⏳ || Chapter 033

Start from the beginning
                                    

Foto itu terlihat usang, sepertinya sudah diambil beberapa tahun yang lalu. Dalam foto itu hanya ada tiga wajah. Dua wajah di antaranya sanggup membuat tubuhnya menegang seketika. Dua wajah itu begitu Bella kenali, tak ada perubahan yang berarti dari ke dua wajah itu. Air matanya meluruh seketika, gadis itu kini seolah lupa akan sakit kepala yang menderanya.

Gadis itu kemudian membalik foto itu, sebaris kalimat tertuang di sana. Kalimat yang mewakili senyuman dari tiga pasang wajah itu, kalimat yang mewakili kebersamaan juga kebahagiaan sesungguhnya.

‘Papa, Mama, dan Faras Adyatama Mulawarman. ---Jakarta, 2008'

Tepat saat itu juga, Mulawarman kembali ke dalam mobil, tubuhnya menegang ketika melihat Bella membawa foto yang selama ini dia sembunyikan rapat-rapat. Segala rahasia itu terbongkar. Saat ini Bella menatap wajah Mulawarman dengan tatapan penuh keingintahuan.

Matanya merebak, rinai itu kembali meluruh dengan deras melewati pipinya. Dalam satu hari saja, dunia mampu memorak-porandakan suasana hatinya.

“Jelasin ke Bella, ini maksudnya apa!?”


🥀

Faras memasuki rumahnya yang senyap seperti biasanya. Sapaan hangat Bi Idah yang biasanya dia sambut dengan wajah bahagia kini cowok itu hanya membalasnya sekedarnya.

Cowok itu merasa letih, bukan karena aktivitasnya. Melainkan lelah karena memaksa hatinya untuk tunduk pada logika. Hatinya yang tengah dipenuhi bunga warna-warni harus tersiram racun mematikan begitu logika menentangnya untuk mencintai orang yang telah menebarkan luka pada keluarganya.

Faras menegak air minum dengan susah payah, berulang kali cowok itu mengepalkan tangannya. Seperti ada amarah yang tertahan di dalam hatinya. Fragmen-fragmen kebersamaannya dengan Bella kembali bermunculan silih berganti. Menciptakan perih yang menyebar begitu cepat, kemudian mendorongnya ke tepian jurang. Cowok itu dipersulit oleh pilihan. Siapa yang harusnya dia pertahankan? Cinta yang membuatnya sempat melupakan luka ataukah dendam kesumat yang membuatnya menjadi sekuat sekarang.

Pengecut. Satu kata yang kini pantas dirinya sandang. Faras mengakui mencintai Bella, tetapi mulutnya mengatakan bahwa itu hanya kebohongan belaka. Faras tau. Sangat-sangat tau jika Bella terluka akibat ulahnya tadi siang. Itu memang kelewatan, sangat kelewatan. Namun, hanya itu cara satu-satunya untuk menghancurkan keluarga baru papanya meski harus menjadikan Bella sebagai pelampiasannya.

Aden? Kenapa lagi ada masalah?” tanya Bi Idah sembari meletakan makanan untuk anak majikannya.

Faras mendesah panjang. Kemudian terdiam. “Faras udah menemukan orang itu.” Bi Idah yang baru saja hendak menjatuhkan pantatnya di kursi sebelah Faras menjadi tergagap. Dia hanya takut anak majikannya akan melakukan hal yang macam-macam. Padahal sudah berulang kali Bi Idah memberikan peringatan untuk tidak perlu mencari tau siapa orang yang merebut kebahagiaan keluarganya.

Aden, Bibi kan pernah bilang, nggak usah cari keluarga itu lagi. Jangan berbuat macam-macam. Nggak baik menyimpan dendam,” ujar Bi Idah tulus. Namun, Faras sama sekali tidak setuju dengan ucapan itu. Yang Faras inginkan adalah orang yang membuatnya menderita harus hidup menderita juga.

“Nggak, Bi. Dendam Faras akan terus ada. Dan misi balas dendam Faras bisa berjalan dengan mudah kok.”

Bi Idah mengernyit. “Kenapa begitu?”

Tentang Kita yang Tak Siap Kehilangan - TAMATWhere stories live. Discover now