Tigapuluh Satu

Mulai dari awal
                                    

Dapat pelukan macam gitu, ya jelas Jisoo senang. Dia kemudian membalas pelukan Jennie dan menaruh satu tangannya di rambut panjang milik Jennie. Mengelus nya lembut.

"Gue bego saat itu, gue takut jadi bahan bully anak-anak. Terutama Nayeon sama Momo, lo inget kan?" Jisoo menjeda pengakuan nya, dapat Jennie rasakan kalau Jisoo sedang mengatur nafas nya agar teratur.

"Gue gak pernah mandang orang dari siapa nya dia, dari kekayaan atau apapun. Ya kalo gue dapetnya cantik kan bonus namanya," Tawa Jisoo pelan. "So, gue harap lo sekarang bisa berhenti mikir gitu, ya?"

Jennie mengangguk dalam pelukan Jisoo.

"Tapi gue gak mau kita terburu-buru, lo kan..." Belum sempat Jennie melanjutkan bicaranya, Jisoo memotong.

"Iya, gue tau.. Gue baru putus. Tapi lo harus tau, gue suka sama lo sekarang pun karena elonya. Bukan karena gue ngerasa kesepian atau ngerasa perlu ganti buat move on dari mantan gue,"

Bukannya makin tenang, Jennie malah makin deg-degan karna perkataan Jisoo barusan.

Beberapa menit mereka diam, masih saling memeluk. Nyaman.

Akhirnya perasaan keduanya yang selama ini mereka pendam jadi terungkapkan.

Kadang, perasaan itu bukan cuma harus menemukan orang yang tepat. Tapi juga waktu yang tepat buat saling menemukan.

Jennie dan Jisoo mungkin selama ini merasa diri mereka bodoh dan pengecut karena gak punya keberanian buat maju. Tapi sekarang mereka sadar, bahwa mereka juga perlu waktu buat saling mengenal dan saling mengagumi lebih jauh. Waktu sekolah, mereka masih muda mudi yang labil.

Jennie yang takut patah hati, justru belajar mengikhlaskan saat Jisoo akhirnya sama Mina.

Jisoo yang belum yakin kalau yang dia rasakan sama Jennie dulu itu sayang atau sekedar kagum, sekarang di yakinkan malah setelah dia putus dari Mina.

"Jadi, buat mastiin kalau gue gak jadiin lo pelarian ini kita harus ngejauh apa engga?" Tanya Jisoo dengan nada sedikit cemas.

Jennie mengangguk. "Iya, sebulan deh ya,"

"Sebulan? Kok lama banget? Kalo gue kangen gimana?" Tanya Jisoo protes.

"Bodo! Pokoknya sebulan!" Jawab Jennie menegaskan.

"Ah Jennie ah gak asik nih!" Kata Jisoo masih protes.

Mendengar protes Jisoo, Jennie tertawa kecil tapi malah makin mengeratkan pelukannya.

Jisoo yang kaget saat di peluk makin kencang pun memastikan, "Kenapa?"

"Gue gak mau lo di cap jelek sama orang-orang, dibilang player atau apalah itu. Karena cepet banget deket sama orang lain lagi. Gue gak mau denger hal itu," Jelas Jennie.

Senyum Jisoo mengembang lebar.
"Sebenernya, gue gak peduli sih apa kata orang. Tapi gue sadar, nanti efeknya ke lo juga.." Jisoo mengelus kepala Jennie lagi. "Makasih ya, makasih udah peduli sejauh itu sama gue,"

Mereka yang ga sadar kalau masih berdiri di depan pintu dalam rumah Jennie tiba-tiba kaget dengan suara Winter yang memanggil Jennie dengan keras.

"KAK NINIIIIIII... YUUUHHHUUUU ~"
suaranya terdengar kencang ditambah suara gonggongan Kuma.

Panik, Jennie mendorong Jisoo yang tadi masih memeluk nya. Lalu dia lari ke dapur, pura-pura cuci piring. Sedangkan Jisoo yang limbung, malah milih beresin rak sepatu yang ada di belakang pintu.

"Holla everybodeeehhh..." Sapa Winter saat membuka pintu rumah Jennie dan mengecek keadaan. Takut-takut kalau terjadi huru hara antara Jisoo dan Jennie.

Sorry Seems To Be The Hardest Word | JENSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang