BAB 7

8.9K 563 317
                                    

Bunyi notifikasi berhasil membuat Thania langsung memeriksa ponselnya, lalu melihat pesan masuk dari nomor dikenal. Lantas, Thania langsung menekan pop up tersebut dan beralih ke aplikasi chat.

Abang 😎
online

| Thania, pulang!

Thania hanya membaca tanpa membalas. Gadis itu sedang berada di kafe setelah kejadian tadi, dia hanya ingin meredakan emosinya.

"Gue butuh yang berasap-asap sekarang!"

Thania menghela napas panjang karena vape-nya terhempas jauh dan skateboard-nya tertinggal di koridor sekolah akibat kejadian tadi.

"Argh! Kesel gue, gara-gara si Ketos dan si MPK, vape mahal gue hilang."

Thania terus menggerutu tanpa menyadari jika ada seseorang yang sudah duduk di hadapannya sambil terkekeh ringan karena merasa lucu dengan tingkah Thania.

"Gara-gara mereka juga gue kehil-"

"Mbak, ngoceh mulu dari tadi."

Thania tersentak, matanya membola setelah melihat orang yang berani menyela ucapannya. "Lo! Ngapain di sini?" tanya Thania, menatap orang itu heran.

"Kepo."

Thania memutar bola mata malas. "Lo bolos, ya?" tanya Thania sambil menelisik penampilan orang bertato itu. Orang yang dia temui tempo hari di Warung Mang Ucup.

"Seperti yang lo lakuin."

Thania mengangguk mengerti. Matanya menatap orang itu intens. "Lo kalau dilihat-lihat ganteng juga ya?" celetuk Thania membuat orang itu salah tingkah.

Thania terkekeh dengan tingkah orang itu. "Gue pengin ditato," ujarnya tiba-tiba.

"Lo serius?" balas orang itu

Thania mengangguk pertanda serius. "Gue serius, Angga." katanya yakin.

Angga menghela napas panjang, menatap Thania tidak yakin. "Lo nggak takut? Pasang tato sakit, dihapus juga sakit."

Thania berdecak, "Gue nggak peduli."

Ah, Angga hampir saja melupakan julukan sorang Thania, si bad girl sejuta keburukan atau si seleb sejuta keburukan?

"Oke, temuin gue di alamat ini." Angga menyodorkan kertas kecil.

Thania mengambil kertas yang disodorkan Angga. Kerutan di dahi Thania muncul. "Ini apa?"

"Tempat pertatoan," balas Angga dan berdiri dari duduknya. "Gue balik dulu, ya."

Thania mengangguk. "Thanks, Angga. Secepatnya gue datang," ucap Thania, berteriak di akhir kalimat setelah melihat Angga sudah tidak terlihat dari pandangannya.

****

Thania memberhentikan motornya. Dia memandang bangunan di depannya dengan datar. "Bener, kan, ini?" tanyanya pada diri sendiri.

Masih nangkring di atas jok motornya, Thania mengambil ponsel di saku jaketnya. Dia mencari nama seseorang di log panggilan, setelah menemukannya, Thania memanggilnya.

"Hal-"

"Gue di depan," sela Thania cepat dan mematikan panggilan tersebut. Selang beberapa menit, Thania mendengar teriakan seseorang yang memanggilnya.

"Woi, Than!"

Thania menoleh ke arah Angga dan turun dari motornya, kemudian menghampiri cowok tersebut.

"Ayo!"

Angga menggeleng-geleng melihat kelakuan Thania yang main masuk tanpa takut dan kedatangan gadis itu membuat pasang mata memperhatikannya.

"Lo mau ditato bagian mana?" tanya Angga setelah berdiri di samping Thania.

"Kepo," balas Thania tanpa menoleh.

Angga mendengkus, "Serah, dah!"

"Iyalah terserah gue."

Angga tidak menjawab. Dia langsung menghampiri temannya yang sedang berkerja mentato orang.

Thania yang melihat interaksi Angga dan temannya, hanya menatap mereka penasaran. "Ngomongin apaan, sih? Bikin gue penasaran aja."

"Ngomongin apaan lo?" tanya Thania tidak sabaran, setelah Angga kembali kepadanya.

"Kepo."

Thania memutar bola mata malas. "Cepet! Gue pengin cepet-cepet kelar." Thania bete karena dia hanya berdiri tanpa melakukan apa pun.

"Nunggu temen cewek, soalnya kalau lo ditato sama cowok, takutnya mereka pada ngiler sama tubuh lo, apalagi kalau ditato di area yang sensitif," jelas Angga.

Thania menguap. "Lebay."

"Serah lo, Than. Mending lo duduk aja dulu."

Thania menurut, dia mencari tempat duduk yang kosong. Setelah menemukannya, Thania segera menduduki bangku tersebut.

"Angga, sini lo!" panggil Thania kencang, tanpa memedulikan beberapa pasang mata yang menatapnya.

Angga mendengkus kesal, tapi tidak urung dia menghampiri Thania dan duduk di hadapan gadis itu. "Apa?" tanya Angga malas.

Thania terkekeh, "Sensi amat, Mas, mukanya."

"Gue mau tanya, tempat ini punya lo?" Thania bertanya sambil melihat-lihat ruangan ini. Banyak sekali barang-barang yang khusus untuk pertatoan, ruangannya pun tidak luas dan tidak kecil, pas sekali untuk ukuran seperti ini, sederhana, tetapi enak dipandang.

"Bukan. Tempat ini punya sepupu gue," ujar Angga. "Karena sepupu gue lagi ada pekerjaan lain. Jadi, gue yang handle," sambungnya.

Thania mengangguk paham. "Nama sepupu lo siapa?"

Angga berdeham sebentar sebelum menjawab. Dia menatap Thania. "Namanya A-"

"Sori, gue telat."


>•<

ZONI MIKHAEL JACKSON

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ZONI MIKHAEL JACKSON

^⁠_⁠^

Telah direvisi

My Perfection Is Badgirl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang