💚💚 COMING SOON 💚💚

Mulai dari awal
                                    

Dengan mata kepalanya sendiri, Juan melihat secara jelas bulir air mata jatuh ke pipi Chandra hingga secara spontan diusap kasar oleh lelaki itu.

"Apaan sih, kok jadi cengeng gini."

Dari peristiwa tersebut Juan jadi paham. Seseorang yang kelihatannya hidup tanpa beban dan selalu terkesan santai, ternyata punya kesedihan yang orang lain tidak pernah paham.

Atau suatu ketika, Juan pernah dibuat terkesima oleh seorang Jevian Nolan Tama. Perangainya yang mirip preman dengan tubuh kekar yang perkasa, wajahnya yang tampan namun terkesan dingin nan elegan, serta hobinya yang kerap berkeliaran di klub malam. Hampir nggak pernah ada orang yang percaya bahwa Jeno –sapaan akrabnya- adalah sosok yang senantiasa mendekatkan diri dengan Tuhan.

Pagi itu, tepatnya jam 2 dini hari, Juan masih terjaga dari segala kantuk yang menyerangnya. Tugas kuliah yang seabrek menuntut Juan untuk tetap fokus mengerjakan meskipun jam demi jam sudah berlalu. Berjam-jam menatap layar laptop membuat Juan sedikit pusing dan agaknya tenggorokkan laki-laki itu membutuhkan segelas air.

Beranjaklah Juan dari kursi belajarnya. Keluar dari kamar tanpa suara karena tidak ingin mengganggu waktu istirahat teman-temannya. Saat melintas di depan kamar Jeno, pintu kamar lelaki itu sedikit terbuka. Semula Juan berniat melanjutkan langkah kakinya. Tapi entah mengapa hatinya dibuat terhenyuk saat mendengar satu kata keluar dengan sangat lirih dari mulut Jeno.

"Allahu Akbar."

Jeno dengan sangat khusyuk tengah bersujud menghadap ke arah kiblat berbalut sarung wadimor motif kotak dan kopyah hitam di kepalanya. Seketika Juan takjub pada seorang Jevian Nolan Tama. Untuk ukuran seorang Jeno yang hampir dicap "preman" oleh semua temannya hanya karena tampang dan perawakannya yang kekar, rasanya Juan hampir nggak percaya dengan apa yang ia saksikan saat ini.

Jeno sedang salat tahajud.

Dari sini Juan mulai paham makna dari "Jangan Pamerkan Ibadahmu". Boleh saja Jeno nakal dan doyan mampir klub malam, tapi nyatanya Jeno tetap seorang lelaki yang patuh pada aturan Tuhan.

Itu hanya secuil dari banyaknya pengalaman hidup yang dapat Juan petik. Dari sekian banyak cerita yang ada, salah satu tema yang paling mendominasi adalah kisah cinta Juan Naskala dengan seorang gadis cantik bernama Ranum Rosaleen.

Ranum Rosaleen; gadis asal Bandung yang mampu mencuri hati seorang Juan Naskala dengan seribu pesona yang dimilikinya. Parasnya yang cantik nan anggun jelas mampu membuat lelaki manapun terpikat. Senyum manisnya seolah candu bagi Juan yang harus ia konsumsi terus menerus. Sehari tanpa melihat senyum Ranum rasanya seluruh tenaga Juan tersedot hingga ke ubun-ubun. Tapi bukan hanya itu, alasan Juan jatuh hati pada sosok Ranum adalah cara gadis itu mengajarinya tentang 'cinta'.

Bersama dengan Ranum, segalanya menjadi lebih indah. Mie ayam gerobak biru pinggiran jalan bisa berubah seenak spaghetti restoran bintang lima, asalkan ada Ranum yang menemaninya. Jalan-jalan di pasar malam serasa menjadi liburan di negeri Milan, asalkan Juan bersama dengan Ranum.

Bucin memang. Namanya juga anak muda.

Entah bagaimana mulanya Juan dan Ranum bersatu. Seingat Juan, mereka selalu dipertemukan pada satu kegiatan bakti sosial yang biasa diselenggarakan pihak kampus. Keduanya kerap bertemu di panti asuhan yang sama untuk sekedar berbagi secuil rezeki atau menghibur anak-anak di sana.

Munafik jika Juan berkilah dia tidak menyukai Ranum. Juan mengakui dia tertarik dengan sosok Ranum yang selalu ceria dan menginspirasi. Lelaki mana yang tidak terpikat dengan seorang Ranum Rosaleen? Mustahil agaknya. Tapi Juan nggak bisa mengungkapkannya. Bagi Juan, Ranum sulit untuk digapai. Juan sadar diri, dia nggak cukup layak buat bersanding dengan Ranum.

Normal | Na Jaemin [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang