"Sarah," panggil Zora pelan.
Sarah menoleh menatap Zora bingung. "Lo bicara sama gue?"
"Iya, sini deh," seru Zora cepat menarik lengan Sarah mengikutinya. "Aku bawa bekal mau gak?" tanya Zora membuat Sarah menatapnya tajam.
"Zora, lo masih mabuk?" tanya Sarah tak suka melepaskan tangan Zora.
"Hm, kamu beneran bakal tunangan sama Elang, menurutku kamu harus pikir ulang deh, dia tuh banyak kena kasus tahu, walau aku ga tahu kasus apa," ucap Zora khawatir.
"Sok tahu kamu!"
"Serius, dulu dia pernah bunuh pacarnya, eh bukan tapi pacar temannya, terus ga tahu kenapa dia udah keluar gitu aja," lanjut Zora mencoba berfikir.
"Karena dia kaya, aku ga peduli dengan apa yang dia lakukan, hubungan kami adalah hubungan bisnis, dan hidupku bukan diriku yang memegang, tidak seperti dirimu yang bebas, kamu paham, kenapa aku selalu membenci kamu?" tanya Sarah membuat Zora diam.
"Kamu tidak dituntut sempurna, kamu tidak dituntut harus membanggakan orang tuamu, kamu selalu diperhatikan, kamu selalu mendapatkan segala yang kamu, kamu terlalu menyebalkan untuk disandingkan denganku," lanjut Sarah walau sebenarnya ia cukup berterima kasih Zora menghentikan tuntutannya setelah ia mengaku salah dan tidak akan mendekatinya lagi.
"Kata siapa?"
"Kamu tidak bisa compare hidupku dengan kamu, aku juga berusaha kok, bukan dituntut orangtuaku, tapi disekitarku menuntut hal itu, aku harus berusaha menyesuaikan ekspetasi disekitarku, aku adalah anak pertama keluarga Meschach yang dipandang manja dan tidak bisa apa-apa, tapi nantinya aku harus menggantikan papaku, rasanya tidak enak dipandang bukan karena kemampuan," ucap Zora pelan mengingat bagaimana orang-orang hanya memuji kecantikannya bukan prestasi yang selama ini ia hasilkan.
"Dan aku tidak selalu mendapatkan yang aku mau, memangnya kamu kira beberapa bulan kemarin aku ga punya uang dan bekerja menjadi office girl adalah sesuatu yang aku harapkan, tapi karena hal itu aku belajar menghargai semuanya, terutama dari Lanny yang hidupnya sangat sederhana, dia bahkan tidak punya barang branded seperti kita, tapi kamu bisa lihat dia bahagia lebih dari kita," lanjut Zora menatap Lanny yang melambai dan tersenyum padanya.
Sarah diam menatap Zora kemudian berdiri mengambil sandwich dibekal yang tadinya ditawarkan Zora. "Ya, sepertinya aku memang terlalu iri sama kamu seperti perkataan Lanny," ucap Sarah cepat.
"Terus lebih parahnya lagi, aku tidak bisa mendapatkan Kio, pria bodoh itu tertarik dengan tipe sepertimu," ucap Sarah lagi kesal menatap Lanny dari kejauhan.
"Tapi kamu mendapatkan Satya kan, dia juga tampan kok," ucap Zora santai tapi membuat Sarah menatapnya tajam.
"Cih, pria bodoh itu, dia terlalu baik untukku, mengurus kalian saja dari kemarin tidak bisa kan," balas Sarah membuat Zora mengerutkan kening.
"Tawaran model itu?"
"Iya, itu permintaan maafku mencarikan kalian kerja, tapi kalian malah menolak itu semua, padahal kalian akan dapat banyak koneksi dari sana," sindir Sarah langsung berlalu sedangkan Zora menatap kepergian Sarah bingung.
Lanny segera mendekat dan menaruh bukunya saat melihat Sarah berlalu dari sana. "Itu Sarah, dia ngapain?" tanya Lanny cepat.
"Hanya nyapa aja, dia ga mungkin ganggu aku lagi tenang aja," ucap Zora menyakinkan Lanny.
Zora tersenyum menatap Lanny yang menatapnya curiga. "Dia ga ancam-ancam kamu kan?"
"Udah gak, yuk ke rumah aku aja, aku mau kasi barang-barang aku ke kamu," ucap Zora sambil berdiri merapikan kotak bekalnya kemudian mendorong Lanny ke area parkir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomanceAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...
Devilish - 40
Mulai dari awal