"Masa depan pernikahan kamu? Apa lagi? Kamu setuju menikah dengan Eveline karena perjodohan itu. Setelah Nenek Ratri meninggal, apa yang akan kamu lakukan?"

"Sekarang yang Sega pikirkan hanya menyelesaikan pendidikan dan menjadi dokter spesialis. Bukankah itu yang Ayah inginkan? Selama ini Sega menuruti apapun yang Ayah dan Ibu inginkan."

"Kamu tidak mencintai Eveline?"

"Tidak. Sega tidak memikirkan cinta. Sega membunuh perasaan itu saat memilih mengejar cita-cita..."

Seketika kalimat itu keluar, Hartono terkejut dibuatnya. Hati putranya sudah mengeras rupanya. Tapi itu hanya ucapan lidah Sega, berbeda dengan tubuh dan hati putranya. Walau Hartono keras mendidik Sega, sejujurnya itu semua untuk kebaikan Sega sendiri.

Orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya. Dari teman, sekolah, bahkan pekerjaan apa yang nantinya memiliki masa depan cerah.

"Kamu mengatakan itu untuk membuat Ayah marah, kan?"

Dahinya berkerut dalam. Sega menatap Ayahnya.

"Ayah tahu sikap Ayah terhadapmu sudah keterlaluan. Ayah mematikan semua rasa hatimu, memenuhi dengan seluruh tanggungjawab dan kebanggaan. Tapi Ga, Ayah melakukannya untuk kamu. Ini demi kamu..."

"Demi Sega atau demi keluarga ini?"

"Demi kamu dan keluarga kita. Sikap kamu yang sekarang karena bentukan Ayah. Dan Ayah rasa itu bukan sikap yang baik..."

"Lalu sikap seperti apa yang dirasa Ayah baik?" Pertanyaan menyindir dari Sega menyentakkan Hartono, membuatnya terbangun dari semua mimpinya dan menyadari bahwa ini sudah jauh dari harapannya. "Sikapku yang penurut, sekarang bukan sikap yang baik menurut Ayah? Lalu aku harus bagaimana?! Membangkang?! Begitu?!"

"Sega!"

"Apa mau Ayah sebenarnya?!" Sega langsung bangkit berdiri, menjulang dihadapan Hartono. Tubuhnya yang tinggi tegap mengintimidasi Hartono.

"Kamu boleh membunuh cinta kamu pada Ayah, tapi jangan pada Ibumu dan... Eveline..."

"Eveline? Sekarang Ayah membawa-bawa Eveline?"

"Ayah memperhatikan kamu, Ga. Sikap kamu dan perhatian kamu pada Eveline begitu tulus. Ayah tahu kamu tidak banyak bicara, tapi tubuh kamu bergerak dan menunjukkan semua itu. Kamu jelas mencintai Eveline..."

💢💢💢

Hari itu, Sega terdiam memandang Ayahnya. Kalimat itu masuk ke dalam telinganya, tertanam di dalam benaknya, membuat Sega tidak tahu harus melakukan apa dan pada akhirnya memutuskan keluar dari ruangan itu.

Hari selanjutnya semuanya terasa berubah. Dia menyadari itu, bukan hanya dirinya saja, Eveline juga. Saat itu yang dipikirkan Sega hanyalah kesedihan Eveline. Ya. Sikap Eveline yang menjaga jarak darinya pasti karena perempuan itu masihlah sedih atas kepergian sang Nenek.

Prasangka itu terus tertanam sampai akhirnya jarak antara keduanya begitu jauh. Eveline benar-benar menjauh, dan Sega tidak tahu harus berbuat apa.

Sampai pada satu hari, Eveline benar-benar menjauh darinya. Perempuan itu pergi dari rumah dan meninggalkan sepucuk surat. Sega jatuh terduduk kala itu meremas surat Eveline. Benaknya terus bekerja. Mengulang memori mereka berdua. Berusaha mencari dimana titik salah dan cela dalam hubungan mereka.

Tapi tidak ada jawab apapun. Sega menyalahkan dirinya karena harga dirinya sebagai seorang lelaki terluka. Harga dirinya sebagai seorang kepala keluarga seperti kaca yang sudah retak, pecah berhamburan tak lagi bisa kembali.

Yang hancur bukan hanya Sega, Hartono serta Santi merasa kecewa dengan keputusan Eveline lari dari masalahnya. Bahkan kekecewaan itu berkembang menjadi sebuah kebencian saat melihat Sega hancur, begitu putus asa sampai-sampai perlu melakukan konsultasi dengan psikologi.

"Kamu mendengar pembicaraan malam itu?!" Sega bergerak bangkit. Eveline mengangguk menunduk lemas.

Segera Sega mencengkeram kedua lengan Eveline, mengharuskan perempuan itu mendongak. "Aku memang mengatakannya, tapi setelah itu aku pergi. Aku tidak bisa menemukan jawaban atas pertanyaan Ayah. Dan setelah kamu pergi, aku menyadari bahwa kamu pergi dengan membawa sesuatu yang penting dalam hidupku..."

"Sega?" lirih Eveline penuh kesedihan.

"Kamu membawa hatiku. Apa ini namanya cinta, Eve?! Aku tidak pernah merasakan hal ini. Semua ini membuatku frustasi. Ini lebih sulit dari semuanya... Tolong! Jangan tinggalkan aku lagi... Please!"

Mata Eveline mengerjap berkali-kali membuat air matanya terputus. Tubuhnya bergetar hebat. Sega dihadapannya bukan Sega yang dia kenal tiga tahun lalu. Sega ini begitu rapuh. Terlihat putus asa. Terlihat tidak tahu harus melakukan apa. Sega-nya kehilangan arah.

"Maafkan aku!" Eveline langsung membawa Sega dalam pelukannya. Lagi-lagi Sega menumpahkan semua perasaannya. Eveline bahkan meringis saat Sega mengeratkan pelukannya tidak ingin melepas Eveline.

"Harusnya aku mengatakannya padamu, Ga. Aku juga salah. Aku tidak mau sakit hati, Ga. Aku tidak bisa menerima kenyataan bahwa kamu tidak akan mencintaiku..."

Sega menarik dirinya, menangkup pipi Eveline lalu menciumnya. Lembut. Menyesap. Mencurahkan segala hal. Melepaskan beban yang selama ini menumpuk.

💢💢💢

Mereka berakhir di kamar utama rumah mereka. Setelah melepaskan beban, Sega membawa Eveline, menunjukkan kepada perempuan itu bahwa dia begitu memuja Eveline. Eveline satu-satunya.

Cintanya...

Jadi begini rasanya jatuh cinta?

Mata Sega mengerjap menatap jendela yang diwarnai semburat jingga. Hari sudah sore dan mereka tidak menyadari itu. Tapi tidak masalah, karena semuanya sudah terselesaikan. Sega menunduk, menatap Eveline dengan lembut. Tangannya menyibak anak rambut itu lalu mengusap pipi Eveline dengan sayang.

Dadanya bergemuruh bahagia. Senyumnya Sega lembut. Tubuhnya bergerak mengeratkan pelukan di tubuh Eveline.

Oh! Rasanya benar-benar nyaman. Matanya terasa berat lagi. Sega memejamkan mata.

Semua sudah selesai...

💢💢💢

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan...

Maafkan authornim yang belum bisa update hari minggu kemarin. Keadaan tidak terduga terjadi 🙏 maaf...

Saya harap masih ada yang menantikan cerita ini. Kesalahpahaman sudah selesai sampai di sini 🤗 tinggal uwunya mereka di Part part mendatang...

Sampai jumpa di keuwuan mereka 🙋

Jangan lupa beri dukungan cerita ini dengan tekan 🌟 dan tinggalkan komentar kalian 😘

Scandal Marriage #4 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang