"Awas Gun" teriak tay, ia menarik Gun mendekat kearahnya yang membuat lengan kanannya menghantam pohon.

"Ayo naik" ajak tay, Gun tak bisa berfikir lagi. Ia buru buru naik sepeda dengan Tay, tanpa ia melihat Bagaimna reaksi Off. Jngan tanyakan bagaimana raut wajah Off, iya sangat kesal sekarang.

***
"Sepedamu hilang?" Teriak ibu Gun, dia hanya menunduk tak berani menatap ibunya. "Sepeda itu masih baru dan kamu sudah menghilangkannya?".

"Kemari kau!" ibunya berteriak sambil membawa tulang iga Sapi, Gun membulatkan matanya.

"Ibuuu, jangan itu juga senjata"ucapnya sambil  berusaha menutupi badannya dengan kedua tangannya. Ia berlari ketempat ayahnya yang sedang menonton televisi.

"Buu hentikan, hanya sepeda jangan kasar padanya"  Gun mengangguk tanda setuju sementara ibunya hanya mengelah nafas.

"Hah, beli sepeda akhir pekan ini! jangan mengeluh pada ibu jika lelah menggunakan bus" ucapnya. kemudian dirinya berfikir bisa pergi bareng Off.

"Jangan bu" Ucapnya

***

"Hah, jika begini aku minta dibelikan sepeda saja" ia melangkah kesekolah dengan berjalan kaki. Yang niatnya pergi bersama Off berakhir mengenaskan. "Off sudah berangkat duluan, huft melelahkan"

"Haii Gun?"  Tay tawan yang menyapa rupanya
Gun pergi kesekolah dengan Tay, dia banyak berbincang dengan Tay sampai ia teringat satu hal

"Tay, Jika seseorang merasa sedih apa yang akan kamu lakukan?" tanyanya.

"Selalu ada didekatnya, untuk menghiburnya" ucapnya.

****

"Banyak murid yang membuat bapak tersentuh dari PR ini"

Gun tak mengkubis ucapan gurunya, ia lebih menulis dibuku imajinasinya bersama Off

"Terima Kasih Mild dan Off, Bapak sampai mengira tulisan mereka karya penulis sesungguhnya bukan anak SMA. Jadi Gun kamu baca ini"

Gun menutup bukunya dan beralih menghadap kertas yang diberikan gurunya. tertera Off Jumpol Adulkittiporn diatas kertas itu membuat senyumnya mengembang tanpa henti

"Suatu hari saat berumur 8 tahun, aku tersesat ditempat asing. Kala itu aku sangat ingin menangis, tapi aku menahan diri sekuat tenaga.  Berapa lama kemudian, Ayah menemukanku.
Akhirnya air mataku pun meluap tak tertahakan. Ayah melihatku menangis, Dan memelukku dengan hangat. Setelah itu kami pergi ke restoran Tiongkok dan makan jajangmyeon kesukaanku bersama- sama. Tangan ayah yang kugenggam selama perjalanan pulang terasa begitu hangat"

Gun berhenti sejenak saat membaca puisi itu.  ingin rasanya menenangkan Off dan berkata 'semua akan baik baik saja, jangan bersedih' tapi dirinya tak bisa

"Itu adalah hari terpanjang yang kulalui berdua bersama ayah yang selalu sibuk bekerja"

"Masih suka makan jajangmyeon dengan ayahmu?" tanya teman sebangku Off membuat Gun merasa bersalah karna telah membacakan puisi itu.

***
Saat ini mereka pulang bersama seperti biasanya, Gun akan menunggu Off untuk maksanya pulang dengan dirinya.

"Off, besok ibuku memasak bulgogi. Mau ikut makan bersama? " tanya Gun

"Tidak" tolak Off

Bukan Gun atthaphan namanya jika tak keras kepala, dia berusaha sekuat tenaga untuk membuat pujaan hatinya merasa baik lagi

"Kalau begitu, mau pergi bersama naik sepeda. Aku akan diam. Tak akan mengganggumu, bagaimana?"

"Pergilah naik sepedaku"

A Love So Beautiful || OffgunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang