[3] Kesempatan

Mulai dari awal
                                    

Tok,,tok,,tok,,,

Yeaji mendengar suara ketokan didepan rumahnya. Ia pun bergegas membuka pintu itu.

Yeaji memutar bola matanya malas melihat orang didepannya itu.

"Hai." Pria itu tersenyum manis. Ya, ia adalah Soohyun.

Yeaji mengusap kepalanya kasar.
"Kau beneran tidak punya pekerjaan lain? Setiap hari kau selalu datang kesini. Eonni benar-benar membenci pria yang kekanakan dan tidak punya pekerjaan sepertimu."

"Woah woahh,,, santai. Aku cuma berkunjung dan bukan untuk mengganggu kalian. Lagipula siapa yg kau bilang tidak punya pekerjaan? Sudah kukatakan kalau aku punya pekerjaan ckck."  Soohyun melihat raut wajah yang berbeda dari Yeaji. Ia terlihat seperti putus asa dan ada sedikit kesedihan dimatanya.

"Kau kenapa?" Soohyun spontan bertanya.

Yeaji mengerutkan keningnya. "Kenapa apanya?"

"Ayo ikut aku!" Sohyun langsung menyambar tangan kiri Yeaji yang bebas.

Awalnya Yeaji memberontak, namun akhirnya ia pasrah. Ia benar-benar malas untuk bertengkar.

***

Sementara Ji Hyun yang sedang didalam kamarnya merasa bersalah mengatakan hal yang menyakitkan kepada adiknya tadi. Ia tau ia sudah kelewatan hanya karena Yeaji membuatnya kesal karena terus merasa gugup. Namun seharusnya ia sadar dan membantu adiknya itu, bukan malah mengatainya ceroboh dan akan menghancurkan siaran itu.

Seharusnya ia mendukung adiknya. Bukan malah bersikap seperti tadi.

"Aishh,,," ia frustasi karena merasa bersalah namun ia cukup gengsi untuk meminta maaf atau menghampiri adiknya itu.

***

Setelah berjalan beriringan, mereka akhirnya tiba di taman yang tak jauh dari rumah Yeaji.

Mereka berdua langsung duduk di salah kursi taman didekat danau buatan. Terlihat ada beberapa orang yang juga disana.

"Ada masalah apa?" Tanpa basa-basi Soohyun langsung berkata sambil menatap Yeaji yang pandangannya lurus ke danau buatan didepannya.

"Hah?"

"Kau tidak perlu berpura-pura. Aku bisa melihat kau sedang tidak baik-baik saja hanya dari matamu." Ucap Soohyun pasti.

Yeaji yang merasa perlu bercerita pun mengangguk. "Iya. Aku sedang tidak baik-baik saja."

Yeaji mulai menceritakan permasalahannya didepan Soohyun. Ia benar-benar butuh pendengar akan masalahnya. Tidak masalah apakah ia akan menemukan solusi atau tidak. Saat ini ia hanya butuh seorang pendengar. Ya. Cukup didengarkan ia akan merasa lebih baik.

"Ini adalah kesempatan terakhirku. Jika kali ini aku gagal lagi, maka mungkin selamanya aku tidak bisa melakukan ini dan aku akan terjebak didepan tumpukan kertas yang perlu direvisi itu." Air mata Yeaji yang semula tertahan pun akhirnya tumpah juga. Ia memiringkan badannya kesamping karena tidak ingin Soohyun melihat wajahnya yang berurai air mata.

Setelah mendengar permasalah Yeaji, ia pun mengangguk paham.

"Yaa,,kenapa kau memiringkan badanmu. Aku sudah melihatmu menangis, buat apa kau tutupi lagi." Soohyun memegang pundak Yeaji untuk menghadap kearahnya.

"Dengarkan aku. Aku akan membantumu."
"Dan aku yakin, kau akan bisa melakukannya dengan bantuanku ini." Soohyun menatap Yeaji yang sekarang juga menatapnya.

Mereka saling berpandangan.

Dimata Sohyun terlihat kepercayaan diri bahwa ia benar-benar akan membantu Yeaji.

Sedang dimata Yeaji ia terlihat tidak percaya.

"Tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri." Yeaji berkata sambil mengusap sisa air matanya. Ia berpikir perkataan Soohyun yang akan membantunya hanya bualan semata. Ia tidak percaya. Apalagi dimatanya Soohyun hanya pria yang tidak punya kerjaan dan hanya selalu mengusik ia dan kakaknya saja.

"Aku serius. Kau akan kesulitan jika melakukannya sendiri. Aku akan membuatmu mahir dibidang ini." Soohyun menunjukkan tatapan meyakinkan.

"Benarkah?" Yeaji mulai tergoda untuk menerima bantuan Soohyun.

"Aku akan membantumu, asalkan,,,"
Soohyun menggantungkan kalimatnya yang membuat Yeaji penasaran.

"Asalkan apa? Awas saja kau minta yang aneh-aneh. Aku sangat curiga melihatmu ingin membantuku." Yeaji mulai curiga saat Soohyun memberi syarat ketika akan membantunya.

Soohyun mengatup bibirnya hingga membentuk garis lurus dan seakan berpikir.  "Asalkan,,,"

***

《TBC》

OUR DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang