Kepalanya terbentur ke punggung Derish ketika lelaki itu berhenti. Ia mundur beberapa langkah. Namun, Derish sama sekali tidak melepaskan genggamannya. Membuat dirinya tidak bisa melangkah terlalu jauh. Ia merasakan tangan Derish kembali menariknya dan membuatnya berada di sisi lelaki ini.

Matanya membulat ketika menyadari di mana mereka berada sekarang.

Sekarang mereka sedang berdiri di hadapan sang raja beserta para tetua. Tatjana ingin melepaskan genggaman tangan Derish karena ia ingat kalau seorang pangeran mahkota tidak boleh menyentuh seorang gadis yang bukan calon istrinya. Namun sekali lagi, Derish menahannya dan mengeratkan genggamannya.

“Lo gila?” bisik Tatjana yang mungkin tidak didengar oleh Derish karena lelaki itu mengabaikannya.

“Salam, Yang Mulia, Eyang, para Tetua, Ibu dan Bapak,” kata Derish sambil menundukkan kepalanya.

Tatjana yang terlihat sangat bingung hanya bisa mengikuti gerakan Derish untuk memberikan salam kepada mereka.

“Yang Mulia, kulo ingin bicara sesuatu karena di pergantian tahun seperti ini, Yang Mulia akan mendengarkan sebuah keinginan,” kata Derish lagi.

Tatjana masih berusaha untuk melepaskan tangan mereka karena ia melihat kalau orang-orang di hadapannya mulai menyadari tangan mereka.

Sang raja berdeham dan menegakkan duduknya lalu bekata, “Bicaralah, Drastha.”

Sebelum menjawab, Derish kembali menggenggam tangan Tatjana yang berhasil wanita itu lepaskan. “Kulo sudah memikirkan semuanya. Kulo juga sudah setuju dengan Ajeng Adiningrum untuk membatalkan pertunangan. Artinya, kulo tidak memiliki ikatan dengan siapapun.”

“Lanjutkan,” kata sang raja.

“Kulo memiliki alasan mengapa kulo dan Ajeng Adiningrum tidak mau melanjutkan pertunangan karena kami tidak saling mencintai. Tapi kini, kulo sudah menemukan sepalih gesang(11) yang kulo butuhkan sampai akhir hidup ini.”

Tatjana berhenti berusaha untuk melepaskan genggaman tangan Derish pada tangannya ketika mendengar kata-kata itu. Sekali lagi, ia gagal dalam memahami perasaannya sendiri. Ia tidak tahu apakah sekarang dirinya harus marah atau tidak.

Seharusnya ia marah, marah karena Derish tiba-tiba membawanya ke sini. Marah karena Derish sama sekali tidak meminta izinnya terlebih dahulu sebelum mereka datang ke sini. Namun, ia tidak bisa menemukan kemarahan itu, hatinya justru menghangat sekarang.

Bahkan semilir angin yang menerpa wajahnya sama sekali tidak membuatnya menggigil.

Sementara Derish, saat semilir angin menerpa wajahnya, ia menyadari sesuatu. Bahwa Kadhaton Balwanadanawa sudah menerima Tatjana. Bahwa kerajaan ini merestui mereka. Ia merasa kalau sang raja dan para tetua juga menyadari hal itu karena mereka sekarang menatap ke sekeliling.

“Derish meminta restu dari Yang Mulia Raja, Eyang, para Tetua, juga Ibu dan Bapak. Derish ingin menikahi  Ajeng Tatjana.”

Sekali lagi Tatjana berusaha untuk menemukan sedikit saja percikan kemarahan fi dalam hatinya karena sekarang Derish mengatakan ingin menikahinya. Namun, Tatjana tidak menemukan kemarahan apapun juga.

“Drastha,” panggil sang raja setelah beberapa saat terjadi hening. “Aku tidak pernah melarangmu mencintai siapapun dan bahkan Kadhaton sudah merestui kalian. Tapi, para tetua tentu perlu waktu untuk mempertimbangkan segalanya.”

Derish mengangguk. “Kulo sangat berterima kasih dengan restu dari Yang Mulia dan akan menunggu keputusan dari para tetua.”

Lalu, Derish menatap semua orang yang ada di sekelilingnya dan sekali lagi, Tatjana hanya melihat seorang pangeran mahkota pada sosok di sebelahnya ini.

“Mulai sekarang, Ajeng Tatjana adalah tunangan saya. Ajeng Tatjana pernah hampir celaka karena ulah seseorang yang ingin mencelakainya tapi sekarang, dia akan mendapatkan perlindungan seperti para wanita kerajaan di istana ini. Siapapun yang mencelakainya akan mendapatkan hukuman cambuk dan aku sendiri yang akan melakukannya, seperti hukum yang berlaku untuk melindungi para wanita kerajaan.”

Semua orang menundukkan kepala untuk menerima perintah itu. Sang raja menatap para tetua dan menganggukkan kepalanya. Untuk pertama kalinya, ia melihat keponakannya memberikan titah kepada semua orang.

Ia tersenyum, sekarang ia tidak lagi melihat Derish sebagai keponakannya. Sekarang, keponakannya adalah seorang raja masa depan.

Di sisi lain sungai, Sekar menatap Derish yang baru saja memberikan titahnya. Anak tirinya itu mengacaukan rencananya namun, ia tidak akan menyerah begitu saja.

“Apa yang akan kamu lakukan?” tanya Hastuti yang berdiri di sebelah putrinya. Ia tahu betul kalau titah dari seorang pangeran mahkota tidak bisa di anggap remeh.

“Aku tidak akan menyerah, Ibu,” jawab Sekar lalu menatap ibunya. “Gadis itu mungkin mencintai Drastha tapi dia hanyalah seorang gadis polos yang hidup dan membesar dengan cara yang berbeda dengan cara istana ini.”

“Kamu sudah menemukan cara?”

Sekar mengangguk. Walaupun sekarang Derish sudah mengumumkan pertunangannya, ia yakin kalau dirinya bisa membuat Nariah menjadi istri Derish. Ia tidak bisa mengabaikan janji yang sudah ia berikan kepada Nariah. Bagaimanapun caranya, ia harus mendapatkan apa yang ia mau. Gadis polos yang ada di sebelah Derish hanyalah serangga kecil yang akan ia keluarkan dari rencananya.

“Dia tidak tahu apapun, Ibu. Aku akan membuatnya mengerti dengan semuanya dan aku akan membuatnya meninggalkan istana ini bahkan sebelum matahari terbenam esok hari.”

φ

(11) Sepalih gesang artinya separuh hidup

The Perfect BouquetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang