Tarissa Acasha

Mulai dari awal
                                    

Dia? Hah! Dia hanya tamatan SMK jurusan akuntansi. Dia tidak punya biaya untuk kuliah dan langsung bekerja. Itu juga tidak betah lebih dari 3 bulan. Ah, mungkin satu-satunya pekerjaan yang ia suka adalah menulis. Gaji sebagai penulis tidak besar tapi cukup untuk bayar sewa rumah 3 bulan dan biaya hidup.

Selain bertemu orang baru, tidak ada yang menarik dalam hidupnya.

Seperti saat ini. Jam 10 pagi dia sudah nongkrong di salah satu warung kopi di pinggir jalan. Banjarmasin dijuluki seribu sungai. Tapi karena dia tidak bisa berenang, jadi tidak ada gunanya mengunjungi sungai. Sebab jika tenggelam, tamatlah dia.

"Buk, saya pesan kopinya satu. Sama goreng pisangnya, ya," ucapnya pada penjaga warung.

"Ai! Masih anum suka manginum kupi," ujar wanita itu dengan senyumnya.

Tarissa terkekeh pelan. Tinggal hampir tiga bulan di sini membuatnya mengerti sedikit yang mereka ucapkan. "Iya, Buk. Soalnya ada pait-paitnya kayak idup saya," selorohnya.

Wanita itu tertawa menanggapi. Beberapa pembeli tampak menoleh ke arah mereka. Dia tersenyum ramah sebagai sapaan dan dibalas oleh mereka. Karena ini warung kopi, jadi kebanyakan yang datang adalah bapak-bapak sehabis menjala ikan atau bekerja.

"Tunggu lah!" Wanita tadi menepuk pundaknya lalu berjalan ke belakang, menyeduh air untuk membuat kopi.

Lima menit kemudian secangkir kopi dan sepiring pisang goreng sudah ada di mejanya. Ia meniup pelan kopi miliknya, lalu menyesapnya perlahan. Angin sepoi-sepoi menerbangkan jilbabnya, menyapu lembut ke wajah. Hah, inilah yang dia suka. Hidup bebas dan pergi ke manapun yang ia suka. Namun sesekali dia merindukan rumah. Tentu saja setahun sekali dia pulang.

🌇🌇🌇

Memasuki waktu Zuhur, dia mampir ke masjid. Begitu tiba di depan masjid, beberapa orang dari gereja juga keluar. Mereka melempar senyum dan dibalas senyum simpul olehnya.

Selesai solat, dia kembali berjalan, menyusuri jalan khusus bagi pejalan kaki. Dia tidak mau naik kendaraan, karena setelah gajian, dia akan kembali pindah dari kota ini. Gaji di tempatnya kali ini lebih besar dari yang lalu. Makanya dia mengambil masa kerja selama 3 bulan. Jadi, sebelum meninggalkan kota ini lebih baik ia menikmati setiap sudut yang ada.

Begitu melewati ATM, dia mampir untuk mengambil uang. Uang cashnya hanya tersisa seratus ribu. Itu hanya cukup untuk satu hari.

Setelah mengambil uang satu juta, dia mengecek sisa tabungan. Kemudian tersenyum simpul melihat isi tabungannya. Cukup banyak. Namun, jika dia tidak bekerja maka dia tidak akan bertemu orang baru.

"Ah, iya! Mampir ke minimarket!"

Kucing putihnya harus diberi makan agar tetap hidup. Ah, memikirkan makhluk berbulu itu membuatnya ingin segera tiba di rumah.

Keranjang belanjaannya sudah penuh dengan cemilan dan makanan kucing. Untuk keperluan dapur, dia lebih suka membeli di warung depan rumahnya.

Baru saja dia hendak berbelok ke kiri, seseorang sudah menubruknya dengan keras. Ukh! Dia tidak bohong jika bokongnya sakit akibat bertemu lantai dengan keras.

"Pantat gue!" gumamnya. Dia tidak bergerak hingga orang yang menabraknya mengulurkan tangan.

"Maaf. Aku tadi buru-buru jadi gak liat ada orang," ucap lelaki itu lembut.

Tarissa melihat ke arah wajahnya, lalu mengerutkan kening samar. Ganteng. Belum menikah bukan berarti dia belok. Matanya masih bisa mengagumi keindahan Tuhan.

"Gak papa. Saya juga gak liat-liat tadi." Dia tersenyum tipis, lalu memberi kode agar lelaki itu memungut barang belanjaannya. Untungnya lelaki tersebut paham kode wanita. "Ahaha, gak perlu repot-repot," ujarnya.

"Gak repot, kok. Sekali lagi maaf, ya." Saat lelaki itu tersenyum, lesung pipinya kelihatan.

Nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan? Astaghfirullah!

Tarissa langsung menunduk ke arah belanjaannya. "Iya. Saya duluan, ya. Permisi," ucapnya.

"Tunggu. Nama kamu siapa?" tanya lelaki tadi. "Aku Martin Mahaganta." Tangan kanannya terulur ke depan, menunggu untuk sebuah sambutan.

Tarissa berpikir sesaat, lalu menyambut uluran tangan lelaki itu. "Saya Aira Elfiza."

"Salam kenal, Aira. Semoga kita bisa ketemu lagi," ujar Martin. Lelaki itu tersenyum lalu berlalu.

Tarissa ikut tersenyum, lalu berjalan ke arah berlawanan dari Martin.

Aira Elfiza. Untuk ke depan itulah namanya. Mungkin akan berganti lagi jika ada situasi mendesak.

🌇🌇🌇

Ada yang dari Kalimantan Selatan? Jika ada kesalahan yang saya lakukan mengenai kota itu, mohon dikoreksi. Karena hanya mengandalkan peta dan internet tidaklah lebih tahu dari anda yang tinggal di sana.

Salam. Tarissa Acasha, itulah nama saya sekarang. Mungkin akan berganti jika ada situasi mendesak.

17 April 2021.

17 April 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mantan NyusahinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang