1. Rest In Peace

5.4K 697 80
                                    

Jawa Tengah | 20 Maret 2021
By : GwenXylona

-RestInPeace-

Kakek Lee telah tiada. Empat mahasiswa itu tercengang ditempat, entah apa yang terjadi yang jelas dua hari yang lalu Kakek Lee pamit pergi menemui anak-anaknya di Bogor sehingga keempat anak itu hanya ditinggal sendiri dirumah, bertanggung jawab akan segalanya, membersihkan rumah, mencuci piring, mencuci baju, memasak, dan lainnya telah dibagi oleh Kakek Lee sebelum pergi menemui anaknya.

Hari ini pukul 8 pagi ketika Renjun hendak mencuci mobil Pajero Sport milik Kakek yang sudah buluk itu dikagetkan oleh seorang wanita yang berdiri didepan pintu, wanita itu menahan tangis, meskipun wajahnya sudah terlihat jika dirinya telah menangis sebelumnya. Wanita itu mengatakan jika ayahnya telah tiada, yang mana Renjun mengartikan jika Kakek Lee telah meninggal.

Ternyata benar, Kakek Lee mengalami serang jantung ketika berada dirumah sang putri, keempat anak manusia itu lantas ikut sang wanita untuk pemakaman. Tak mereka sangka jika baru saja kemarin Kakek mambawa Jaemin kerumah, dan malamnya pamit kerumah anak, lalu paginya telah berpulang, mereka kira ketika pulang nanti Kakek akan membawa anak kabur lagi sehingga jumlahnya menjadi 5 atau bahkan bisa saja lebih yang Kakek tampung.

Yang menangis sangat banyak hari ini adalah Renjun, dia adalah orang pertama yang Kakek temukan dipinggir jalan satu minggu yang lalu, Kakek mendekatinya, mengajaknya berbicara dan akhirnya menolongnya untuk dibawa pulang, rumah yang diberikan Kakek Lee sangat hangat, berbeda dengan rumah aslinya yang penuh penyakit hati.

Kini keempatnya tengah duduk berjejer pada sebuah sofa dirumah megah milik putri dari Kakek Lee. Didepan mereka sudah ada dua anak perempuan Kakek dan suami mereka masing-masing, mereka serasa disidang hari ini, menunduk tak berani lancang karena memangnya siapa mereka?

"Ekhem... Kalian"

Karena disini Renjun adalah yang tertua, maka dia harus mewakili adik-adiknya. Empat anak ayam itu duduknya pun sesuai usia masing-masing, lucu. Renjun mengangkat kepala untuk menatap anak sulung dari Kakek Lee yang tadi berdehem, wajahnya terlihat biasa saja, hanya terdapat sarat kesedihan disorot matanya. Renjun menelan ludah, dan tanpa ia duga, tangannya yang meremas lutut itu digenggam erat oleh Jeno, teman yang baik.

"Ayah saya berpesan supaya kalian hidup dengan baik, jaga rumah dan kendaraan Ayah yang ada disana ya"

"Ha??" hanya itu yang Renjun ucapkan saking kagetnya, ia kira mereka akan diusir.

Wanita disampingnya terkekeh "Ayah juga sudah melunasi biaya kuliah kalian, jaga diri baik-baik katanya" lanjut si wanita yang sialnya tingkat kemiripannya dengan Kakek Lee sudah memasuki level kurang ajar.

"Maaf??" Jeno juga berani angkat bicara sekarang.

Para suami disana tersenyum "Kalian bisa menyambung hidup disana, rumah sama kendaraan itu tanggung jawab kalian para babunya katanya. Tenang aja, kalian kan dibawa Ayah untuk Ayah rawat, untuk temannya dimasa tua, makanya Ayah mengurus semuanya"

"T-tapi kami---"

"Sudahlah, lagian Ayah sudah melunasi biaya kuliahnya, masa iya mau ditarik lagi. Babunya Ayah harus bahagia katanya" sela menantu kedua Kakek Lee memotong ucapan Jaemin.

"Kalian disana baik-baik, oh iya, jangan takut sama kami, panggil aja Tante sama Om--eh nggak, Mbak sama Mas aja" anak pertama Kakek Lee berujar.

"Nama saya Yudha" menantu pertama mengulurkan tangannya yang diterima oleh Renjun dan lainnya dengan baik.

"Saya Doni" yang kedua ikut mengulurkan tangan.

"Saya Devona, panggil aja Vona"

"Saya adiknya dia, panggil aja Devina"

Linier [Babu Lee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang