02 Orang kaya

Mulai dari awal
                                    

Ellise terdiam. Diam-diam terkekeh lucu. "Wa'alaikumsalam, Pak. Saya lagi di ruang radio, sehat wal'afiat, perasaannya lagi nggak baik-baik aja."

"Ellise ...?"

Ellise terkekeh geli. Ingat banget kalo Doyoung nggak suka dipanggil embel-embel 'Pak atau Bapak'. Terkhusus untuk Ellise. "Iya, Doyoung, kamu sendiri di mana? Masih di kampus juga?"

Sebenarnya pula agak geli. Karena bagaimanapun, lelaki itu kurang lebih enam tahun lebih tua darinya. Memang sepantasnya menurutnya dipanggil Om atau Bapak. Tapi lelaki itu tidak suka jika Ellise memanggilnya demikian.

Sesaat, helaan napas terdengar berat dari ujung panggilan tersebut.

"Kenapa? Lagi capek ya?" tanya Ellise dengan kening menyernyit.

"Kita pulang bareng, ya? Motor kamu titip sama Pak Jamal aja. Kamu ke basement staff ya. Saya tunggu di mobil."

Ellise kembali terdiam. Suara lelah yang terdengar di sana membuatnya sedikit merasa kasihan. Wajar sih, sebagai dosen pasti juga punya rasa lelah, sama seperti mahasiswa. Apalagi dihari yang penuh dengan jadwal.

"Sebenernya, aku mau nyari Haechan. Dia kabur dari rumah karena nggak dibeliin boneka upin-ipin. Jadi mau nyari dia dulu."

"Kabur? Yakin kabur? Kalo dia di rumah temennya gimana?"

"Ya itu lagi nyari-nyari juga sih sama temen-temen mereka."

"Yaudah, kamu ke basement aja. Saya juga mau ke sana, kita cari bareng."

Ellise ragu sebenarnya. Soalnya dipikirannya sudah terbayang-bayangi gimana wajah lelahnya Doyoung, yang bikin dia pasti semakin kasihan. Mana dia ingat, nyari Haechan itu susah banget kalo sudah kabur. Ini bukan pertama kalinya Haechan kabur, jelas Ellise tahu rasanya capek nyari Haechan yang kalau diibaratkan nyari keliling dunia. Untungnya dapet dalam keadaan utuh dan bernyawa.

"Hng, kamu pulang aja deh. Aku nyari sendiri."

"Ellise, saya udah mau ke basement. Cepet, ya."

Kalau sudah begini, mau gimana lagi.

"Yaudah, bentar ke tempat Pak Jamal dulu."

"Saya tunggu."

Alhasil, Ellise mematikan panggilan tersebut dan bangkit dari rebahan nyamannya di sofa ruang radio itu. Kemudian bersiap untuk pergi dari sana, sebelum itu mengunci ruang radio tersebut.

Ia menuju pada satpam penjaga kampus, Pak Jamal. Sebenarnya ada beberapa satpam, tapi Pak Jamal ini boss nya. Ellise juga cukup kenal baik dengan beliau. Bahkan beberapa kali sering titip motor kalau Doyoung ingin pulang bersama. Memang sih, mereka nggak pernah berangkat bersama kalau ke kampus, toh terkadang jadwalnya tidak sesuai.

Menuju pos satpam di halaman utama kampus memang membutuhkan waktu sekitar sepuluh menitan jika berjalan kaki. Yang membuat Ellise malas setengah mati, kalau bisa sih pakai motor. Tapi sayangnya motor hanya bisa dipakai sebatas halaman parkiran saja.

Selang beberapa saat, Ellise langsung menemui Pak Jamal yang sedang nongkrong ngopi sambil ngudud juga nonton televisi. Ellise masuk saat dipersilahkan oleh salah satu satpam lainnya.

"Pak, nitip motor saya, ya?"

Pak Jamal diam sesaat, menatap menyelidik pada Ellise.
"Disuruh Pak Idoy, ya???"

Ellise terkekeh dan mengangguk. Pak Idoy, itu nama samarannya Doyoung yang diberi oleh Pak Jamal. Pak Jamal memang mengetahui kedekatan Doyoung dengannya, dan mengetahui kalau kedekatan itu adalah rahasia. Makanya Pak Jamal memakai nama samaran. Sebenarnya pula, Pak Jamal ini paling malas jika dititip-titipkan. Jadi beban katanya. Tapi karena Doyoung yang minta, pak Jamal mana bisa nolak?

Hi, Dos! || DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang