Tiga puluh menit berlalu, dosen yang disegani mahasiswi Akbid Nusantara Indonesia Husada itu berdiri dari tempat duduk dan melangkah ke arah anak didiknya.
"Ibu harap kalian paham tentang pengertian serta komponen paradigma kebidanan... karena itu yang nantinya akan keluar saat ujian." Ibu Sri menghela napas, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Bukan hanya itu! Penting juga bagi kita sebagai seorang bidan agar bisa membedakan macam-macam asuhan kebidanan, peran dan fungsi serta tanggung jawab bidan."
Kedua bulat mata Cira menatap Ibu Sri dengan fokus. Namun tak dipungkiri, kurang tidur di malam hari menyebabkan gadis itu cepat lelah saat menerima materi. Ia berusaha menyenderkan punggung pada kursi untuk mencari posisi nyaman.
Ibu Sri yang sedang menyimpulkan materi hari ini menatap Cira dengan lekat. "Cira! Kamu ini niat belajar enggak? Kenapa duduknya malas-malasan seperti itu? Kalau udah nggak mau ikut kuliah saya, silakan keluar."
Cira segera membenarkan posisi duduk dengan tegap. "Maaf, Bu...."
"Coba kamu jelaskan definisi bidan?"
Cira terdiam sejenak. Gadis itu mengira akan ditanyai tentang paradigma kebidanan. Namun, pertanyaan yang baru saja diajukan Ibu Sri adalah materi minggu lalu. Beruntung mahasiswi berseragam sesuai syariat Islam itu menyukai mata kuliah Konsep Kebidanan, karena hal itulah ia bisa menjawab pertanyaan dosen dengan baik.
"Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan kebidanan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi... atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan," tutur Cira.
"Kalau definisi bidan menurut WHO? Dan apa yang membedakan dengan definisi yang kamu sebutkan tadi?" Ibu Sri kembali mengajukan pertanyaan.
"Menurut WHO, bidan adalah seseorang yang telah diakui secara reguler dalam program pendidikan kebidanan sebagaimana yang diakui yuridis, dimana ia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan dan telah mendapatkan kualifikasi serta terdaftar disahkan dan mendapatkan izin melaksanakan praktik kebidanan...." Cira menghela napas dan kembali bersuara. "Yang membedakan adalah... jika definisi di Indonesia, bidan adalah seorang perempuan. Namun, menurut WHO... bidan adalah seseorang. Artinya, bidan menurut organisasi kesehatan internasional bukan hanya seorang perempuan, tetapi juga laki-laki. Di negara kita hanya seorang perempuan yang bisa menjadi bidan."
Cira merasa lega ketika bisa menjawab semua pertanyaan Ibu Sri. Tak lama setelah itu, dosen yang merangkap jabatan sebagai wakil direktur kampus itu menutup kuliah dengan sebuah ritual wajib yang diberikan pada mahasiswa.
"Ibu minta tolong sama ketua kelas agar menentukan kelompok sesuai absen. Bagi menjadi empat regu untuk presentasi Selasa depan. Tugasnya buat makalah tentang ‘praktik profesional bidan’ beri minimal tiga contoh dan setiap kelompok tidak boleh sama."
Setelah wanita paruh baya bertubuh ideal itu bergegas keluar dan sudah tidak terlihat lagi, dari arah belakang ada mahasiswi lain bernama Wulan menghampiri Cira.
"Woi!" Gadis itu menepuk pundak Cira.
Cira menampakkan wajah yang masam.
"Udah nggak usah cemberut gitu, Ibu Sri, kan, udah nggak marah lagi. Untung aja kamu bisa jawab pertanyaan beliau," tutur Wulan.
"Lan, aku tuh kayaknya setiap hari Selasa harus menyiapkan fisik dan mental untuk menghadapi beliau, ya."
Wulan terkekeh. "Lagian, kamu kan, telat! Kenapa masih aja duduk di depan? Padahal di belakang juga masih ada kursi kosong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Asuhan Bidadari Idaman [End di Bestory]
General FictionTenaga medis merupakan salah satu pekerjaan mulia dan sangat dibutuhkan kebanyakan orang. Tak sedikit pula di antara penerus bangsa yang bercita-cita menjadi petugas kesehatan, salah satunya Ciralva Aizyah, gadis asal Bandung yang berharap bisa berp...
1 💖 Ibu Sri Bardini
Mulai dari awal