Setelah menyelesaiksn tugas bertumpuk-tumpuk serta ujian O.W.L. yang mengerikan, tahun ke lima akhirnya usai. Selama itu pula aku masih belum memperbaiki hubunganku dengan Black muda.

Melihat hubungannya dengan Sirius yang belum terselesaikan, sepertinya ini sudah kebiasaan Regulus (dan Sirius). Mereka tidak ingin duduk diam dan meluruskan semuanya sambil minum teh.

"Sirius, kau tidak makan?" Aku berpapasan dengan Sirius yang sedang berjalan melawan arus anak-anak yang pergi ke Great Hall.

"Aku ingin menemui Regulus. Membicarakan... sesuatu," jawab Sirius. Ia meletakkan telunjuknya di bibir saat mengatakan 'sesuatu'.

Apakah sesuatu itu tentang memperbaiki hubungan mereka? "Bagus!" jawabku antusias.

"Apa kau ingin aku menggundulinya?" Tanya Sirius.

Sirius sadar dengan kerengganganku dan Regulus. Tanpa diduga ia diam saja. Malah aku lebih sering menemukannya malam-malam di depan asramaku basah kuyup dengan vinegar dan cokelat di tangan. Ia mengajariku ramuan bersama Lily. Dia juga menemaniku di halaman untuk melihat bintang, tapi rasanya berbeda walau Sirius adalah teman yang lebih asik. Regulus tahu kapan untuk diam namun Sirius tidak. Walaupun begitu, aku berterimakasih ia sudah mau menemaniku.

"Bicaralah seperti saudara," pesanku.

"Saudara pasti lebih brutal jika berbicara. Setidaknya untuk kami para Black. Kau tahu tidak? Bellatrix, sepupuku, hampir mengutuk Andromeda."

"Jangan lakukan itu. Dia adikmu."

"Andy juga adik Bella."

"Sirius."

Sirius tertawa puas telah menggodaku. Ia mengacak rambutku dan berkata, "Iya, Fleurine. Aku tidak akan mengutuk Regulus."

Aku tak bertemu Sirius Black lagi setelahnya, alih-alih melihatnya di Aula Besar tengah bersantap sambil bersenda gurau dengan personel Marauders lain. Dan aku juga tak melihat Regulus.

· · ────── ☆ ────── · ·

Saat hendak pergi ke halaman, aku mendapati tiga orang sedang duduk di lantai. Siluetnya begitu familiar. James Potter, Peter Pettigrew, dan Sirius Black.

Aku membetulkan letak jaketku dan berjalan cepat ke arah mereka. Sontak aku menahan nafas melihat kondisi Sirius. Wajahnya memar terutama di pipi dan bibir. Mengapa pula ia berkelahi seperti ini? Kupikir Sirius senang main tongkat sihir daripada main tangan.

James mencoba menggunakan mantera penyembuh namun tak berhasil, sedangkan Peter menggunakan kain basah untuk mengelap darah yang ada di wajah Sirius.

"Fleurineee...," sapa Sirius dengan senyum lebar saat menyadari eksistensiku.

"Ada apa denganmu?" Tanyaku sambil berjongkok di depannya.

"Bosan menjadi tampan hehe," kelakar Sirius. James dan Peter menggerutu saat mendengarnya.

"Sirius, yang benar saja," omelku.

"Ada singa kecil menyerangku," katanya sembari terkekeh. Sirius mendesis setelahnya karena merasakan sakit di sekitar bibirnya. "Kau bisa menyembuhkanku kan?" Tanya Sirius memelas. "Dua orang ini tidak becus."

"Hey, aku sudah berusaha!" Protes James. "Lain kali akan kutendang wajahmu."

Aku mengamati luka Sirius. Ini luka kecil, seharusnya aku bisa. Aku berusaha percaya diri. Jika gugup nanti akan berbuah fatal pada Sirius. Aku mengeluarkan tongkat dan menggumamkan mantera penyembuh pada memar dan luka di wajah serta tangan Sirius.

[✓] 𝐓𝐎 𝐘𝐎𝐔𝐑 𝐂𝐎𝐍𝐒𝐓𝐄𝐋𝐋𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍 𝐀𝐍𝐃 𝐁𝐀𝐂𝐊 | Regulus BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang