Hari itu, Sakura tiba-tiba datang dan menghajar nya dengan alasan sudah menyakiti sahabatnya. Kata-kata yang diucapkan Sakura pun seolah mampu membuat dunianya runtuh saat itu juga.

"Kau sudah membunuh darah dagingmu sendiri Naruto!!"

Hinata mengandung anaknya, ia berniat mengatakan kabar tersebut pada hari dimana Naruto mengkhianatinya dan memutuskan hubungan mereka. Namun, seminggu yang lalu ternyata Hinata mengalami keguguran karena pembullyan yang didapatnya dari beberapa siswi di sekolah mereka dan itu membuatnya begitu syok.

Naruto mencari Hinata, mendatangi flat Hinata, mendatangi panti, mengunjungi tempat kerja Hinata, terakhir ia mendatangi Gaara, tetapi hasilnya nihil. Ia tidak dapat menemukan Hinata dimanapun. Setelah mendapatkan hadiah berupa pukulan dari Gaara, Gaara memberikan diary Hinata yang ia temukan di tas Hinata yang tertinggal di kelas pada hari dimana ia menghilang.

Naruto menangis membaca semua yang tertulis di sana.

Aku mencintainya.. sejak pertama kali kami menginjakkan kaki di sekolah yang sama.

Hari ini ia menerimaku, aku masih tak menyangka. Apa ini mimpi?

Naruto memintaku untuk membuktikan cintaku padanya. Ia menyentuhku, selama itu aku mendapatkan perlakuan lembut darinya, ia seperti melakukan semua itu dengan penuh cinta. Seakan ia berusaha mengungkapkan perasaan cintanya melalui sentuhan-sentuhannya.

Naruto membuangku, ia bersama dengan Shizuka-san. Dia bilang tidak pernah mencintaiku, dia memintaku untuk pergi darinya..

Bagaimana ini?? Aku sedang hamil anak kami...

Aku harus bertahan.. anakku membutuhkanku. Aku harus bertahan..

Maafkan Ibu dan Ayah nak..

Naruto berlari seperti orang gila, ia harus mencari keberadaan Hinata. Ia mencintai Hinata, ia bahkan membuat anak mereka terbunuh. Ia tak ingin kehilangan wanita itu.

Aku.. terlambat.

Tubuh pucat yang sudah tampak membiru itu diletakkan para petugas di pinggir sungai. Gaun berwarna lavender masih terpasang apik di tubuhnya. Naruto mendorong para petugas itu untuk menjauh, ia berlutut di samping raga yang tak lagi bernyawa terebut. Menggenggam tangan dingin yang selama ini selalu berusaha menggapainya.

"HINATA!!!!!"

Tumpah sudah segala perasaan sedih, kecewa, amarah yang ia pendam selama ini. Air mata menganak sungai dari matanya, ia rengkuh tubuh itu. Menepis tangan-tangan petugas yang berusaha memisahkannya dari pujaan hatinya.

"Kumohon.. bangun Hime.."

"Kau kedinginan ya?? Bangunlah Hime.. aku akan membelikanmu ramen kesukaanmu, untuk menghangatkan tubuhmu. Kau suka kan?"

"BANGUUUNNNN!!!!!!"

.

Ia memandang kosong ke bawah jembatan, menatap aliran sungai yang mengalir deras di bawah sana. Penyelidikan telah dilakukan, Hinata meninggal bunuh diri, melompat dari atas jembatan, tempat dia berdiri saat ini.

Aku mencintaimu, Hime..

Kenapa kau meninggalkanku?

Apa kau lebih mencintai anak kita? Sehingga kau lebih memilih untuk bersamanya.

Tunggu aku sayang..

Tunggu Ayah nak..

Sebentar lagi kita bertiga akan bersama..

Tentang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang