"Hai!" Sapaku saat sudah berada persis di belakang Farrel.
Farrel berbalik, tersenyum, dan memelukku sebentar. "Makasi udah mau datang!" Ujarnya.
Aku mengangguk. "Aku bawain makanan nih!"
Wajah Farrel langsung berbinar. "Wah! Nggak ada racunnya kan ini?"
"Ada dong! Racun cinta!" Jawabku usil.
Farrel tergelak. Pun aku. "Ya sudah, ayo makan, biar mabuk cinta akunya!" Farrel menarikku duduk. Dengan begitu semangat, ia membuka kotak makanan yang kubawa, lantas tanpa banyak bicara lagi, ia melahap habis isinya; salad sayur, buat dia si pecinta sayur.
"Ngomong-ngomong, akhirnya ada juga yang membedakan kamu sama Panji." Anehnya, Farrel tidak marah atau pun tersinggung setiap kali aku membicarakan Panji. Entah tentang hal apa pun itu, ia pasti tetap meresponsnya dengan baik. Mungkin, ini caranya mencintaiku, membiarkanku nyaman dengan apapun yang kulakukan. Ah entahlah, aku tahu ini tidak bisa terus dibenarkan, tapi melepaskannya begitu saja dan menganggap semua tidak pernh terjadi benar-benar sulit untuk dilakukan.
"Oh ya? Apa?" Tanya Farrel
"Kamu suka sayur, dia nggak!"
"Sama kayak kamu dong dianya, cemburu aku ah!" Farrel manyun.
Aku tergelak. "Terus... dia suka seni kamu sukanya olahraga."
"Oh jadi dia suka seni? Bisa apa aja dia?"
"Waktu sekolah dulu, dia sempat jadi vokalis band sekolah. Setahun jadi vokalis, dia pindah jadi gitaris. Dia juga suka melukis!"
"Keren dong anaknya? Pasti banyak penggemarnya kan?"
Aku mencoba kembali mengingat cerita ketika sekolah dulu, membuka salah satu halaman kisah yang pernah terukir, lalu menggeleng. "Nggak ah, biasa aja, buktinya yang suka sama dia juga aku doang!"
Farrel manggut-manggut. "Oh iya, kalau boleh tahu, kamu kenapa nggak gabung ke organisasi olahraga kampus?"
"Kenapa harus?"
Farrel mengedikkan bahunya. "Ya nggak, cuma kan dari masa sekolah dulu kamu punya skill di bidang atletik, seharusnya bisa kamu asah di sini."
Aku mendelik, "kamu... tahu aku suka lempar cakram?"
"Aku juga tahu kamu pernah ikut les bahasa Jerman!"
Untuk yang ke sekian kalinya, aku kembali menganga. Dulu, aku memang pernah mengikuti les privat untuk belajar bahasa Jerman. Tapi, yang mengetahui itu hanya Panji dan tujuh sahabatku. Dan Farrel... "ini aneh, Rel!"
"Apanya yang aneh?"
"Tahu dari mana kamu kalau aku pernah ikut les bahasa Jerman, bahkan mungkin sahabat-sahabat aku aja nggak ingat sama les yang pernah aku ikuti itu!"
"Na, aku kenal kamu bukan sehari dua hari, udah dari bertahun-tahun lalu aku tahu kalau Nona Jouhara itu anaknya semanis gula!" Farrel terkekeh dan mencolek hidungku.
Aku terpaku menatap maniknya yang sedang tidak menatapku, ia sibuk mengemasi kembali tempat makan yang kubawa. "Ayo!"
"Ke mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GHOSTING
ChickLitKita terjebak di dalam cinta yang rumit. Antara aku, kamu, kakakmu, dan pacarnya. Ketika kamu menghilang, dia yang ada di sisiku, tapi ketika ternyata dia itu milik orang lain, maka siapa yang selanjutnya bisa menemaniku?
9. beranjak dibawa waktu
Mulai dari awal