" Kau berubah menjadi jalang sekarang, huh? "
" O? "
" Miran! ", teriak Ayahnya.
" Siapa? Kau tidur dengan siapa? "
Baekhyun mengernyit.
" Apa yang kau katakan, eomma? "Miran terkekeh tak percaya.
" Aku mengerti kau bekerja untuk kami. Kau bebas berpacaran dan entah apa yang kau lakukan disini aku tak peduli. Karena kau membiayai hidupmu sendiri tanpa campur tanganku dan Ayahmu. Ibu bangga padamu "Air mata wanita itu keluar dengan sendirinya.
" Tapi bisakah kau memakai otakmu seperti saat berada di kampus? Bagaimana bisa kau sampai hamil seperti ini? Kau bahkan belum menikah dan bahkan belum lulus! "Baekhyun tercekat.
Hamil...? Apa yang tengah Ibunya katakan?Lelaki mungil itu menelan salivanya gusar.
" Haㅡhamil? Aku? ", lirihnya.Kini sang Ayah menghampiri.
Duduk di pinggiran ranjang anaknya." Apa kau tahu siapa Ayah dari bayi itu, nak? "
Pikiran Baekhyun langsung melayang jauh. Apa ia hanya bermimpi saat ini? Tak mungkin ia hamil. Bagaimana bisa hanya satu kali melakukannya dapat membuahkan hasil?
" Baekhyun? "
Tanpa ia sadari, air mata mulai mengucur deras dari kedua matanya bahkan tanpa berkedip. Apa yang harus ia lakukan saat ini? Satu-satunya orang yang tidur dengannya adalah Johnny. Tak ada lelaki lain setelah itu.
Tak mungkin ia mengatakan segalanya disini. Atau karir idolanya akan hancur begitu saja. Ia tak mungkin bisa melakukannya.
" Kau tak mau mengatakannya? Atau kau memang tak tahu siapa Ayahnya? ", tanya Ibunya lagi.
Baekhyun mengatupkan bibirnya.
" Mㅡmwollayo.... "plak!
" Miran! "
" Imo! ", teriak Jennie.
Ibunya yang telah dipenuhi oleh emosi, menuding anaknya dengan wajah yang sudah merah padam.
" Jangan pernah melangkahkan kakimu dirumahku lagi. Jangan pernah pulang, karena itu bukan rumahmu lagi "
" ....dan jangan pernah memanggilku Ibu, juga Ayahmu, karena kau bukan anak kami lagi ", tukasnya." Baekhyun-ah... hiks ", Jennie menangis hingga tubuhnya lemas, berniat menghampiri sahabatnya.
" Jangan pernah membantunya, Kim Jennie! ", teriak Miran.
" Atau dia tak akan pernah mendapat kesempatan kembali dariku. Biarkan dia sendiri, biarkan dia mencari siapa yang tidur dengannya malam itu "Baekhyun hanya terdiam. Menangis, tetapi tanpa ekspresi apapun. Hanya tangan mungilnya yang menggenggam tangan Ayahnya disana.
" Ayo ", ajak wanita itu sembari menarik Jennie.
" Baekhyun-aaaah!!! ", teriak gadis itu yang tak bisa melakukan apa-apa lagi.
Brak!!
Pintu ditutup dengan kasar.
Meninggalkan keheningan sementara di ruangan yang seharusnya penuh akan keprihatinan." Anakku "
Sontak Baekhyun mendongak kala mendengar suara lembut Ayahnya.
" Appa... ", lirihnya.Pria tampan itu tersenyum.
" Kau tahu bagaimana Ibumu, kan? Ibumu sangat membenci hal yang keluar dari norma seperti ini. Tolong maafkan Ibumu ", ujarnya sembari membelai lembut tangan anaknya.Byun Jiwon menghela nafasnya panjang.
" Ayah hanya bisa membantumu lewat uang yang akan Ayah kirim setiap minggunya. Carilah penginapan hangat, dan tunggu Ayah sampai bisa membujuk Ibumu "" Appa... "
" Cari dan bicaralah dengan Ayah dari bayimu, nak. Bertanggung jawab atau tidak, yang paling terpenting kau harus berbicara dulu dengannya "
Baekhyun menunduk.
Bagaimana bisa ia mengatakannya pada Johnny?" Kau mengetahui siapa Ayahnya, kan? "
Baekhyun hanya diam. Menguatkan genggamannya pada sang Ayah.
" Tolong bertahanlah sebentar. Ayah pastikan kau akan pulang secepatnya. Bisa, kan? "
Baekhyun mengangguk.
" Hm~ "" Ayah menyayangimu, nak "
Kini tangisan Baekhyun tak bisa lagi dibendung. Ia bangkit dan memeluk Ayahnya erat. Menangis hingga sesenggukan di dalam pelukan sang Ayah. Bahkan kini pria paruh baya itu juga ikut menangis. Tak bisa melakukan apa-apa karena watak sang istri yang tak bisa dibantah.
Apa yang kini harus Baekhyun lakukan? Tak mungkin ia menghampiri Johnny dan memintanya untuk bertanggung jawab. Bahkan mungkin Johnny tak percaya jika bayi ini adalah anaknya.
Apa yang harus ia lakukan?
Tak mungkin jika Baekhyun harusㅡ membunuh bayinya sendiri.-Reality-
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted Angel (Johnny Suh × Byun Baekhyun)
Fanfiction"Aku janji akan pergi dari sini, ketika keluargaku mau menerimaku lagi"
3. Reality
Mulai dari awal