19. Feeling

2.5K 436 49
                                    

Jawa Tengah | 24 Juni 2021
By : GwenXylona

-Feeling-

"Apa hantu punya perasaan?"

Itu yang selalu ditanyakan oleh Somi kepada dirinya sendiri, kalau punya seharusnya Mak Kunti, suster duduk, mang poci, dan lainnya seharusnya nggak mengganggu manusia, kan punya perasaan. Tapi kalau nggak punya kenapa dia bisa jatuh dengan manusia bernama Haechan?

"Lo jagain Haechan!"

Somi terperangah sejenak "Hah??"

"Ikutin kemanapun Haechan pergi, kalau ada kerikil dijalannya tolong disingkirin. Tapi jangan bikin dia takut, jangan apa-apain dia, dan jangan ngikutin dia kalau lagi mandi, boker, dan hal yang tidak patut untuk dilihat!" setelah mengatakan itu Jaemin langsung pergi membuat Somi hanya bisa menurut.

Maka dari itu detik ini gadis hantu itu sedang memantau---lebih tepatnya mengagumi Haechan dari kejauhan. Cowok itu sedang mengerjakan tugas di cafetaria, berkutat dengan laptop, sementara Somi di salah satu dahan pohon untuk mengagumi ciptaanNya.

Haechan menoleh saat dirasa ada yang memandanginya, entahlah tetapi dia merasa ada yang memantau gerak-geriknya, namun saat dia menatap seluruh penjuru tidak ada satu pun yang memperdulikannya, Haechan bergedik "Aku tahu aku tamvan, tapi jangan dilihatin mulu dong siapapun lo, gue takut huhu" gumamnya.

"Gila nih teman gue" Renjun datang dan duduk didepan Haechan.

Haechan mendengus "Ngapain lo?"

"Duduk"

"Ngapain kesini?"

"Jeno lagi kerja, Jaemin di kelas, lah lo nganggur jadi gue kesini. Salah??"

"Ya jangan ngegas atuh, nyemprot tahu!"

Mata Renjun mengerling "Lo kenapa sensi banget sih heran"

"Nggak tahu pusing"

"Minum obat lah"

"Bukan pusing itu anjir, kerjain tugas gue, Njuuun."

Renjun mendengus, sudah sempat khawatir kalau Haechan beneran sakit ternyata dikibulin. Dia kemudian memutar laptop Haechan, menyimpan tugas sahabatnya itu lalu mematikannya membuat dahi Haechan berkerut bingung "Lo apain tugas gue? Belum lo simpan ya? Anji---"

"Yok ikut gue" Renjun membawa laptop itu ditangan kirinya sementara tangan kanannya menyeret Haechan menjauh dari cafetaria.

Keduanya berlari disepanjang koridor untuk pergi ke toilet, Renjun membawa Haechan kedalam salah satu bilik toilet itu dan mendudukkan Haechan diatas kloset yang tertutup, ia segera memasukkan laptopnya kedalam tasnya, bodoamat kalau itu laptop Haechan, yang penting Haechannya selamat dulu.

"Lo ken---"

"Diam! Angkat kaki lo jangan sampai kelihatan!"

"Tap---"

"Nurut, Chan!!"

Baiklah Njuun-nya lagi mode galak, jadi Haechan turutin, dia mengangkat kedua kakinya keatas kloset juga bersama dengan tubuhnya. Renjun berdiri tepat didepannya menghadap kepintu yang terkunci membuat pantat cowok itu pas didepan wajahnya, Haechan melongos "Lo kentut, gue gampar Jakarta-Palembang!" desisnya.

Renjun menoleh "Lo tetap disini, kalau ada yang ketuk diam aja, jangan keluar sebelum gue kembali, jangan keluarin suara juga, dan jangan turunin kaki lo!" perintahnya.

"Tapi ken---"

Dor dor dor

Keduanya menatap pintu bilik yang digedor dari luar tanpa perasaan kemudian pada saling tetap, "Turutin perintah gue kalau lo mau selamat." ujar Renjun kemudian berjalan keluar dan kembali menutup rapat-rapat pintunya.

Linier [Babu Lee]Where stories live. Discover now