Chapter Dua 🍭

Mulai dari awal
                                    

Dahyun pun agak bergeser kemudian menatap lurus kamera. "Sweetie, aku ingin berterima kasih atas semua dukungan dan cinta dari kalian semua. Aku akan melakukan yang terbaik di program ini. Tetap jaga kesehatan dan jangan lupa untuk makan. Semangat!" pekiknya dengan senyuman. Dahyun pun mendapatkan arahan setelah juru kamera mengatakan cut. Setelah itu, Dahyun beranjak bangkit sedangkan satu sosok dengan pria tinggi turut muncul. Itu Jimin.

"Nah, giliran Anda Tuan Jimin," ujar staf tadi. "Silakan duduk." Sejenak karena jarak mereka yang dekat dan sama-sama di dekat pintu, Dahyun dan Jimin mau tak mau bertemu tatap. Dahyun membungkuk ringan seraya pamit sedangkan Jimin hanya memperhatikannya sampai sosok Dahyun tidak terlihat lagi di matanya.

.

.

Dahyun bohong jika ia mengatakan bahwa dia tidak gugup.

Setengah jam terakhir di ruang tunggu, Dahyun berjalan hilir mudik. Belum ada mini van lain yang datang, katanya ada kemacetan parah menuju lokasi ini. Dahyun menggigit ujung kuku jarinya, melirik Manajer Ryu yang tengah memangkuk iPad putih tersebut. "Akan ada yang datang lagi kan? Maksudku, tidak hanya aku dan pria itu kan?"

Manajer Ryu mengangguk. "Tentu saja. Kalau hanya kalian berdua, yang ada semuanya heboh. Kau tahu, kan? Mayoritas fandom South Boys itu perempuan dan mereka sangat protektif dengan Jimin. Bahkan mengejutkan karena mereka tidak memprotes waktu Jimin bergabung dengan acara ini. Jadi, yah, kalau hanya kalian .. itu akan menjadi berita heboh."

"Baguslah," sahut Dahyun. Ia pun menempati satu kursi putih seraya memandang keluar jendela lagi. "Aku akan rindu dorm. Kau tahu kan, aku terbiasa hidup dengan member lain. Jadi agak aneh."

"Kau akan merasa punya teman dengan peserta yang lain. Aku jamin itu." Manajer Ryu pun mengoper iPad yang tadi setia bersamanya untuk menunjukkan beberapa foto peserta dengan sedikit informasi tentang mereka. Setidaknya ada dua pria dan dua wanita lagi yang akan bergabung dengan Dahyun dan Jimin. "Mereka baru debut dua tahun lalu, semuanya. Mereka sangat antusias. Bahkan ada yang terang-terangan mengatakan adalah fans beratmu."

"Oh, sungguh?"

Manajer Ryu mengangguk. Jarinya mengusap pelan layar tersebut. "Kau tahu, kau akan mudah bergaul dengan mereka. Jadi, tenang saja dan fokus dengan apa yang kau bisa. Setelah sesi interview selesai, kita akan briefing untuk syuting sore ini. Ada segmen introduction as group dengan peserta lain dan cobalah terlihat tenang serta natural."

"Kau tahu kan soal aku dan Jimin.."

"Yah, aku tentu tahu. Tapi, bukankah itu sudah masa lalu? Sekarang kalian sudah menjadi bintang besar jadi anggap saja itu bagian kenangan, tidak perlu diungkit atau ingat lagi. Bersikap sewajarnya saja," ujar pria itu.

Tetap saja. Agak canggung. Dahyun melipat bibirnya dalam. Setelah South Boys benar-benar terkenal di dalam maupun luar negeri, ada banyak pihak di agensi yang mewanti-wanti agar para member tidak ada yang sampai disangkutpautkan dengan South Boys karena akan mengundang rasa penasaran yang tinggi netizen dan juga akan membuat nama mereka yang kena imbas. Jujur saja, para fans South Boys adalah sosok yang tangguh dan sangat banyak, jadi bisa dibayangkan bagaimana jika berita muncul soal South Boys dan Pop Rush, itu akan memancing keributan di kalangan fans apalagi yang tidak setuju jika idol kesayangan mereka dibahas dengan idol lain. Jadi, Dahyun dan member lain berusaha berhati-hati, khususnya Dahyun yang memang sudah diketahui oleh para member sempat punya hubungan khusus dengan Jimin. "Tapi, kami hanya teman semasa kecil dan teman sekolah. Kemudian, kami bergabung dengan agensi dan benar-benar tidak berhubungan lagi."

Dahyun luar bisa terkejut akan langkah agensi karena justru setelah mati-matian menarik diri dari Jimin maupun apapun yang berkaitan dengan Jimin, sekarang mereka malah mengizinkan Dahyun ada di satu program yang sama dengan Jimin. Apa sih yang mereka rencanakan?

"Toh kami bukanya pacaran atau apa. Hanya teman dekat, itu saja."

"Semua orang suka kisah romantis berbumbu skandal. Kau tahu kan, ada banyak pihak yang akan memanfaatkan momen ini untuk menjatuhkan namamu dan Pop Rush. Jadi, tetap tenang, ikut jalannya acara dan fokus dengan dirimu sendiri. Itu nasehatku."

Gadis itu mengangguk ringan. "Yah, tentu."

.

.

Moon Hyubin. Kang Jian. Kwon Taejung dan Jang Eunbi. Mereka semua sudah dikumpulkan di ruang tengah dengan Dahyun dan Jimin yang turut bergabung. Jika satu jam lalu Dahyun masih sempat makan dan bermain ponsel, sekarang dia benar-benar gugup sampai rasanya dia takut kamera akan menangkap betapa kalutnya dirinya sekarang.

"Kau baik-baik saja, Sunbae?" tegur Jian dengan mimik serius. "Kau tampak pucat."

"Aku baik, terima kasih."

Satu staf perempuan mulai meminta mereka untuk ke ruangan sebelah dengan meja putih dan kursi-kursi yang diatur melingkar. "Silakan duduk. Kami akan menjelaskan secara singkat dan padat mengenai syuting hari ini. Oh ya? Kalian sudah mengenal satu sama lain kan?" tanyanya lembut.

Kebanyakan dari mereka hanya bertukar tatap kemudian membungkuk ringan. Sementara itu, Dahyun baru menoleh saat Jimin justru berucap. "Yah, kami mengenal satu sama lain."

"Hm, begitu."

Jimin menoleh ke arah Dahyun seraya tersenyum. Heh! Kau ini! Jangan menunjukkan senyum seperti itu sembarangan! Dahyun khawatir akan ada menyalahartikan padahal hubungan mereka sekarang cenderung abu-abu dan "tidak ada arahnya".

Satu gadis berucap pelan di sisi Dahyun. Itu Eunbi dan dia nampak gugup luar biasa. "Sunbae, aku sangat kaget saat pertama kali mendengar kau juga akan bergabung dengan acara ini. Mohon kerjasamanya."

"Tentu saja, mohon kerjasamanya juga. Aku sangat senang."

Eunbi mengangguk dan tersenyum. Yah, Dahyun dapat melihat pancaran mata yang bersinar atau pun raut wajah yang terlihat sumringah itu. Eunbi seperti dirinya di awal-awal debut, dan Dahyun perlu mengangkat jempol bagaimana Eunbi jusru berani mengajak Dahyun bicara di saat Dahyun yang masih rookie begitu canggung dan kikuk apalagi tanpa membernya.

"Nah, kalian baca terlebih dahulu dan aku akan jelaskan setelah ini." Staf lain memberikan kami sebuah map yang sudah berisikan kertas-kertas dalam bundle rapi. Dahyun membacanya hati-hati, masih memikirkan akan ada apa saja yang menunggunya di acara ini sedangkan dia melirik Hyunbin sudah mencuri-curi pandang ke arah Jimin.

"Sunbaenim, kami .. kami sangat senang kau bergabung."

Jimin mengangguk. "Aku juga senang. Kerja yang bagus, semuanya." Ia pun kembali membaca kertas tersebut sedangkan Dahyun melipat bibirnya dalam.

"Ini minu.."

Jimin cepat bangkit seraya menahan tubuh staf itu yang hendak limbung, hampir terjatuh ke dekat mereka sedangkan Taejung sudah bangkit dan menangkap nampan berisikan minuman yang staf itu bawa.

"Kau baik-baik saja, Nona? Apakah kau terluka?" tanya Jimin cepat.

"Ak .. aku baik, terima kasih, Tuan Park. Maksudku, terima kasih banyak," katanya lantas menarik dirinya dengan kaku. Sementara itu, Taejung pun dibantu staf lain untuk merapikan minuman tadi dan disajikan di meja mereka. Dahyun masih tercenung melihat Jimin barusan sedangkan pria itu mulai menoleh jelas-jelas ke arah Dahyun.

"Apakah ada sesuatu, Dahyun?" tanya Jimin cepat. "Apakah .."

"Tidak, bukan apa-apa." Dahyun kembali menenggelamkan perhatiannya kepada kertas-kertas tadi. Jaga matamu, Hwang Dahyun! Mengapa terus melihat ke arahnya sih! Dahyun mengutuk dirinya pelan. Kalau seperti ini terus, kalau dia tidak bisa membuat dirinya tenang dan bersikap rileks, dia hanya akan merepotkan dirinya sendiri.

[]

I-DOLL | park jm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang