[5] A Family's Loyalty

Mulai dari awal
                                    

Saat menggendong anak tercinta, Taehyung menuturkan sebuah kalimat sederhana dan menghentikan perbincangan bisnisnya, "Menikahlah, Donzello. Mendiang ayahku pasti menantikan itu. Lalu kau juga akan merasakan bagaimana bahagia sesungguhnya saat bersama keluargamu nanti."

Donzello menanggapinya dengan senyum manis, "Aku bersumpah jika akan terus membersamai Vencentio sebagai keluarga selamanya, Don."

Tangan Taehyung mengusap pipi gembul nan putih halus milik anak gadisnya, "Seorang pria yang bukan ayah bagi anaknya bukanlah pria sejati. Menjaga buah hati ini akan selalu membuatku ingat pada ayah dan ibu."

Pria Italia itu mengangguk, setia mendengar dengan bola mata yang memaku pada bayi yang sudah berumur tiga tahun di lengan Taehyung. Sesekali wajah Italia-nya dibuat menganga dan seolah dirinya adalah badut menyenangkan agar menghibur bayi yang berhasil tertawa. Tidak berapa lama, seorang wanita mengetuk pintu yang sudah terbuka, lalu masuk dengan pampangan senyum manis dan cantik yang menjadi bahan kaguman Taehyung.

"Mary sudah bertemu Papa, ya?" Ale menempatkan pinggulnya di kursi lain dan mengarahkan perhatian selanjutnya pada Donzello yang tersenyum. "Tuan Giorgio. Wajah Anda pucat. Banyaklah istirahat dalam dekat ini dan jangan biarkan Taehyung menyiksamu."

Taehyung menatap Donzello yang tertawa seraya membungkuk hormat, "Tidak, Nyonya. Saya akan mengurus urusan lain hingga harus pamit."

Ale mengangguk anggun dan membiarkan pria itu pergi meninggalkannya bersama suami dan sang buah hati. Barulah Taehyung bisa berjalan mendekati istri yang duduk menyilang dengan tatapan ceria yang masih sama seperti beberapa tahun lalu. "Mary sudah bisa apa?"

"Tadi melukis bersamaku. Gambarnya super eksotis dengan banyak warna berpadu dan bentuk yang tidak karuan." Ale tertawa untuk penuturannya barusan, disambut sapuan tangan hangat Taehyung di pahanya yang berbalut rok selutut. Selalu saja bisa seperi anak-anak jika bertemu dengan sang suami. Terkadang bahkan ia lupa jika sudah menjadi ibu.

Taehyung meletakkan Mary di atas kursi kecil khusus anaknya, lalu mengecup bibir Ale yang menggemaskan untuk beberapa lama. Membiarkan dirinya yang tadi sedikit terbawa emosi menjadi sosok penyayang penuh manja dan perhatian. Taehyung menarik sudut bibirnya disela ciuman yang dilakukan, juga mengelus surai kecoklatan Ale yang lembut.

"Lukisannya tidak kau buangkan?"

Ale menggeleng cepat, "Tentu saja tidak. Aku simpan untuk kenangan kita. Mary akan menjadi pelukis sepertiku." Gigi putihnya terpampang meski jarak mereka sangat dekat. Bahkan hidung mereka masih saling menyentuh, dengan deru napas keduanya yang saling beradu. 

"Bersyukurlah hari ini aku tidak sibuk, Le."

"Apa yang harus disyukuri dari kenyataan itu?" 

Sebelum menjawabnya, Taehyung menggendong tubuh mungil Mary yang ia bawa keluar untuk diberikan pada pengasuhnya dan berjalan mengunci pintu setelahnya. Menjilat bibir yang kering dan berjalan santai mendekati sang istri yang sudah siap dengan wajah imut itu. Begitu menggemaskan meski sudah ada Mary dalam kehidupan pernikahan mereka. Kepala sang wanita digerakkan ke samping kanan, "Apa yang harus aku syukuri? Cepat katakan!" 

Taehyung duduk di kursi samping Ale yang meminta wanita untuk berada dalam pangkuan jika mau segera dijawab pertanyaannya. Mencoba untuk menggoda dengan isyarat tubuh, memerintah Ale agar segera datang. 

Ale tersenyum terlampau lebar. Lalu menuruti kemauan Taehyung mengingat tempat kerja Taehyung memang kedap suara dan tidak akan ada yang berani membuka pintu dengan asal kecuali Nyonya Aleisya Kim. Ale duduk tepat di atas pangkuan sang suami dan langsung mengalungkan tangannya pada leher Taehyung. "Bersyukur karena apa jika kau tidak sibuk?" Selanjutnya Ale meletakkan dagunya pada bahu lebar Taehyung, memeluk sang suami dengan penuh kehangatan.

Speak Softly, LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang