10. Minggu Bersih

Mulai dari awal
                                    

"Loh, Leo kok ga ganti pakaian, emang ga ikut latihan Dami sama Lio?" tanya Haikal bingung.

"Kan Lio udah bilang yang latihan Lio dan Dami, kok kakak aneh sih," ujar Lio agak kesal.

Leo mengeleng saja, kemudian berjalan ke arah dapur, diikuti Lio juga.

"Ish! Udah kamar berantakan, keluar kamar sok gaya, ga sinkron banget sih dek," cibir Hikal kemudian pergi ke arah pintu luar.

"Sapu yang bener dong, bang! Itu belum ke ambil! Abang yang itu!" Yaksa sibuk mendikte Dana yang kebagian menyapu sampah daun yang telah mereka gunting.

"Yaksa!" geram Dana saat mendengar adik ke-9nya itu terus saja menguruinya.

"Biar Harist aja, bang," Harist pun menarik sapu dan pengki yang dipegang Dana, lalu merapihkan sampah sisa mereka menggunting rumput.

"Ada yang mau bantuin Haikal di dalam? Kamar adek berantakan banget!" ujar Haikal mengintrupsi para saudaranya.

"Ga bisa, rumputnya masih banyak yang belum di potong, bang Dana terlalu lelet kerjanya!" jawab Yaksa.

Dana menatap tajam ke arah Yaksa, menyebalkan sekali adiknya itu.

"Kamar adek doang gampang, Kal, ga ribet kok!" sahut Kalan yang tengah asik mengusap sabun ke atas body mobil di sampingnya.

"Ga ribet cangkem mu," gumam Haikal tidak terima dengan apa yang Kalan ucapkan. Sepertinya Kalan tidak pernah masuk ke kamar triplet.

Tidak lama, Kalin, Dami dan Lio keluar dari dalam rumah, melewati Haikal yang masih berdiri meminta pertolongan saudaranya yang lain agar membantunya membersihkan kamar triplet.

"Ngapain, Kal?" tanya Kalin.

"Mamas mau kemana?" tanya balik Haikal.

"Mau anter Dami sama Lio ke sekolahnya,"

"Leo mana?"

"Di dapur lagi bantuin Kira sama Keno metikin bayem,"

"Selesai anter curut-curut, bantuin Ikal di kamar adek,"

"Sampe sore lah, Kal... mamas juga pelatih sepak bola,"

Haikal mengeram mendengar jawaban Kalin. Membuat Kalin langsung pergi berlarian takut Haikal malah marah padanya, berabe.

"Keno! Aku udah bilang jangan diiris miring! Kenapa sih harus diiris miring!?" jeritan membahana itu dari dalam rumah. So pasti itu teriakannya berasal dari Kira.

Haikal yang tidak ada kegiatan segera berlarian ke dalam untuk melihat apa yang tengah terjadi.

"Kakak!" ujar Leo tiba-tiba berlarian dari arah dapur dan menghantam tubuh Haikal saat mereka bertemu di tengah ruangan.

"Aduh, Leo!" keluh Haikal yang sudah tertidur di lantai karena hantaman Leo, si adek juga itu terbaring di atasnya.

"Kakak, kak Kira berantem sama kak Keno, tolong!" ujar Leo panik.

Haikal melihat tubuh Leo gemetar. Kenapa sekarang Leo jadi begini-pikir Haikal.

Dan tidak lama Kira juga Keno keluar dari dapur. Keno yang berlarian dengan menjerit takut, dan Kira di belakangnya tengah...

"Sini lo, Keno!?" jerit Kira.

"Woy ya! Kira lepasin pisaunya! Adek takut!" pekik Keno dan berlarian menghindari Kira.

"Ga peduli!" marah Kira.

Haikal dan Leo yang masih di lantai menjadi papan pembatas yang harus kedua anak kembar itu lompati, sehingga saat Keno sudah melewati tubuh Haikal dan Leo, Kira mengikuti, Keno akan kembali lagi ke belakang berlarian ke arah dapur.

Sampai tiga kali mutar, akhirnya Kira terjatuh karena kaki Leo terangkat, dan tubuh Kira terhuyung ke samping menimpa Haikal dan Leo, serta tidak lupa pisaunya melompat dari tangannya.

"Subhanallah, Haikal! Kira! Ngapain kalian?!" teriak Kalan saat masuk ke dalam rumah ternyata kedua adiknya tengah saling tindih di tengah jalan.

"Ra! Bangun, adek!" teriak Keno panik setelah menaruh pisau Kira ke dapur.

Kira pun terbangun, dan di tengah-tengah antara Haikal juga Kira itu ada Leo.

Kalan membelo, dan segera menarik tubuh Leo agar bangun dari atas tubuh Haikal, memeriksa si adek semoga tidak apa-apa.

"Kalian berdua ini lagi masak bukan? Haikal katanya mau beresin kamar adek, kenapa malah mainan di lantai kayak teletubis keberatan badan, huh?" ujar Kalan memarahi para adiknya. "Leo ga apa-apa? Badan teh Kira ga berat kan, dek?"

"Kak Kira berantem sama kak Keno," adu Leo dengan memeluk Kalan.

Kalan melotot lagi pada si kembar.

"Iya, mas, tadi teteh mainan pisau, untungnya ga kena Haikal sama Leo," tambah Haikal.

Oh sip, Kira dan Keno dalam masalah.

"Abang Dana!!" teriak Kalan.

.

.

.

"Aih! Ini kenapa permen karet ada di bawah bangku sih!" keluhnya.

"Ya Allah, ini lengket kenyal apaan! AaKH!?" yang lain bersuara, dan berteriak saat merasakan aneh benda yang dipegangnya.

"Itu slime," jawabnya dengan berdiri memperhatikan dua orang berwajah hampir mirip di depannya.

"Adek! Apa kalian ga pernah bersihin kamar? Kapan kalian bersihin kamar?" tanyanya dengan nada marah.

"Ga tau, Leo kan beda kasur, yang biasanya bawa makanan ke dalam kamar itu Lio sama Dami. Tapi slime itu punya Leo, jangan dibuang," jelas Leo.

"Dih apaan sih? Ini menjijikan! Buang aja!?" protesnya saat Leo tidak mau slimenya dibuang.

"Kak Dana~" adu Leo segera keluar dari dalam kamarnya.

Dana yang tengah mengaso di depan TV menatap terkejut saat melihat si bungsu keluar kamar dengan merajuk.

"Slime Leo mau dibuang~"

"Keno, Kira," panggil Dana dengan memainkan kipas ditangannya.

"Bang, ini jijik! Nanti adek jatoh gimana?" ujar Kira tidak mau disalahkan.

"Leo bisa buat lagi nanti," kata Dana menyarankan si bungsu. Membuat Leo mengembungkan pipinya tanda tidak setuju. "Kalan, ajak adek beli slime baru. Keno, Kira, balik bersihin kamar adek, atau abang ga akan cairin uang jajan bulanan kalian,"

"Rugi di Kira, bang. Keno enak punya sampingan," keluh Kira dan segera masuk ke dalam kamar triplet. Dana tertawa saja melihat adik tengahnya merajuk. Kali-kali kerjain Princessnya Papa sama Mama.

Kalan segera mengajak Leo pergi, Haikal juga ikut karena tidak melakukan apapun. Aseek belanja pakai kartu abang~ 😗

Bersambung...

Keno itu cantik ya~ 😳

THE ARDINATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang