"Mau kusleding mulutmu itu?"

"Bela dirimu, memang boleh-boleh, Gi, tapi nyalimu itu ...." Hoseok mengacungkan jempol ke bawahnya pada Yoongi.

Yoongi mendesis kesal. "Oke, besok atau lusa, aku akan menyatakan perasanku."

Sekarang Hoseok mengacungkan jempolnya ke atas. "Mantap. Aku doain di terima, deh."

"Oh, ya, Seok, nanti sore datang ke rumahku. Ada sesuatu yang mau kutunjukan."

"Apa itu?"

"Ra ... ha ... sia."

"Setan!" rungut Hoseok kesal.

****

Saat masuk ke studio Yoongi, Hoseok berdecak kagum. Studio milik temannya itu tak kalah dari studio penyanyi profesional yang sering ia lihat di Internet.

"Wah ... appa-mu memang daebak, Gi. Ckckck, aku jadi iri," kata Hoseok.

Yoongi terkekeh kecil mendengar itu. "Sudahlah, yang penting sekarang kita tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi berlatih." Hoseok hanya mengangguk mendengar penuturan sahabatnya itu.

Yoongi memasang lagu yang akan ia dan Hoseok bawa di audisi yang akan berlangsung dua bulan lagi. Mereka mulai berlatih part mereka masing-masing.

***

Yoongi mendesah kesal saat melihat Meilisia yang lagi-lagi di permainkan oleh Ji-Sung dan teman-teman lelaki itu. Mereka saling melempar tas Meilisa seperti sedang membagi bola dengan tangan.

Meilisa sendiri tampak mencoba menangkap tasnya. Raut Meilisia  seperti ingin menangis.

Tidak tega melihat Meilisia dipermainkan seperti itu, Yoongi pun menyusul mereka. Dulu Yoongi memilih diam dan menyaksikan hal itu. Namun, sekarang ia harus menujukan sisi kepahlawanannya agar Meilisia terkesan.

Ketika salah seorang teman Ji-Sung, ingin melempar tas Meilisa pada Ji-Sung,  dengan sigap Yoongi menangkap tas tersebut. Melihat itu tawa Jisung pun lenyap.

Yoongi berjalan mendekati Meilisia. Ia memandang satu persatu Logan dan teman-temannya. "Apa kalian tidak punya rasa kasihan. Meilisa hampir menangis karena dipermainkan seperti itu."

"Jangan iku campur dengan kesenangan kami," kata Jisung.

"Apa tidak ada kesenangan lain selain mempermainkan Meilisia?" tanya Yoongi sinis.

Jisung memandang Yoongi dengan tatapan tak suka. "Bukannya dulu kau tidak perduli saat kami mempermainkan Meilisia. Dan kenapa baru sekarang kau perduli."

Yoongi mendesah, lalu menggenggam sebelah tangan Meilisia. "Karena sekarang Meilisia adalah pacarku." Semua orang yang ada di situ terkejut, termasuk Meilisia sendiri. Kilatan marah kemudian nampak di sorot mata Jisung.

Yoongi menarik tangan Meilisa untuk mengajaknya melangkah. Namun, baru saja melangkah, Jisung berkata, "Tetap di sini atau ibumu akan bermasalah." Ancaman itu membuat Meilisia berhenti melangkah.

Merasa langkahnya tertahan, Yoongi menegok Meilisia. "Ada apa, Mei?"

Meilisia melepaskan tangannya dari Yoongi. "Maaf, Gi, aku tidak bisa ikut denganmu," katanya, "boleh aku minta tasku?"

Yoongi memandang Meilisia kesal. "Kau ingin dipermainkan lagi oleh mereka?" Ia tidak habis pikir dengan Meilisia.

"Maaf, Gi." Penuturan Meilisia membuat Jisung tersenyum penuh kemenangan.

Yoongi menggeram, lalu memberikan tas yang ia pegang pada Meilisia. "Gadis bodoh," gumamnya sesaat setelah memberikan tas itu pada Meilisia. Ia pergi meninggalkan mereka.

Di sepanjang menuju kelas Yoongi mengomel sendiri, merutuki sikap Meilisia. Setelah sampai di kelas ia duduk di bangkunya yang bersebelahan dengan tempat duduk Hoseok.

Melihat wajah Yoongi, Hoseok pun jadi ingin tau. "Ada apa, Gi?"

Yoongi mendesah, lalu memandang Hoseok. "Meilisia, Seok."

Hoseok merapatkan bibirnya, menahan tawa. Ia tebak, pasti Yoongi ditolak. "Memangnya Mei kenapa?"

"Tadi aku membela dia, dan mengajaknya pergi dari lingkaran setan itu, tapi dia malah tidak mau ikut denganku."

Tak lama suara Meilisia yang penuh kecanggungan terdengar di telinga Yoongi dan Hoseok. Keduanya menengok ke arah Meilisia.

"Mm, Yoongi ... boleh aku menjelaskan sesuatu padamu?" tanya Mei.

"Tidak."

"Oh begitu." Suara Mei terdengar kecewa. "Baiklah, maaf telah mengganggu." Ketika gadis itu hendak melangkah ke bangkunya, Yoongi berdecak lalu menangkap sebelah tangan gadis itu.

"Duduk!" kata Yoongi.

Meilisia duduk di bangku kosong, di depan Yoongi.

"Mau jelaskan apa?" tanya Yoongi ketus.

"Aku mau jelaskan, soal aku yang tidak mau ikut denganmu."

"Hem. Ya sudah jelaskan."

"Sebenarnya ibuku bekerja sebagai pembantu, di rumah Jisung, dan dia selalu mengancam akan membuat ibuku dalam masalah jika, aku melawan atau tidak menurutinya."

Yoongi dan Hoseok tampak sama-sama terkejut. "Jadi itu alasannya, kenapa kau hanya diam saat dipermainkan olehnya?" tanya Hoseok.

Meilisia mengangguk. "Aku tidak mau ibuku terkena masalah."

"Apa kau pernah bilang, pada ibumu tentang perlakuan Jisung?" sahut Yoongi.

Mei menggeleng. "Aku tidak mau ibu terbebani, Gi. Hanya ibu yang kupunya."

Rasa bersalah pun muncul di benak Yoongi, ia salah menilai Meilisia. "Maafkan aku karena selama ini menganggapmu lemah."

Meilisia tersenyum manis. "Tidak apa-apa, Yoongi, aku mengerti."

"Nah 'kan, Gi. Makanya kalau menilai orang itu jangan tergesa-gesa," nasihat Hoseok.

Yoongi berdecak kesal. "Iya." Meilisia dan Hoseok terkekeh kecil, mendengar itu.


Sope (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang