Pergerakannya tertahan, senyuman kemenangan pun hadir di bibirnya. Segera Angkasa menjatuhkan pandangannya pada sang pelaku. "Kakak." Gadis itu berujar dengan lemas.
"Heh? Rain? Kamu udah bangun?" Sengaja, Angkasa bertanya seolah tak tahu.
Mendaratkan dagunya pada bahu Angkasa, ia memasang wajah sendu saat menatap wajah Angkasa yang berada dalam jarak kurang dari lima centi. "Kakak mau jalan sama siapa?" Bertanya, namun nadanya terdengar mengeluh.
Tentu saja Angkasa semakin merasa menang karenanya. Senyuman semakin melebar di bibirnya. "Kenapa? Kamu cemburu?" Balik bertanya, sengaja Angkasa menggoda Rain.
"Ih, Kakak!" Kesal, Rain mempererat dekapannya hingga nyaris mencekik Angkasa. Namun Angkasa malah terkekeh senang sembari menggenggam tangan Rain untuk sedikit menahan pergerakannya.
Disana, Melati pun ikut terkekeh melihat tingkah keduanya. Sudah tak asing lagi, pemandangan romantis dan menggemaskan itu sudah menjadi makanan sehari-hari baginya.
"Kakak mau jalan sama siapa?" Rain kembali bertanya, kali ini dengan tegas.
Masih belum hilang senyuman jahilnya, sengaja Angkasa mengulur waktu agar bisa lebih lama menatap iris mata berwarna bright grey milik Rain dalam jarak dekat. "Tapi nanti jangan marah, ya?" Memastikan, Angkasa kembali menggoda Rain.
"Jawab yang bener." Menyambar, tampak Rain mulai tak sabar terhadap Angkasa. "Kakak mau jalan sama siapa?" Untuk yang ketiga kalinya ia bertanya.
"Sama pacar Kakak." Menyambut pertanyaan Rain, Angkasa berhasil membuat gadis yang masih mendekapnya itu tampak tertegun untuk sesaat.
Pertanyaannya terjawab, namun Rain justru terdiam. Membuat Angkasa mendapatkan kesempatan lebih lama lagi untuk menatap matanya. Beberapa saat bertahan, akhirnya Rain tersadar akan niat Angkasa.
Segera ia lepaskan dekapannya dari Angkasa. "Emangnya siapa pacar Kakak?" Berniat untuk menyembunyikan salah tingkahnya, namun,
"Rain Bellova Claudy." Angkasa menjawab dengan cepat, dan Rain kembali tertegun mendengarnya. "Cantik, 'kan, namanya? Kan Kakak yang pilihan namanya." Angkasa membanggakan dirinya sendiri, namun Rain semakin tersipu malu karena ucapannya. Senyuman yang sempat ditahan akhirnya muncul dengan indah.
Gemas dengan reaksi Rain, Angkasa segera meraih belakang kepala Rain dan mendekatkan wajahnya. Cup* Kecupan lembut pun langsung mendarat di kening Rain, sekilas namun penuh perasaan.
Kembali menatap Rain dengan lekat, "Makanya cepet sembuh. Biar nanti kita bisa jalan bareng lagi." Angkasa berucap dengan lembut, senyuman manis semakin terukir lebar di bibir Rain.
"Yaudah, Kakak berangkat sekarang, ya?" Berpamitan, niatnya Angkasa akan bangkit. Namun, "Tunggu dulu." Lagi-lagi pergerakan Angkasa harus tertahan saat Rain menggenggam tangannya.
Menatap Rain dengan bingung, "Kenapa?" Tanya Angkasa.
"Aku juga pengen sun Kakak." Menjawab dengan lancar, Rain berhasil membuat Angkasa tertegun.
Tanpa menunggu reaksi Angkasa lebih lanjut, Rain langsung menarik tangan Angkasa dan cup* satu kecupan lembut berhasil mendarat di punggung tangan Angkasa. "Belajar yang rajin, ya, Kakakku tercinta." Ucapnya setelah menyelesaikan kecupannya di tangan Angkasa.
Kembali tertegun, sempat pikirannya melayang jauh tentang sun yang dimaksud Rain. Namun rupanya Rain hanya melakukannya di tangan seperti seseorang yang sedang bersalaman.
"Kirain mau sun disini." Menceletuk sembari menyentuh pipinya sendiri, Angkasa berhasil membuat Rain terkekeh mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa Berlian
Teen Fiction"Gerhana Berlian Season 3" Ketika Angkasa Diam-Diam Merindukan Senja-Nya "Lo harus sadar kalo sekarang gue adalah makhluk yang bukan manusia lagi. Sekuat apapun lo berontak, kita gak akan pernah bisa bersatu selayaknya pasangan normal." 'Gerhana Leo...
35. Tak Perlu Tahu
Mulai dari awal