" Perintah Iqbaal yang melihat (namakamu) sangat tak bergairah.
(Namakamu) memasuki ruangan tersebut.
'BRUK'
di dudukkannya (namakamu) di sebuah kursi yang di depannya terdapat cermin besar.
***
Dalam waktu kurang lebih 2 jam. (Namakamu) keluar dari ruangan tersebut berjalan mendekati Iqbaal.
Iqbaal yang sedang terduduk sembari sibuk membolak-balikan majalah yang ia pegang dari tadi kini menghentikan aktivitasnya. Matanya tak mengerjap sedikitpun.
(Namakamu) kini memakai gaun yang telah Iqbaal belikan tadi siang. Gaun putih yang anggun, tatanan rambut, dan make up yang...
'Sempurna.' Batin Iqbaal berteriak hebat.