"Gue mau deh sama yang guru itu, yang punya lo, siapatau gue juga ditawari" melas Nasha genit

"Bir gue bisa pindah sekolah, dan sekolah barang sama lo" lanjutnya lagi dengan semangat.

"Bisa-bisa nanti diatur, eits tapi bagi dua, HAHAHAHA" tawa Aurel yang diikuti dengan Nasha.

Merekapun bebincang panjng lebar berdua, menghabiskan waktu berdua sebagai seorang sahabat yang sudah lama tak bertemu, walau pertemuan awalnya ingin menanyakan pekerjaan haram itu.

Nasha Memang sudah memikirkan ini matang-matang sejak kemarin. Ia tidak ingin membebani ibunya, sekaligus ingin menebus rasa bersalahnya. Namun siapa sangka pekerjaan yang dipilihnya ternyata sebagai simpanan om-om. Walau haram tapi inilah pilihan mendapatkan uang secara mudah.

****

Nasha segera membaringkan tubuhnya ketempat tidur, cukup lama ia mengobrol dengan Aurel, ia juga mendapatkan sedikit petuah untuk membujuk para om-om itu.

Bayangan-bayangan om-om itu mengitari kepalannya dari tadi. Bagaaimana tidak, ia belum tahu bagaimana om-om yang akan dilayaninya nanti, bagaimana jika om-om itu sudah tua bangka, badannya gembrot, baunya badanya aneh, ih pasti sangat menjijikan.

Bagaimana juga jika om-omnya itu ingin dilayani lebih olehnya, bagaimana jika ia diperawanin oleh om-om itu. Sial. Bagaimana ini.

"Akhhh" teriak Nasha bangkit dari tidurnya, sambil mengacak kepalanya. Memikirkannya saja ia tak sanggup, apalagi menjalaninya. Apa ia harus berubah pikiran, agar tidak jadi bekerja seperti itu.

Ia ingin punya uang, tapi tak ingin pekerjaan itu, setengah hatinya juga mengatakan untuk bekerja dan setengah lagi menolaknya. Bagai buah simalakama, ia tidak bisa memutuskan lagi untuk sekarang.

"Gak papa Nas, lo pasti bisa, mau uang banyak kan? Ibu lo gak bisa memenuhi keinginan lo Nas" suara itu dari pantulan cermin tempatnya berdiri sekarang.

Ia sudah seperti orang gila, melihat pantulannya berbicara kepadanya membuatnya tambah frustasi.

"Mending lo dengerin gue, gue ini yang ada dihati lo Nas, lo mau uang itu, jadi lo harus kerja sama Aurel,"

"Gak usah munafik Nas, neminin om-om juga ada untungnya buat lo, uang lo banyak, banyak!"

Betul juga apa yang pantulan cermin ini sampaikan, ia butuh uang itu, ia juga gak tak boleh semunafik itu, untuk bilang menolaknya, toh dosa juga, dosa dia.

Tapi gimana perasaan ibunya jika tau ia adalah simpanan om-om gatel. Mau ditaruh dimana muka ibunya. Serta tuduhan-tuduhan yang dilemparkan oleh teman-temannya. Pasti ia akan menjadi bahan ejekan lagi.

"Gak usah dipikirin teman-teman lo itu, mereka cuma iri sama lo, mending lo cari u-"

"Akhhh" teriak Nasha sambil memukul cermin dengan tinjunya. Ia sangat kesal dengan apa yang dibilang cermin itu.

"Nak, ada apa nak" tiba- tiba ibunya datang kekamarnya.

"...." Tak ada jawaban dari Nasha disebrang sana.

Sari begitu kaget melihat begitu berantakannya kamar ini. Serta pecahan kaca yang sudah ada dimana-mana. Tidak lupa darah yang mengalir segar dari tangan anaknya itu.

Kemudian ia segera keluar untuk membawa kain dan air serta plester untuk mengobati putrinya itu.

Sari pun mendekat ke Nasha dan duduk di ujung tempat tidur disamping Nasha. Pelan tapi pasti Sari menyentuh luka itu dan mengobatinya.

"Aww" ringis Nasha.

"Kamu kenapa sih nak, sini cerita ke ibu" ucap Sari mengusap tangan Nasha.

"Ibu..." Ucap Nasha pelan.

"Iya nak"

"Maafin Nasha bu, Nasha gak tau lagi harus gimana bu, ibu dipecat karena Nasha, ibu susah juga karena Nasha, maafin Nasha bu" ujar Nasha dengan tersedu-sedu. Sekarang Nasha sudah tidak bisa lagi menahannya. Ia tidak cukup kuat menanggung semuanya.

"Maafin ibu nak, ibu juga gak bisa kasih kebahagiaan buat kamu" balas Sari meringis. Sari juga tidak tahan jika anaknya sudah berkata begitu. Ini semua memang salahnya, itulah sebabnya sikap Nasha begitu padanya.

"Engga bu, ini semua salah Nasha, Nasha juga akan berubah, Nasha akan bantu ibu cari uang"

"Gak usah nak, tugas kamu yang utama adalah belajar, biar ibu aja yang banting tulang diluar sana, kamu fokus aja buat masa depan kamu" ujar Sari memantapkan Nasha. Alan lebih sakit jika anaknya juga bekerja, Ibu macam apa dia yang akan membiarkan anaknya bekerja.

"Sudah selesai," lanjut sari yang sudah memasang plester ditangannya.

"Makasih bu" balas Nasha pelan.

"Ya sudah, kamu tidur ya, jangan pikirin yang aneh-aneh lagi"

Sari pun menarik selimut Nasha hingga menutupi bahunya, ia kecup anaknya dan kemudian meninggalkan Nasha agar dapat kealam mimipinya.

****

.
.
.
.

Holaaa
Gimana part yang satu ini?
Jangan lupa vote dan komen gays :)

Terimakasih💫

CRAZY MOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang