"hah. Hah.. hah" kata Hyunjin dengan nafas putus putus yang dapat didengar dengan telinga.

"belum terlalu bisa ternyata hahaha" kata Hyunjin masih tetap memeluk Felix yang kini sudah menyeret nya kearah kursi Roda.

"maka dari itu, sekarang kita control syaraf dulu baru belajar lagi yaa" yang lebih muda berkata seraya mendudukkan Hyunjin di kursinya.

"oke deh" balas Hyunjin sedikit tertawa. 

Dan hari ini latihan Hyunjin bejalan di Parallel bars dengan bantuan kerangka robotic yang dipasang pada tubuh dengan nama Exoskeleton.

Yang terlihat seperti ransel yang menempel ke punggung dan sekitar tubuh bagian tengah. Pada kedua sisinya terdapat panel yang memanjang ke bagian bawah dan menyambung ke kaki-kaki robotik yang membungkus kaki Hyunjin. Di bagian tangan  terdapat alat pengendali yang tersambung dengan kabel panjang.

Saat pemasangan perangkat yang super ribet itu. Hyunjin nyeletuk yang membuat Felix mengulum senyum.

"saya akan menjadi robot"

"buat melatih otot sekunder Tuan" balas Felix. Sambil Mengecangkan ikatan pada bagian belakang Hyunjin.

"Felix ini tidak nyaman, bisa sampaikan pada Dokter Dupont yang memantau disana" Lirikan Hyunjin membuat mata Felix menuju arah pandang yang sama.

"baik akan saya sampaikan. Tapi kata dokter pakai ini dahulu coba sekali"

"huh baiklah saya mengerti" Hyunjin menyerah sambil mempoutkan bibirnya. Dan Felix terkekeh geli.

"nih tongkat nya" Felix itu memberi Hyunjin tongkat pada kedua tangannya dan menyuruh Hyunjin berdiri sendiri tanpa bantuannya.

"Felix. Jangan bercanda"

"hehehe maaf Tuan. Baiklah" kata Felix tertawa bergurau. Dan Itu menular pada Hyunjin yang tampak bahagia dan antusias saat mencoba berjalan dengan alat yang sangat Ribet itu.

Sesi itu berakhir ditutup dengan Felix yang mendorong Hyunjin balik ke ruang rawat inap.

"Sebelum saya benar benar diisolasi. Apakah ada tempat disekitar sini yang bagus Felix?"

Si Lee itu tampak diam.

Mencoba berpikir. Hyunjin enggan melanjutkan.

"Taman itu gak seistimewa saat kita bisa melihat menara Eiffel, tapi cukup worth it apabila hanya untuk melepas penat bahkan ada musik nya juga"

"benarkah?"

Hyunjin akhirnya penasaran. Felix sudah mengangguk semangat.

"Sandwich ham dan keju atau kalau disini disebut Croque Monsieur ada cafe yang jual dekat situ dan enak sekali"

Hyunjin dapat mendengar bahwa Felix menelan ludah.

"kalau begitu kita harus kesana setelah ini"

Felix berhenti mendorong dan Hyunjin terkaget.

"keberatan?"

Felix diam.

Hyunjin menoleh keatas. Melihat Felix yang juga menatapnya.

Tapi si Lee itu menggeleng. Matanya membentuk bulan sabit. Hyunjin mengangguk dan kembali melihat kedepan.

Setelah Hyunjin sudah berganti baju dibantu Felix berpamitan pada bunda lewat panggilan Ponsel pintar. Dan kali ini Hyunjin didorong Felix ke arah luar rumah sakit.

Percakapan keduanya dengan iringan music yang ada membuat Hyunjin memejamkan mata.

"Menyenangkan melihat musisi bisa memainkan gitar dengan baik— saya juga bisa sih sedikit dulu. Tapi, tidak ada yang pernah mengira kalau saya akan ke Paris lagi dalam waktu dekat setelah akhir turnamen tahun lalu"

Felix hanya diam. Menatap.

Hyunjin menyeruput moccchito yang ia pesan duduk diluar caffe dekat taman malam itu memang pilihan yang menyenangkan. Sambil melihat Permainan Musisi jalanan yang asik dikerumuni banyak orang.

"latihan seperti biasa itu tak ada yang akan tahu kalau saya akhirnya terbangun 2 minggu setelahnya"

"separah itu?" Felix bertanya.

Hyunjin menjawab dengan anggukan. "ahh.. kalau dipikir pikir awalnya memang akan gila—setumpuk mimpi yang terus dipupuk hancur begitu saja..."

"hei.." Felix hendak protes.

Dan Hyunjin menghentikan Ceritanya.

"Tuan, saya tahu anda kecewa dengan tuhan. Saya juga terkadang seperti itu. Tapi ternyata semua ketetapannya itu ada maknanya. Entah sekarang atau yang akan datang"

"how you deal with it?"Tanya Hyunjin yang malah penasaran dengan Felix mengurungkan ceritanya.

"saya tidak tahu bagaimana. Karena yang akan percaya kehendak tuhan itu sendiri"

"percaya bahwa lumpuh adalah jalan terbaik dalam hidup? Felix?"

Felix tersedak saat menyesap lattenya atas pernyataan Hyunjin barusan.

"bukan—bukan seperti itu"

"hahaha.. jangan panic. Saya hanya bercanda"

"t-tuan maaf saya tidak bermaksud" sesal Felix.

"kalau begitu mau ajarin saya percaya?" tantang Hyunjin sekarang.

Felix Tampak berpikir. Kemudian tersenyum mengangguk. "kalau yang itu Mungkin saya bisa" kemudian Yang muda bangkit menyusul ke sisi Hyunjin dan mendorong kursi Roda itu menjauh.

"mau kemana?"

"rumah tuhan"

"kamu mau saya mati?" kata Hyunjin sambil melotot kaget.

Felix tertawa Renyah dibelakangnya. kalau bercanda suka gak tepat.

"percaya sama saya" kata Felix menenangkan pada tepukan pundak yang tua. Membuat keyakinan sepenuhnya Bulat pada Pemuda berukuran kecil yang mendorong kursi Rodanya.

Berjalan agak jauh dari taman. Felix dan Hyunjin menuju Gereja diujung jalan dengan Arsitektur jendela mawar yang besar dan berwarna-warni, dan naturalisme serta kelimpahan dekorasi pahatannya membedakannya dari gaya Romawi kuno.

Felix mendorong masuk Hyunjin dalam Tempat ibadah yang sepi pengunjung itu. Ini sudah malam jadi mana mungkin ada orang. Tapi lampu ruangan itu masih menyala terang.

Membawa Hyunjin pada baris ketiga dari depan. Felix duduk dikursi tepat saat ia memberhentikan Hyunjin mereka samping sampingan.

Felix menatap Hyunjin yang heran. Mengambil tangan sang Tuan dan menyatukan kemudian. Hyunjin mengikuti intruksi.

Genggaman melingkupi pada kedua jari tangan Hyunjn yang tertaut rapat sesudah itu Felix berbicara seraya berdoa.

"Be thankful for everything that happens in our life, it's all an experience.. cmon" Senyum tak luntur Felix berikan.

Sesudah itu Felix menghadap kedepan menautkan jarinya sendiri dan berdoa. Hyunjin masih dalam keadaan yang sama Melihat Felix yang tengah khusyuk memohon pada sang maha kuasa.

Sambil sayup sayup lantunan itu terdengar

"Thank You for Your unfailing love for me, Your blessings, and goodness. Thank You for Your faithfulness to guide me and see me through times of uncertainty, for lifting me up, and setting me on high. Thank You for Scripture that comforts and reminds me of Your promises, plan, and provision. Thank you for taking away my fears and worries, the what-ifs, and reminding me that my help comes from You. Help me be a good steward and to sow wisely. In Christ's Name, Amen."

Sesudah itu saat Felix membuka mata tampak berkaca kaca dan Hyunjin masih tetap seperti sedia kala membeo sempurna.

"ayo berdoa"

Dan Hyunjin akhirnya menyadari bahwa ia terbius pada ciptaan dari surga oleh sang maha kuasa disebelahnya. Malaikat tanpa sayap. Mataharinya. Energinya.

Maka anggukan itu Hyunjin beri dan Segera ia turuti maunya sang Lee disisi kiri.

Menaruh segenap kepercayaan pada Sang pencipta. Bahwa segalanya ini adalah yang terbaik. Yang terbaik.

Aameen.

ARENAWhere stories live. Discover now