Gara seolah memotong cepat pembicaraan Malik agar ia tidak biacara banyak hal.

"Maksud lo?" tanya Ayara bingung.

"Revan ga kasih tau lo?" tanya Gara heran.

Ayara mengernyit tidak paham.

"Gini ya, jadi sebenernya akibat lo masuk rumah sakit itu adalah Dara," lirih Gara lagi.

"Revan ngasih tau itu ke gua dan bodohnya gua ga percaya, malemnya gua buktiin sendiri apa yang Revan bilang," jelas Gara.

"Dan akhirnya gua ngeliat langsung kejahatan mereka." Ujar Gara.

"Mereka? Dara sama Celshea?" tanya Ayara.

"Iya, tapi ada satu lagi." Ujar Malik menyenggal.

Mendengar itu seketika Ayara teringat akan obrolan beberapa hari lalu yang ia dengar di UKS. Tiga wanita itu, ya. Pasti mereka.

"Siapa?" tanya Ayara memastikan siapa wanita itu.

"Melati." Jawab Gara singkat.

"Melati? anak kelas 11 IPA A? Yang waktu itu nemuin Revan di kantin bukan?" ujar Ayara tak percaya.

"Bener, dia itu komplotan Dara juga!" ketus Gara.

"Bentar, tapi kenapa mereka bisa satu geng?" tanya Ayara bingung.

"Bukannya Melati itu anak baik-baik?" tanya Ayara.

"Nah ituu yang lo ga paham, gua jelasin nih ya, Melati itu sepupu nya Celshea, dan Celshea itu temen akrabnya Dara." Ujar Malik serius.

Ayara hanya terpaku mendengar penjelasan itu.

"Elo sih kebanyakan main sama Revan! jadi ga tau info update," sindir Malik lagi.

Plakkk...

"Mulut lo asal terosss, bentar lagi gua timpuk pakai helm ya!!!" ketus Ayara mengangkat helmnya.

Malik membersihkan sisa es batu di wajahnya.

"Dasar ceuee!!" bentak Malik.

"Udahhh, yang penting sekarang kita udah tau siapa dia!" ujar Gara tersenyum.

"Syukurlah, btw Revan 2 hari lagi olimpiade loh," ujar Ayara mengingatkan.

"Iya, kita harus pergi." Tegas Gara.

"Yap, aku mau cari pacar baru," lirih Malik menghayal.

"Kebiasaann, aura negatif lo kebanyakan." Celetuk Ayara.

"HAHAHAA..." sorak Gara tertawa.

"Eh, lo gapapa?" tanya Gara.

"Gapapa kenapa?" tanya Ayara lagi.

"Soal kejadian hari ini, Bu Prita bilang apa?" tanya Gara.

"Gapapa, besok gua disuruh bawa orang tua, kalau enggak bakal dijemur di lapangan." Ujar Ayara cengengesan.

"Lo cewek ga ada takutnya ya," celetuk Malik.

"Terus, bokap lo besok hadir?" tanya Gara lagi.

"Ga." Ujar Ayara singkat.

"Ayyy, jangan becanda deh, atau lo besok bolos?" tanya Malik panik.

"Nggak juga." Ujar Ayara dengan santai.

"Ya Allah, sahabatku tercinta. Sini, mending besok lo libur daripada diri." Ujar Malik berdiri di dekat Ayara.

"Gua bukan tipe orang yang lari dari masalah kali," jelas Ayara.

"Gilaaa, Ayaa, lo udah cantik, baik, ngerokok berat, badgirl, udah nikah sama gua aja, FIXX!!!" tegas Malik dengan senyuman.

Plakkkk...

"Elehh, bangunn MBAKK!!!" ujar Gara menampol Malik.

"Apa? lo iri kan? marah tuh sama Aya, kan Aya yang mau gua nikahin." Ujar Malik dengan PD.

"Lik, gua nikah sama lo yang ada anak gua kelakuannya absurd, ga mauu, gua mau pulang dulu, daaaaa," sorak Ayara menaiki motornya.

"AYYYY??!!! nikah dulu baru pulang!!!" sorak Malik yang membuat Gara menggeleng itu.

Sementara, Ayara tak mengubris dan berlalu. Ia harus segera pulang untuk mengisi perutnya. Gara yang berdua dengan Malik itu juga memilih pergi tanpa bicara.

"Gaa, lo ga usah irian deh jadi cowok." Jawab Malik dengan raut PD.

Gara yang hanya bisa menggeleng itu kemudian berlalu tanpa pamit. Kini, tinggal Malik sendiri di Gang Batu.

"GAAA??!!" sorak Malik.

"Aelah, gua ditinggal!!" sendu Malik dengan raut Malas.

****
Ayara turun dari motornya. Ia masuk ke rumah dengan raut datar. Ada banyak sekali beban yang ia sandang sendiri. Baru saja memasuki rumah, Ayara langsung disugi makanan yang telah Bi Surti sediakan.

"Makan dulu, Non." Ujar Bi Surti.

Tanpa basa basi lagi, Ayara duduk dan segera melahap makanan itu. Badmood terkadang mendorong kita untuk melahap banyak makanan.

"Makan Bi," sapa Ayara sembari mengangkat sendoknya.

"Enggak Non," jawab Bi Surti sembari menaruh sendok ke dapur.

Ayara kembali melanjutkan makannya, sementara Bi Surti mencuci beberapa piring yang kotor. Meski Ayara jarang makan di rumah, siapapun yang bekerja di sini pasti makan untuk mengisi tenaga.
Kalo ga makan bisa mati, xixi.

Usai melahap makanannya, Ayara memilih rehat di kursi makan itu sejenak. Sementara, Bi Surti melangkah menghampiri Ayara.

"Maaf Non, tadi Kepala Sekolah nya Non Aya nelfon ke rumah." Ujar Bi Surti yang membuat tatapan Ayara menjadi tajam.

"Dia bilang apa, Bi?" tanya Ayara lantang.

"Dia cuman nanya Bapak atau Ibunya Non Aya, katanya mau ngasih tau sesuatu," ujar Bi Surti lagi.

"Emang Ayah kapan pulang, Bi?" tanya Ayara yang sama sekali tidak tahu kapan orang tuanya itu balik.

"Bibi ga tau pasti Non, tapi waktu itu Bapak bilang baliknya akan lama, karena mau bikin cabang perusahan baru di Singapura," jelas Bi Surti.

"Makasi ya Bi, aku mau ke kamar dulu," pamit Ayara dengan melangkah ke kamar.

Bi Surti hanya terpaku di dekat meja makan. Ia tak ingin banyak tanya karena tahu Ayara tipe orang yang seperti apa.

"Ada masalah apa ya Non Aya di sekolah, kasian saya liatnya, berasa hidup sendiri." Tegas Bi Surti pada dirinya sendiri.

____
Masih belom follow dan vote ya? Uhh buruan, saling bantu yap.
Wassalam.

MAYARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang