Part 45🌼

Mulai dari awal
                                    

"Emangnya keluarga Kak Diego mau nerima aku yang lumpuh?"

"Maksud lo apa? Keluarga gue gak pernah mempermasalahin fisik."

Syella mengangguk. "Yaudah."

"Oke, kita beres-beres."

Setelah menyelesaikan kegiatannya, Diego membawa Syella menuju rumahnya, kediaman keluarga Pratama.

"Assalamualaikum, Diego come back."

"Kak Diegooo." Seorang anak laki-laki berlari kearah Diego. Syella yakin itu adik yang dimaksud Diego.

"Wah ada Kakak cantik. MAMA, PAPA KAK DIEGO BAWA PACARNYA."

Mata Syella membola. Apa-apaan ini? Syella menatap Diego, sedangkan yang ditatap hanya menggaruk belakang tengkuknya.

"Mana-mana? Wahh, akhirnya anak saya punya pacar," ucap Rini-Mama Diego menatap Syella berbinar.

"Ma, anak kita punya pacar juga, cantik lagi. Gitu dong, kan Papa kira kamu kelainan," ucap Tama-Papa Diego.

Diego memutar bola matanya. "Yakali."

"Ini Syella, yang Diego ceritain. Syel, itu Mama, Papa sama Adik gue."

Syella mengangguk. "Ha-halo."

Rini tersenyum. "Ayo masuk, kamu istirahat dulu."

Rini mendorong kursi roda Syella menuju kamar yang akan gadis itu tempati.

"Tunggu! Kakak cantik gak mau main bola sama Rega?"

Rega Pratama. Adik Diego.

"Regaa." Rini menatap Rega memberi peringatan. Rega menatap kedua kaki Syella lalu mengangguk mengerti.

"Oooh iya-iya Rega paham. Yaudah nanti main berbie aja ya Kak!" ucap Rega antusias. Syella tersenyum lalu mengangguk.

"Yaudah, sekarang Kak Syella biar istirahat dulu." Rega mengangguk, tak lama Rini kembali mendorong kursi roda milik Syella.

Diego menatap kepergian Syella.

"Cantik ya? Tembak dong, nanti direbut orang tau rasa!" ucap Tama.

"Mati dong Pa." Diego berlalu pergi meninggalkan Tama yang mengusap dadanya.

▪▪▪▪

Diego mendorong kursi roda Syella perlahan memasuki kawasan sekolah, ia berharap tak ada kejadian buruk hari ini.

"Woy Go!" Dimas menepuk pundak Diego dari belakang.

"Apaan?"

"Gak ada, hehe." Dimas memberikan cengiran khasnya.

"Wah ada Syella. Makin cantik aja lo Syel, pantesa Diego suk--"

Diego mendelik lalu membekap mulut Dimas. Dimas memukul tangan Diego hingga terlepas. "Anjir, tangan lo bau terasi."

"Ck, lo ngapain sih disini, ganggu aja."

"Nyenyenye, yaudah gue pergi nih." Dimas melangkahkan kakinya menjauh, tapi sebelum ia benar-benar pergi Dimas mengatakan sesuatu.

"Mending kalian jadian aja, cocok kok! Pdkt mulu di ambil orang lagi tau rasa lo!" Diego menatap Dimas tajam, dalam hati ia merutuki mulut lemes Dimas. Ia tak akan pernah menceritakan apapun lagi pada sahabatnya itu.

Sedangkan Syella ia hanya tersenyum, tak menganggap semua perkataan Dimas serius. Mungkin saja itu hanya bercanda, Syella tak mau terlalu memikirkannya.

"Lo gak usah dengerin dia, ngaco tuh anak," ucap Diego yang dibalas anggukan.

Dari jauh Arya memandang mereka berdua dengan tatapan yang sulit diartikan, ia mendengar ucapan Dimas yang membuatnya bertambah kesal. Entah mengapa ia merasa tak suka jika Syella berada di dekat Diego.

Dengan langkah lebar Arya melangkahkan kakinya menuju kearah Syella juga Diego.

"Lo ngapain sama dia?" Arya menatap Syella datar. Dalam hatinya ia mempertanyakan mengapa gadis itu memakai kursi roda.

"Kenapa kalo Syella sama gue? Salah?" tanya Diego menatap Arya tak minat.

"Salah, karena Syella pa--"

"Apa? Pacar lo? Lo udah putus, jadi Syella berhak jalan sama siapapun termasuk gue."

Arya terdiam. Benar yang diucapkan Diego, ia sudah memutuskan gadis itu, lalu kenapa di hatinya ada rasa tidak suka jika Syella berdekatan dengan laki-laki lain selain dirinya?

Syella menatap Arya datar, cacian yang pria itu berikan masih berbekas hingga sekarang. Memang benar yang diucapkan Diego, ia sudah putus. Syella bahkan tak ada niat untuk mengeluarkan kata-kata.

"Udah lah, lo kan sama Iren tuh. Lo gak cukup satu aja?"

Diego mendorong kursi roda Syella menjauh. Arya menatap kepergian Syella dengan kedua pundak yang menurun.

"Woy Ar, yang di bilang Diego benar. Lo kan emang udah putus sama Syella. Jadi lo gak bisa ngelarang-larang Syella jalan sama siapapun," ucap Eza.

Arya masih diam.

"Lo sih, ngapain lo putusin Syella, lo pasti nyesel udah milih mak lampir dari pada Syella," ucap Adit.

"Lo gak liat yang dilakuin Syella malem itu?" Arya berusaha menahan gejolak amarahnya.

"Gue yakin, bukan Syella yang salah," balas Vino.

"Jadi lo salahin Iren?" Ketiganya refleks mengangkat bahunya bersamaan.

Arya berjalan mendahului ketiga sahabatnya. Tujuannya sekarang adalah kelas Iren.

"Tadi kenapa pake kursi roda ya?" tanya Eza.

"Mungkin kakinya cedera," ujar Vino diangguki keduanya.

Banyak cacian yang terlontar saat Diego mendorong kursi roda Syella menuju kelas gadis itu. Telinganya benar-benar dibuat panas dengan celotehan tak berguna yang dilontarkan setiap murid, telinganya saja panas apalagi telinga Syella.

"Dia lumpuh?"

"Pasti dapet karma tuh."

"Ck, kasian banget."

"Kak Diego kenapa mau sih sama Syella? Mendingan sama gue aja."

"Wait, Syella lumpuh? Gosip baru nih."

"Gak tau malu, masih berani sekolah disini."

"Dulu jadi cewek murahan, eh sekarang mau bunuh anak orang?"

Dan banyak lagi cacian lainnya. Namun Syella tak mempermasalahkannya toh mereka juga memang punya mulut kan, jadi biarkan saja.

"Syel gak usah didengerin ya."

"Udah denger Kak, biarin aja."

Ya, terkadang manusia hanya bisa mencaci-maki tanpa mau tau kebenarannya.




🍰TBC🍰

1210 work.

🌟 & 💬.

Next?

See You🍃

Rabu, 24 Maret 2021🍃

Salam dari,
hrlnmnca~

Sofferenza [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang