"Ciee Shana! Rezeki diantara musibah, nih!" Tunggu dulu suara siapakah itu? Rasanya Shana ingin menggeplak mulut yang seenaknya mengeluarkan kata-kata itu.
"Gas terus, Nungga!!" Suara rombongan alumni ikutan menggoda. Dengan teriakan menyebut nama lelaki di depan Shana saat ini.
Shana mengangkat kepala perlahan, mencoba menatap lelaki yang membuat dirinya tambah malu itu dengan penasaran. Siapakah yang akan sudi memberikan dirinya ini pertolongan. Ada rasa harap dan haru sekaligus dengan tindakan lelaki itu.
"Anjirrr! Cowok yang di kantor tadi." Batin Shana. Matanya yang melotot langsung ia palingan menatap bawah. Terkejut tentunya, melihat rupa lelaki didepannya ini ternyata lelaki yang sama yang hampir membuat dirinya salah mengartikan kata.
"Nungga jangan diliatin aja dong! Buruan!!" Wanita yang menggunakan almamater merah membuka suara terlihat wajahnya tampak greget dengan sikap Nungga yang hanya berdiam diri tak melakukan pergerakan. Lelaki itu seoalah bingung bahkan kepalanya kini sibuk menoleh kesembarang arah dekat area Shana.
"Namanya Nungga." Batin Shana lagi. "Nungga Nungga Nungga." Rekam Shana dalam otaknya. Berharap nama itu akan menjadi orang yang akan masuk ke jajaran malaikat penolong baginya. Shana ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada lelaki itu. Seharusnya kata itu yang akan Shana ucapkan. Sebelum tindakan sebenarnya yang lelaki itu lakukan.
Lelaki itu kini sedikit menunduk, setalah terlihat seperti mengamati sebelah kaki Shana yang tersangkut sulit untuk keluar itu. Pandangannya kini fokus kedalam siring seperti ada hal yang ia cari. Shana duga lelaki itu sedang memikirkan cara untuk mengeluarkan kaki Shana tanpa Shana merasa kesakitan. Mata Shana sedikit terpejam ketika lelaki itu seduh sepenuhnya berjongkok disampingnya, tangannya masuk kedalam jaring besi. Shana berpikir rasa sakit akan timbul ketika kakinya berusaha di eksekusi. Namun, beberapa saat ia menunggu tidak sedikit pun rasa itu muncul.
Bahkan kini godaan-godaan yang semakin menjadi-jadi membuat Shana kembali merasakan sedikit gemetar.Tidak ada rasa sakit sedikit pun, Shana merasakan kini lelaki itu telah berdiri. Refleks Shana menggerakkan sedikit kakinya, rasa herannya masih belum terjawab. Sebelum suara berat itu keluar.
"Akhirnya. Ketemu," Terdengar sangat riang ketika mengatakan itu.
"Apa yang ketemu?" Batinnya.
Tentu Shana heran. Shana membuka mata dengan sepenuhnya, kini pemandangan yang ia lihat adalah lelaki tersebut telah kembali berdiri, sambil menepuk-nepuk tangannya yang terlihat kotor sisa tanah dan pasir yang menempel. Di tangan itu terlihat juga benda bewarna merah bercampur hitam berbentuk miniatur mini Disney Mickey mouse. Ada juga tambahan gantungan kecil berbentuk love dan jari gembul si Mickey mouse. Shana tak berkedip memperhatikan. Jadi sebenarnya lelaki itu bukan berniat membatu dirinya? melainkan menyelamatkan bendanya yang terjatuh. Ahh rasanya Shana ingin menangis akibat rasa harap tadi yang begitu membuncah. Dugaannya salah.
Nungga siap berbalik kembali ketempat rombongannya semula. Sebelum intrupsi teman-temannya itu menghalangi langkahnya.
"Nungga!! Lo ngapain?" Teriak temannya dari arah rombongan. Bingung mengapa Nungga tidak membantu Shana padahal ia sudah berjongkok.
"Kunci motor gue jatuh, masuk siring ternyata." Nungga menunjukkan kunci motor yang dihiasi miniatur Mickey mouse ditangan kanannya yang sudah dia bersihkan. Tikus kecil itu bergoyang-goyang di tangan atas tangan Nungga.
"Shit!
"Anak anj—"
"Bangke!"
Semua orang melongo mendengar ucapan santai Nungga. Tak sedikit yang mengumpat, mereka sejak tadi menunggu adegan romantis gratis. Nungga memang keterlaluan. Mereka kira lelaki itu menghampiri dengan maksud ingin membantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dishana
Teen FictionIni tentang Dishana, perempuan yang memiliki nama ambigu sehingga sering menimbulkan kesalahpahaman. Ini juga tentang di sana, dimana yang terlihat tertawa belum tentu bahagia, menangis belum tentu menderita. Dishana, di sana? Terdengar sama, namun...
bagian empat
Mulai dari awal