5. Annoying Weekend

Mulai dari awal
                                    

Huaahhh!!! Manusia berumur itu.

Bisa sekali dia menumbuk napas lelahku jadi berembus lebih keras, lebih keras ketimbang bekerja sepanjang hari mengurusi rumah super besarnya ini. Aku berjalan gontai menuju kursi dekat kolam renang, orangtua memang taledor menyimpan barang. Apa dia tidak takut kemasukan orang jahil? Bagaimana sampai tab kerjanya ini hilang, apa dia akan menyalahkan aku lagi?

Oh Tuhan.

Dia bahkan tidak paham, aturan yang Baginda Rasulullah perintahkan adalah mengikat untanya dulu baru diserahkan kepada Allah. Bukan main asal dibiarkan berkeliaran lalu sok mengatakan aku menyerahkan keselamatan untaku kepada Allah. Tidak begitu konsepnya Paaakkk!

Memang siapa yang akan disalahkan sampai barangnya nanti hilang? Allah gitu? Padahal dia yang sembarangan meletakkan apa-apa.

"Aha, ini orangtua satu kayanya perlu penyegaran. Kerjain ah!" ucapku tersenyum jahat. Kutelusuri segera pinggir kolam untuk berdiri di sana, sedang tab-nya tetap kuletakkan di meja. Jangan sampai barangnya kenapa-kenapa, yang dapat mencelakakan aku kelak.

 Jangan sampai barangnya kenapa-kenapa, yang dapat mencelakakan aku kelak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelah sendalku akan sengaja kulepaskan ke kolam, dan ...

Clup.

"Astagfirullah, tab-nya jatoh!" ucapku sengaja menambah oktaf suaraku. Kulihat dia datang terburu-buru melompati kolam renangnya untuk menyelamatkan apa yang dianggapnya penting.

Byuuurrr ...

Dan seketika tawaku lepas menyaksikan dia sudah di bawah sana menyelamatkan sendalku yang tercebur. Apa iya ya, semakin tua seseorang tingkat konsentrasinya juga ikut terkikis, ahahah. Ya kali dia tidak bisa membedakan mana tab, mana sendal, haduh malu, malu!

"Astagfirullah, Bilah!" Dia akhirnya angkat suara menegurku. Bodohnya aku masih saja tertawa jahil di atas penderitaan yang dialaminya.

"Kamu bisa nggak bercandanya jangan gini? Saya lagi makan loh, Bilah!" tegurnya lagi seperti dugaanku sebelumnya, dia pasti marah, ahahaha.

Sangat menjiwai sekali sebagai orangtua!

"Iya, maaf, maaf. Sini saya tolong—eits, tunggu deh. Kan nggak boleh sentuhan, ya? Gimana cara bantuinnya coba?" kataku menarik lagi ucapan pertolonganku.

"Kamu tinggal tarik tangan saya, gitu aja dipikir? Lagian udah halal juga nggak bakal dosa kalau sentuhan, cepetan deh. Dingin loh di sini!"

"Yang cara lain dong, Kak, saya kan nggak biasa sentuh Kakak!"

"Cara lain? Okey!" ucapnya terakhir kali sebelum dia balas menarik kakiku masuk ke kolam juga.

WEDDING AGREEMENT Putus atau Terus (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang