7. Mom

3.4K 519 54
                                    

Jawa Tengah | 10 Mei
By : GwenXylona

-Mom-


Dulu Renjun pernah mengira jika membanting sesuatu ketika sedang marah seperti di film-film keren, sangat keren. Namun nyatanya suara bantingan benda terpaut dengan lantai dan teriakan orang itu membuat kakinya bergetar seolah bumi yang ia pijaki bergoyang. 

Jantungnya tak henti-hentinya bermain api hingga dadanya memanas sesak ketika darah segar keluar. Ketika lebih kecil, Renjun bukanlah anak yang dekat dengan kedua orangtuanya, dia lebih dekat dengan Sang kakak ketimbang orangtua, namun bukan berarti Renjun tak menyayangi keduanya, justru ia sangat menyayanginya sehingga karena tak ingin memperburuk keadaan dia kabur dari rumah supaya kondisinya tenang tanpa pertengkarannya dengan Ayah kala itu. 

Jujur saja ia rindu, rindu akan suara lembut Mama, rindu sentuhan halus Mama, rindu masakan Mama, rindu ocehan Mama, rindu bercandaan Mama, rindu perdebatan kecil dengan Mama---rindu segalanya, Renjun ingin memeluk Mama. Niat awal pulang adalah untuk mencoba memperbaiki, bukan seperti ini yang Renjun inginkan.

"Ren..."

Anak itu mendongak, menatap kakak laki-lakinya dengan mata senduh penuh pancaran ketakutan. Windu tersenyum kecil "Nggak ngabarin teman-teman kamu?"

Renjun menggeleng "Nanti pulang"

"Kapan?"

"Bareng Mama"

Bertepatan saat itu, pintu UGD terbuka menampilkan sesosok dokter sepertinya masih muda, pakaian dokter itu terlihat bercak darah dibeberapa bagiannya membuat Renjun berdebar lagi. Ayah yang duduk tak jauh dari keduanya berdiri dan mendekati dokter itu "Bagaimana istri saya?"

"Maafkan kami, kami sudah berusaha, tetapi istri anda telah berpulang."

Ketika Kakek Lee meninggal, Renjun menangis paling keras, ia merasa kehilangan setelah satu minggu Kakek itu merawatnya, bahkan rela pergi ke apotek untuk membeli plester luka dan betadine untuknya, saat itu dirinya terluka karena pisau pas memasak, lalu Kakek pulang tak hanya membawa plester, tapi membawa Haechan juga. Renjun tidak tahu dari mana asalnya sesak itu datang ketika putri Kakek datang dan mengatakan jika Kakek meninggal. 

Kini, Renjun merasakannya lagi, namun kali ini lebih sesak daripada apapun, bahkan tanpa permisi dengan kurang ajarnya air mata itu menerobos keluar. Renjun benci menangis.

"Tidak!! Dokter jangan bercanda, istri saya baik-baik saja!!!" sergah Ayah tak percaya.

"Kami sungguh minta maaf"

"Bodoh!! Apa gunanya saya membayarmu!!"

"Dokter, maafkan Ayah saya" Windu buru-buru menyahut dan mengisyaratkan supaya dokter itu pergi.

"Kenapa kamu usir dia hah?? Mamamu meninggal ditangannya, Windu!!!"

"MAMA MENINGGAL DITANGAN AYAH SENDIRI, BRENGSEK!!" Renjun mengusap air matanya kasar setelah mengatakan itu.

"Kamu,,, ingat masih punya orangtua?"

"Beberapa menit lalu iya, sekarang saya yatim piatu!!"

♡♡♡


"Bisa-bisa darah tinggi gue"

Jaehyun terkekeh "Bayangin aja Abang 20 tahun begini"

Haechan angkat tangan "Nyerah, yakin, Bang. Kalau gue punya adek kayak Jaemin, gue santet dari dulu"

Jeno tertawa kecil "Yang ada lo duluan dibacok sama Jaemin"

"Iya juga ya, maung dilawan"

Linier [Babu Lee]Where stories live. Discover now