🎻 violin ° 08

Mulai dari awal
                                    

•••

"Assalamu'alaikum, Yan."

"Wa'alaikumussalam, Kak Juna. Ada apa, Kak?"

Sore pukul lima, tepat di tengah lapangan sebuah kompleks perumahan itu, Bara yang tangan kanannya sibuk mendribel bola basket, menolehkan kepala pada Rian, yang kini sedang mengangkat panggilan dari seseorang.

"Nada ada sama lo enggak, Yan?"

"Enggak, Kak. Gue lagi sama temen. Emang Nada enggak ada di rumah?"

"Iya, tadi pas gue pulang, semua orang panik karena Nada enggak ada. Hapenya juga enggak aktif. Gue pikir dia lagi sama lo. Mana Ion juga enggak ada."

Khawatir turut menyerang hati Rian.

"Yaudah, gini aja. Nanti kalau ada kabar soal Nada, lo bagi tahu ke gue, ya."

"Siap, Kak."

Bip

"Kenapa, Yan? Kelihatannya tegang gitu." Bara menyadari perubahan raut Rian.

"Nada sama keponakannya enggak ada di rumah, satu keluarga Vernando lagi panik sekarang."

"Nada temen lo yang kemaren ikut bantuin gue deketin CAKRA sama GUSTAV, kan?"

"Iya, siapa lagi."

"Ya, kan, mungkin aja lo punya saudara yang namanya Nada juga."

"Sebenernya, dia juga saudara jauh gue."

Bara menganga terkejut. "Konspirasi macam apa ini?"

Rian mendengus geli, sebelum meraih tas biola juga jaketnya di lantai lapangan sana.

"Gue mau bantu cari Nada dulu, lo kalau masih mau main basket, lanjutin aja."

Bara mengangguk, "semoga cepet ketemu."

Rian mengamini ucapan Bara lalu berlari ke rumahnya yang tak jauh dari lapangan. Kemudian mengganti pakaian seragam ke kasual dengan kilat, tak lupa memasang jaket hitam juga meraih kunci motor, sebelum melaju keluar dari pelataran rumah, mencari keberadaan Nada.

Tujuan pertama Rian adalah sekolah. Mungkin saja Nada sedang ada urusan OSIS lalu membawa Ion ikut serta karena tak ada yang menjaga.

Namun, nihil.

Tidak ada keberadaan Nada di sana.

Tiba di motor, Rian mengecek ponsel dan coba mengabari Nada ke sekian kali, walau tak kunjung mendapat balasan. Lalu, ia iseng membuka akun instagram, hingga menemukan postingan story dari Aresh, yang menunjukkan sebuah gambar sebuah jempol, yang digenggam oleh tangan seorang bayi.

Senyum kelegaan Rian pun hadir, "ternyata lagi di rumah Aresh?"

Begitu hendak mengabari Arjuna, ayah kandung si bayi sekaligus kakak pertama Nada sudah lebih dulu mengiriminya pesan.

Kak Juna : Yan, Nada ternyata lagi main dirumah temennya sambil ngajak Ion, dan skrg dia udh pulang

Rian : alhamdulillah

Memasukkan kembali ponsel itu ke dalam saku, Rian lalu mengacir pergi dengan motornya ke sebuah minimarket dekat sebuah perumahan yang tak jauh dari sekolah.

Tepat ketika Rian membuka kaca dari helm full face itu, ia melihat keberadaan seorang perempuan dengan pakaian rumahan, lengkap dengan sandal berbulu, memasuki pintu kaca minimarket.

Violin  • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang