"Bareng sama gue,"
Tunggu, sepagi ini Pandu ke rumahnya untuk berangkat bersama. Bukankah sekolahnya berbeda arah dengan SMA Nusantara.
Lalisa berkekeh gemas. "Jangan ngawur deh, sekolah gue sama sekolah lu itu beda arah. Ya kali mau bareng," jawab Lalisa sambil berkekeh.
"Gue serius," Pandu menjawab dengan penuh keyakinan. Sorot matanya juga tidak ada kebohongan.
Kening Lalisa mengerut, menatap Pandu untuk mencari kebohongan di sana. Tapi nihil, tidak ada, hanya keseriusan yang Lalisa dapati.
"Ini beneran?" Lalisa kembali memastikan. Tanpa ragu, Pandu mengangguki pertanyaan Lalisa.
"Beneran lah, ya kali gue boongan," kilah Pandu heran.
"Kasian gue sama lu, harus puter balik, jauh pula," alibi Lalisa untuk menolak halus.
"Gak jauh, kalo sama lu," lirih Pandu.
"Hah?"
"Yuk, cepetan, keburu telat," ajak Pandu tanpa peduli dengan tatapan Lalisa yang masih bingung dengan ucapannya tadi.
Tanpa pikir panjang, Lalisa segera menaiki motor Pandu. Karena sudah beberapa kali bertemu dengan Pandu, rasa canggung Lalisa mulai menghilang. Lagipula, Pandu orang yang asik dan seru. Jadi, Lalisa tidak terlalu canggung.
***
Motor milik Pandu berhenti tepat di depan gerbang. Banyak sorot mata sinis dari siswa SMA Nusantara yang melihatnya. Apalagi yang notabene-nya Lalisa anak baru, pasti semua orang menatapnya dengan tatapan tidak suka.
Lalisa turun dari motor Pandu. "Makasih, Pan, lain waktu gak usah repot-repot anterin gue ke sekolah," ucap Lalisa tidak enak hati.
Pandu membalas senyum. "Gak papa, kalo gue-nya mau, kenapa enggak?"
Mereka berkekeh bersama, tiba-tiba saja tangan Pandu mengacak puncak kepala Lalisa gemas.
"Sekolah yang bener," pesan Pandu.
"Tenang aja, gue kan murid teladan," sahut Lalisa.
"Sombong nih ceritanya," pancing Pandu.
"Apaan sih, udah deh, sekolah gih,"
"Iya,"
Bergegas, Pandu menyalahkan mesin motornya untuk menuju ke sekolahnya. Menatap Lalisa sekilas disertai senyum di balik helm-nya.
"Hati-hati," peringat Lalisa.
Pandu mengangguk dan langsung menancap gas meninggalkan SMA Nusantara. Mata Lalisa masih menatap punggung Pandu sebelum benar-benar lenyap dari pandangannya.
***
Tiga orang cowok masih setia mengamati gadis yang masih berdiri di depan gerbang. Siapa lagi kalau bukan Lalisa, objek yang menjadi target observasi oleh Kaivan dan kedua temannya.
Tadi saat hendak meninggalkan parkiran, mata Kavin melihat Lalisa turun dari motor seseorang. Dan betapa syoknya Kavin, saat tahu bahwa Lalisa di antar oleh Pandu, si ketua basket dari SMA Bina Mulya. Sontak, Kaivan dan Denta pun ikut melihat pemandangan aneh di sana.
"Punya hubungan apa Lalisa sama Pandu?" Celetuk Denta tiba-tiba. Matanya masih setia melihat Lalisa di sana.
"Pacaran mungkin," sahut Kaivan tanpa dosa.
Kali ini, jawaban Kaivan sukses membuat Kavin dan Denta menatapnya. Sadar sedang di tatap oleh kedua temannya, Kaivan mengangkat kedua alisnya.
"Kenapa?" Tanya Kaivan polos.
"Lu tahu, Lalisa deket sama Pandu?" Serang Kavin penasaran.
Kaivan mengangguk tanpa dosa. "Iya," jawabnya seadanya.
"Lu gak cemburu?" Tanya Denta tiba-tiba.
"Buat apa, gue kan cuma temen," sahut Kaivan berbohong.
Bohong jika Kaivan bilang tidak apa-apa. Nyatanya, hati Kaivan di rundung gelisah saat melihat Lalisa bersama cowok lain. Bukan, ini bukan cemburu, melainkan tidak suka. Mungkin karena Kaivan biasa bersama Lalisa, jadi agak sedikit aneh jika melihat Lalisa bersama cowok lain.
"Beneran? Bukannya lu sama Lalisa lagi PDKT," sergah Kavin tidak tinggal diam.
Ucapan Kavin, sukses mendapat hadiah toyoran dari Kaivan. "Sinting lu, udah gue bilang, gue sama Lalisa cuma temen, gak lebih," sentak Kaivan tidak mau tahu.
"Yang kayak gini nih, tipe-tipe orang yang bakal kemakan sama omongan sendiri," seru Kavin dramatis.
"Omongan gak bisa di makan," kilah Kaivan mantap.
"Batu lu, awas aja sampai jadian sama Lalisa, gue botakin pala lu, Kai," Denta mulai geregetan dengan tingkah gengsi Kaivan.
Denta tahu betul dari gelagat tubuh Kaivan, terlihat bahwa Kaivan tidak suka Lalisa dengan cowok lain. Tapi, biarkan saja, toh Kaivan yang akan mengambil keputusan nantinya.
"Tau lu, padahal Lalisa kurang baik apa coba, mau bantuin lu lupain Rhea. Gak yakin gue, kalo lu gak punya rasa ke Lalisa," sergah Kavin.
Kaivan hanya tidak suka melihat Lalisa dekat dengan cowok lain. Tidak lebih dari itu, toh Kaivan sudah berjanji dengan Lalisa, agar tidak memiliki hubungan lebih dengannya, hanya sebatas teman saja.
"Gue udah pernah janji sama Lalisa, hak bakal suka sama dia," beritahu Kaivan pada kedua temannya.
Pernyataan Kaivan, membuat Kavin dan Denta melongo tidak percaya. Semudah itu Kaivan membuat janji dengan Lalisa, agar tidak memiliki rasa suka. Ah, cowok macam apa Kaivan ini. Bego kah? Tidak peka kah? Dasar spesies cowok aneh.
"Ah goblok lu," maki Denta kesal sendiri.
"Lu ngatain gue?" Tanya Kaivan dengan polosnya.
"Ya jelaslah gue ngatain lu, siapa lagi coba yang harus gue katain. Mata lu minus gak bisa lihat yang bening-bening," dumel Denta semakin membara.
"Bego lu melebihi begonya gue, Kai. Ganteng doang, masalah cewek kagak paham," sahut Kavin tidak kalah kesal.
Kaivan masih diam, apa dia salah membuat janji dengan Lalisa? Padahal kan, seharusnya tidak salah. Memang benar bukan, Kaivan hanya akan berteman dengan Lalisa.
"Gue salah?" Pertanyaan Kaivan tidak di gubris oleh keduanya temannya. Malah Kavin dan Denta meninggalkan Kaivan yang masih menatapnya heran.
***
Halo semuanya:)
Akhirnya aku balik lagi, setelah sekian lama. Ada kali 2 Minggu aku gak update, maafkan aku, karena aku lagi pengen istirahat dulu sejenak. Tapi, akhirnya aku balik lagi.Tolong beri banyak cinta dan dukungan untuk Destiny Scenario. Jangan lupa untuk vote, komen, dan share ke semua orang buat baca cerita aku.
Terima kasih sudah menunggu dan mendukung aku. Satu kata untuk part ini?
Salam Rindu,
IzzulAkmal
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Scenario [On Going]
Teen FictionApa yang kamu lakukan saat kembali di pertemuan dengan seseorang yang membuat kamu harus berbohong demi sebuah janji? Memberi tahunya?atau malah menghindari? Lalisa Naraya Maharani gadis ceria yang hidupnya di hantui rasa bersalah. Bukan keinginanny...
Datang Tiba-tiba
Mulai dari awal