"Sakit?"
"Iya, tapi udah mendingan kok Rayn."
Rayn tersenyum kecil memandang gadis dihadapannya. "Makanya lain kali kalo dansa itu pelan-pelan, jangan kek tadi."
Pipinya bersemu merah, ia mendorong pelan kepala Rayn. "Kamu yang terlalu cepat, jadi aku susah ngimbanginnya."
Cowok itu terkekeh, ia berjongkok lalu melepaskan high heels di kaki kiri gadis cantik itu. Tanpa sungkan, cowok itu mengurut pelan kaki itu dan membuat si pemilik meringis kecil.
Tanpa sepengetahuan dua remaja itu, Zalza menggepalkan tangannya dengan rahang yang mengeras. Ia benar-benar ingin memukul Rayn dan menggantung cowok itu di tiang listrik karena begitu perhatian dan perduli dengan perempuan itu. Sedangkan Zalza yang selama ini perduli padanya, bahkan sempat menangis karena khawatir akan keadaan Rayn tak pernah dipedulikan bahkan diberi perhatian.
Melainkan malah terus disakiti dan dipermainkan. Zalza berdecih, ia menatap lurus kedepan dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kenapa gue gak pernah bisa dapat hal itu? Kenapa gue yang selalu jadi bahan pelampiasan?" tanya Zalza pada dirinya sendiri. Ia begitu kecewa mendapatkan kenyataan itu.
Gadis itu menoleh perlahan ke samping, ia tersenyum miris saat melihat Rayn yang tertawa renyah dengan gadis cantik itu. Bahkan dapat Zalza lihat, Rayn begitu teduh memandang perempuan itu, berbeda jika bersamanya hanya ada tatapan dingin dan tajam yang menghantui.
"Rayn, nanti kalo papa tau hal ini gimana?"
Rayn mendongak, ia tersenyum. "Udah Jessy, kan aku udah bilang, aku yang tanggung jawab jadi kamu gak perlu khawatir."
Gadis yang bernama Jessy itu tertegun, ia menunduk meremas jemarinya. "Aku takut ntar kamu malah direstuin deket sama aku," ujarnya lalu tergelak tawa.
Rayn ikut tertawa, ia mencubit hidung mancung Jessy dengan gemas. "Kebiasaan, ya? Jessy nakal!" sambut Rayn.
Panas. Sakit. Ingin meledak. Itu semua ada pada diri Zalza. Ia sudah tak tahan menyaksikan kejadian gila yang akan membuatnya setres.
Zalza memejamkan matanya, bulir bening itu seketika turun setelah lama tertahan menyaksikan kemesraan kakak kelasnya. Ia menggigit bibir bawahnya menahan rasa sakit yang menusuk hatinya bertubi-tubi, tapi naas itu semua tak mempan. Air mata itu terus mengalir dan membasahi pipi mulus itu.
Gadis cantik itu mengusap pipinya kasar, ia tak mau menyaksikan lebih lama lagi karena itu akan semakin membuatnya sakit. Dengan langkah gusar Zalza keluar dari persembunyiannya.
Brak.
Zalza memukul lantai keramik putih itu. Ia meringis kecil saat mengetahui kebodohannya. Gadis itu terjatuh dilantai karena tersandung pot bunga kecil yang ia tak perhatikan karena terlanjur kesal.
Dua remaja yang sedang bermesraan sontak melihat asal suara. Mata mereka tertarik saat melihat seorang gadis jatuh tersungkur, tanpa berpikir panjang seketika dua remaja itu berjalan menuju Zalza.
"Lu gak papa?" tanya Rayn, berusaha mencari tau wajahnya.
Zalza berdesis. Ia memejamkan matanya dan menggepalkan tangannya. Untung saja dia jatuh tersungkur dan rambutnya terurai sehingga wajahnya tidak terlalu nampak, walaupun pose jatuhnya tidak estetik seperti di sinetron FTV.
Gadis itu menggeleng, ia bangkit dengan tertatih. Rasa nyeri dikakinya ia abaikan, tanpa mendongak menatap Rayn dengan cepat ia melangkahkan kakinya.
Rayn mencekal tangan Zalza. Ia melangkah menghadap gadis itu, menyibak rambut hitamnya dan mengangkat dagu gadis itu agar menatapnya.
Pupil mata Rayn membesar saat melihat siapa yang ada dihadapannya, dengan cepat jemarinya mengusap bulir bening yang kembali luruh dipipi chubby itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret and Promise [Tamat✓]
Teen FictionGENRE : Fiksi remaja - Romance Ⓦⓞⓡⓚ ① Rahasia dan janji saling berikatan, berjanji untuk tidak membocorkan satu rahasia dan merahasiakan sebuah janji agar tak ada yang mengetahui isi janji itu. Sepenggal kisah dua remaja yang banyak memiliki...
54. Menyerah?☁️
Mulai dari awal