"Tidak mungkin... Kalau dia beneran bunuh diri kelaut. Jasadnya pasti kembali kedaratan." ujar Ushijima.
"Setuju dengan ucapannya. Ini hampir 5 bulan dia hilang, seharusnya sudah ditemukan kalau benar benar bunuh diri sekalipun" Ucap Korai, menyetujui ucapan Ushijima.
"Tapi... ada satu tempat lagi yang lebih disukai dia... Dan ini--- sudahlah ayo ikut" ajakku sambil berusaha melawan arus angin laut di siang hari itu.
Ya jaraknya tidak jauh. Dari laut itu. Aku megenggam kencang hoodie yang basah dan kotor dengan pasir itu.
Setelah sampai di salah satu jembatan besar dengan tinggi 10 meter kebawah sungai dengan arus yang sangat kencang. Aku melihat kesekeliling berharap dia belum melompat apalagi teebawa arus.
Yang lainnya juga membantu mencari keberadaannya.
Memang disebelah sana ada segerombolan warga, tapi aku tidak berfikir bahwa mereka meneriaki Samu.
Karna dipikiranku, Samu tidak akan dan tidak mau melakukan bunuh diri sialan itu.
Iwaizumi menepuk bahuku, "itu dia!",ucap Iwaizumi sambil.menujuk kearah pinggir tembok untuk penyangga para pejalan kaki agar tidak terjatuh. Ya dia tepat diatasnya. Berposisi seolah akan melompat bebas. Dia menarik nafasnya dalam.
Orang orang itu ternyata berusaha menghentikan Samu, tapi tidak ada satupun yang didengarnya sepertinya.
Aku berteriak. "Semoga ini tidak terlambat" bantinku berkata, "OSAMU APA YANG KAMU LAKUKAN DISANA?! APA KAMU GILA?! KAMU MAU MENINGGALKAN KU DISINI BEGITU SAJA?! TURUN ATAU AKU TIDAK AKAN MEMAAFKANMU" teriakku.
Dia menoleh. Ekspresinya masih tidak percaya... Dan langsung berlari kearahku. Aku juga ikut berlari kearahnya. Kami berpelukan lagi setelah 5 bulan berpisah.
Tangisnya pecah. Ia menangis histeris.
"aku--- aku pikir kamu tidak akan pernah kembali lagi. aku--- aku tidak bisa mengatakan maaf karna menyakiti pe-- perasaanmu dan--- dan janjimu" ujarnya sambil terisak. Aku mengelus lembut kepalanya unruk menenangkannya
Satu lagi. Aku melepas pelukan itu dan menarik lengan baju yang Ia gunakan. Aku terduduk. Tanpa ku sadari air mataku jatuh. Jahat sekali
Aku jahat. Lukanya terlalu dalam. Aku menyentuh garis garis panjang hingga siku itu perlahan. Takut saat aku menyentuhnya Ia merasa sakit. Badannya basah. Mungkin dia habis dari laut sekedar membuka hoodie dan pergi ketempat ini?? Entahlah.
Kedua tangannya tidak bersih lagi. Tangannya ternodai dengan garis garis sialan ini. Aku menyalahkan diriku.
"Kakak macam apa aku ini?!"
Aku melepas jaket yang masih ada ditubuhku.
Aku memasangkan jaket itu, dan membantunya berdiri.
"Aku tidak akan meninggalkanmu lagi... Maaf, maaf atas semuanya yang aku lakukan padamu... Kamu jadi seperti ini" ujarku
Dia menggeleng keras "tidak! Justru aku yang minta maaf... Aku sudah merusak kepercayaanmu dan janji kita. Aku seharusnya tidak berkhianat dibelakangmu. Memanfaatkan semuanya demi membalas perasaanku yang dulu hilang" jelasnya.
Teman teman yang lain hanya berdiam, mengawasi kami berdua.
Terlihat Korai maju mendekati aku dan Samu.
"Intinya kalian berdua sama sama salah... Samu sudah berkhianat, lalu sebelum Tsumu menyatakan kalimat putus denganmu. Dia juga berkhianat padamu... Jadi jangan saling menyalahkan ya... Setidaknya, kalian hanya berkhianat tidak dijadikan sebuah pelampiasan..." Tutur Korai sambil berlutut kearah kami.
"Aku berharap, saat... Hari dimana aku akan putus dengan Tsumu nanti... Aku harap hatimu sepenuhnya untuknya. Ruang hatimu hanya diberikan untuk Tsumu seorang, jangan berikan ruang itu untuk orang lain sebelum kamu menyesalinya" tutur dia lagi. Aku dan Samu masih berdiam mendengarkan begitupula yang lain.
"Setidaknya... Tsumu tidak pergi selamanya dari sisimu, karna berkhianat dibelakangnya. Aku... Dulu berpacaran... Dengan seseorang. Dia persis seperti Tsumu... Tapi justru aku berkhianat dibelakangnya... Dan, tanpa aku sadari, selama dia hidup dia menahan rasa sakit dari penyakitnya dan rasa sakit hatinya yang aku berikan. Sebelum aku mengucapkan kata maafku... Di terlanjur pergi... Jadi... Karna itu mungkin aku dijadikan pelampiasan oleh banyak orang hahaha... Itu sebuah karma mungkin? Untukku" jelasnya diiringi tertawa yang menyakitkan untuk aku dengar. Dia masih menunduk.
Benar yang dia bilang... Setidaknya aku tidak pergi selamanya dari Osamu. Samu masih menatapnya secara intens.
"Aku... Aku sangat bahagia saat berpacaran dengan Tsumu selama 4 bulan ini... Dia benar benar... Mirip seperti mantanku yang pergi itu... Aku tidak dijadikan sebuah pelampiasan lagi. Dan aku sudah mempersiapkan semuanya jika Tsumu mau memutuskanku dan kembali denganmu Samu..." lanjutnya lagi sambil melihat Osamu.
Osamu menatap kearahku lalu beralih berbalik agar berhadapan dengan Korai.
"Dengarkan aku... Aku... Aku berterima kasih karna Tsumu kembali kesini lagi... Aku--- kalau Tsumu memang masih-- mau bertahan dengan hubungan kalian ini, bukan masalah besar untukku selama Tsumu ada disini, itu sudah lebih dari cukup" kata Samu.
"Jika... Kalau... Kalau di izinkan. Aku sedikit cemburu dengan hubungan Oikawa dengan Ushijima dan Iwaizumi. Mereka kembali menjalin hubungan lagi setelah putus saat itu... Aku... Aku ingin bersama Tsumu... Tapi aku juga... Mau bersamamu... Mengenalmu lebih jauh... aku--- aku menyisakkan dua tempat untuk kalian bukan Suna. Aku sudah meyakinkan diriku... Aku sudah mengosongkan perasaanku untuk Suna hari itu.... Tapi kurasa... Itu tidak akan terjadi kan? Hahaha" jawab Osamu sambil menggenggam kedua tangan Korai.
"Aku... Aku tidak masalah hanya sebagai sampingan dalam hubungan kalian... Setidaknya, aku ingin mengulang semuanya lagi... Untuk kedua kalinya... Dan ini adalah sebuah akhir dari berusaha mengulang semuanya..." lanjut Samu, sambil kembali menangis pelan.
Korai menghapu air mata Samu.
"Jangan menangis.... Ternyata kita memang egois ya... Tidak ingin putus dengan Tsumu, tapi kita juga ingin saling mengenal lebih banyak antara satu sama lain dalam sebuah hubungan... Aku tidak masalah kok! Lagian wajah kalian sama... Jadi apa bedanya hahaha" Ujarnya serata menghentikan tangisan Samu.
"Sekarang ayo pulang---" ajakan Korai kutahan.
"Tidak... Dia harus kerumah sakit dulu... Dia menghilang sejak lama... Kita tidak tahu apa ada sesuatu yang menganggu mentalnya bukan? Hingga dia berbuat sejauh ini?" Usulku.
Semuanya mengangguk. "Ya, sudah... Ayo... Aku juga... Minum pil anti depresan dan pil penenang... Saat aju bericara sendiri dicermin dan menurutku terlalu lama aku harus minum pil itu..." jelas Osamu.
"Ya sudah ayok! Tidak usah cemburu dengan hubunganku dengan mereka berdua... Kamu tahu? Menyatukan mereka dalam satu hubungan saja susah sekali. Sementara kamu... Korai sudah menerimamu... Jadi tidak usah cemburu lagi!" teriak Oikawa yang berdiri dengan yang lainnya.
Kami bertiga berdiri dan berjalan menuju teman teman yang lain. Suna menatap kearah Osamu.
"Osamu, maaf... Karnaku... Kamu jadi seperti ini... Ya, aku tahu perbuatan itu tak akan bisa dimaafkan... Tapi, izinkan aku tetap berteman denganmu" ucap Suna
Osamu mengangguk, "ya... Lagipula untuk apa tidak memaafkanmu... Akan menjadi beban untukmu juga kalau aku tidak memaafkanmu..." jawab Samu.
Atsumu pov end
•••••
Mendekati S2- sabar ya sisa beberapa chap lagi bakal pindah Season xixi
Jangan lupa voment yaw~ ! ! Sukarela aja - ! !
KAMU SEDANG MEMBACA
Its Hurt but Its End Well | A̾t̾s̾u̾O̾s̾a̾ F̾a̾n̾f̾i̾c̾
RomanceHIATUS | Slow Update 🔵 angst/fluff AtsuOsa fanfic 🔵 "apakah wajar jika aku menyukai saudara kanudngku, bahkan dia adalah kembaranku? apa kau pikir ini tidak menyakitkan?!" - Atsumu Miya "kau... pergi kemana Tsumu? aku minta maaf... tolong kembali...
28 - Bunuh Diri
Mulai dari awal