Fyi, Setelah operasinya berjalan dengan lancar ia sempat menempati ruang rawat biasa tapi Arthur memerintah Firman agar Rosa langsung di pindahkan ke dalam ruang rawat VVIP agar Rosa dapat istirahat dengan nyaman di kamarnya.

"Siapa yang nyuruh mereka buat masang nih benda sih?"tanya Rosa masih dengan suara pelannya.

Rosa terus saja memperhatikan benda kecil canggih yang di sebut sebagai alat sadap.

Ceklek

Pintu ruang rawatnya terbuka lebar dan itu membuat Rosa buru buru menatap ke arah pintu itu dengan wajah kagetnya tapi pada saat berbalik ia langsung menghela napasnya lega ketika melihat seorang suster yang datang bersama troli makanan pasien.

"Gue kirain orang itu lagi"ucap Rosa masih mempertahankan nada pelannya karena takut jika suaranya dapat di dengar oleh orang yang memasang alat penyadap tersebut.

"Mbak Elfira ngapain di situ?"tanya sang suster yang membuat Rosa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil nyengir kuda.

Fyi, Gadis yang kembali berjalan mendekati brankarnya itu dengan seorang suster yang sudah menantunya berjalan sebenarnya sedari tadi membawa cairan infus di tangannya karena memang tangan Rosa dari kemarin sampai sekarang di infus.

"Lain kali jangan terlalu banyak gerak dulu! Soalnya takut nanti jahitannya terlepas"jelas sang suster sambil membantu Rosa duduk di brankarnya.

"Iya Sus maaf! Lagian tadi saya dari buang air kecil doang"bohong Rosa kepada sang suster.

"Iya! Lain kali jangan di ulangi lagi"ucap sang suster dengan nada lembutnya dan senyum manisnya hingga membuat Rosa ikut tersenyum.

"Mbak Elfira makan dulu yah!"perintah sang Suster kepada Rosa.

"Makanya udah ada di meja itu"ucap sang suster lagi sambil menunjuk meja yang ada di samping brankar gadis itu.

Rosa mengikuti arah pandang sang suster dan datik berikutnya ia mengangguk dengan lemah.

"Selamat makan"ucap sang suster dengan ramah dan setelah itu suster tersebut keluar dari ruang rawat Rosa.

Rosa menatap malas semangkuk bubur yang masih mengepulkan asapnya.

"Nggak ada ayam goreng apa?"tanya Rosa kesal.

"Mana tuh bubur nggak enak lagi"dumel Rosa kesal.

"Nggak ada rasanya!"lanjutnya dengan wajah kesalnya.

"Akhhhh gue pengen cepat pulang"ucap Rosa sambil menghempaskan tubuhnya ke brankar itu.

"Shhhhht"ringis gadis itu ketika merasakan sedikit nyeri di area perutnya.

"Ini juga perut! Kaga ada sembuh sembuhnya"lanjutnya dengan kesal.

"Gue pengen ayam goreng bukan bubur hambar"kesal Rosa sambil menatap pintu masuk ruangannya.

Dari sebuah ruangan kerja, terdapat Robert yang tengah menatap sebuah box hitam dengan beberapa file yang harus ia tandatangani berada di hadapannya.

"Ini box dari siapa?"tanya Robert pada sekretaris lelaki yang berdiri di depan meja kerja kerjanya.

"Saya juga nggak tau pak!"jawab lelaki itu dengan sopan yang membuat Robert menghela napasnya pelan.

"Ada yang bisa saya bantu lagi pak?"tanya sang sekertaris dengan ramah.

"Nggak ada! Kamu boleh balik ke tempat kamu"ucap Robert dengan ramah yang membuat lelaki tersebut mengangguk pelan.

Setelah mendengarkan ucapan dari sang atasan, lelaki itu langsung keluar dari ruangan Robert.

Rosa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang