5. Snowball

3.8K 566 54
                                    

Jawa Tengah | 23 April 2021
By : GwenXylona

-Snowball-

Pernah ada yang bertanya 'Didunia ini, apa yang paling lo benci' lalu Jaemin menjawab dengan gamblangnya 'Wartawan' didepan kamera langsung saat kala itu dirinya, sang kakak, ibu serta ayahnya menghadiri sebuah pesta disebuah hotel bintang lima satu bulan setelah dirinya benar-benar pulih. Padahal kala itu yang bertanya seperti itu adalah wartawan sendiri, saat itu wajah para wartawan langsung berubah dan tak lagi bertanya pada Jaemin, namun pada ayah dan ibu, juga kakaknya.

Dulu sekali, saat masih satu sekolah dengan Sang kakak, Jaemin sempat ingin menjadi wartawan. Namun naas cita-citanya lenyap seketika setelah dirinya terbangun diatas brankar rumah sakit dengan tubuh serasa tak bertulang---hanya karena wartawan dirinya nyaris mati.

Sejak saat itu, Jaemin bahkan membenci acara tv berupa berita, dia tidak pernah melihat berita apapun di tv, namun masih membacanya secara berkala lewat koran, majalah mingguan, atau ponsel. Ketika melihat sang ibu sedang wawancara pasti Jaemin menjauh, memilih menyendiri bermain ponsel, terkadang ditemani kakaknya.

"Jaem..."

Jaemin menyirit kala pening menghampiri kepalanya, ia mendengar dengan sayup-sayup suara berat Jeno, perlahan namun pasti matanya terbuka, semakin ia membukanya maka semakin pening kepalanya, plus sorot cahaya lampu yang terang itu semakin membuat matanya tak nyaman.

"Jaemin..." kini Haechan yang memanggil, Jaemin masih belum bereaksi apa-apa sebab dirinya kembali terlempar kedalam ingatan dimana ia berlari menjauh dari wartawan yang masih dihadang Felix, sangat buruk.

Jaemin terbatuk membuat ketiga sahabatnya panik, buru-buru memanggil dokter yang datang secepat kilat. Dokter itu kemudian memeriksa keseluruhan kondisi Jaemin, tiga lainnya hanya diam, Jeno dan Haechan duduk berjejer di sofa, sementara Renjun disamping Jaemin, hanya berdiri terdiam mematung.

"Istirahat ya, nanti kalau udah mendingan makan terus minum obat, Dokter pamit dulu, jangan ngeyel" Jaemin hanya mengangguk lemah saat Dokter yang sialnya adalah Dokter pribadinya dulu. Pasti sekitar satu sampai dua jam dari sekarang salah satu anggota keluarganya akan datang.

Jeno berinisiatif mengikuti Dokter itu keluar untuk bertanya, yang dijawab sang Dokter "Kejadiannya terlalu mendadak, Jaemin syok berat, jauhkan dia dari wartawan karena itu berpengaruh pada mentalnya, trauma masa lalunya begitu parah. Dan tolong jangan bahas masalah tadi lagi, bahas yang lain yang bisa melupakan kejadian tadi"

Jeno mengangguk lalu kembali masuk, dilihatnya jika Jaemin melamun. Pandangannya lurus menatap langit-langit dengan kosong tanpa ekspresi, sepertinya Jaemin memang tidak se-baik-baik saja yang Jeno kira. Cowok itu berjalan mendekat, terdengar jika Renjun mengajaknya berbicara, namun Jaemin masih tetap diam.

"Jaemin ganteng--dikit, mau apa gue turuti deh"

Jaemin bergeming seolah tak pernah mendengar suara Renjun. Haechan yang melihat itu mendengus "Jaemin sayang, kembaran gue yang manis, ngomong dong, kita kangen suara lo"

Kita?? Lo aja kaliik! Wajah Jeno dan Renjun seeolah mentakan itu ketika Haechan berbicara seperti itu pada Jaemin.

"Tolong"

Akhirnya suara Jaemin terdengar meskipun lirih dan serak, tiga cowok itu tersenyum "Tolong apa?" tanya ketiganya barengan.

"Minum"

Jeno buru-buru meraih gelas karena kebetulan dia yang paling dekat dengan nakas sehingga mudah untuk mengambilnya dan memberikannya pada Jaemin. Renjun dan Haechan membantu menyamankan posisi Jaemin menjadi setengah duduk supaya bisa minum dengan tenang.

Linier [Babu Lee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang