CVC 12. Lookism

Mulai dari awal
                                    

Pria itu merengut manja, bersungut menahannya tetap di bawah. "Aaah, Kitty Baby, aku sudah tidak sabaran nih."

Lovita bersikeras. "Sebentar saja! Kalau terpipis nanti tidak enak jadinya." Aaron melepaskannya. Pria itu bersandar lelah ke sofa. Lovita berlari kecil ke kamar mandi tamu. Akan tetapi gadis itu terpekik dan melangkah mundur dari kamar mandi sambil membekap mulut. "Astaga! Siapa ini bekas BAB tidak dibersihkan? Hueeek!"

Aaron terbelalak, tubuh membeku sesaat. teringat Cassandra yang terakhir memakai toilet itu. Ia bergegas mendatangi Lovita sambil menggerundel marah. "Dasar Nenek Tapasha! Anjiiir, sempat-sempatnya dia meninggalkan bonus di rumahku!" Aaron hendak jadi pahlawan memberantas limbah monster itu, akan tetapi bau menyeruak memukul mundur dirinya dari sana. "Astaga! Uhuk, uhukkk!" Aaron merangkul Lovita menjauh beberapa meter dari sumber bau. Ia celingak- celinguk ke sekeliling ruangannya mencari pengharum ruangan. "Rasanya ada di sekitar sini. Astaga ... cantik- cantik ternyata kotorannya sekuat jigong. Cassandra kurang ajar!"

"Jadi ini bekas Cassandra, toh? Astagaaa!" imbuh Lovita.

Dikira orang cantik lalu ampasnya seharum mawar mewangi, begitu? Semua orang merasa koto.ran mereka kurang bau dari punya orang lain, padahal sama saja. Aaron menemukan pewangi ruangan berbentuk vas cantik dan hendak membawa ke kamar mandi, tetapi Cassandra muncul bersama Gabriel.

Cassandra sempat termangap mengira ponselnya telah diambil Aaron dan mereka mengetahui wajah aslinya dari cara Aaron dan teman kencannya menatapnya, akan tetapi omelan Aaron membuatnya lega.

"Kamu! Apa yang kamu buang di klosetku? Lihat itu! Sampai tersumbat. Mana baunya anjir kam.pret laknat durjana!" maki Aaron pakai kosa kata yang baru pertama kali digunakannya.

Cassandra berkacak pinggang dan memelototi pria berpakaian seksi itu. "Memangnya kenapa? Koto.ran itu di mana saja semua sama. WC-mu aja yang modelnya kebangetan sok sempit. Gak tau apa orang Indonesia makannya buanyak? Harusnya pilih yang ukuran lubangnya lebih besar dan semburannya kencang, jangan seincrit-incrit. Hiiih!"

Cassandra mengentakkan kakinya sekali, lalu melangkah gagah berani ke dalam kamar mandi. Ia memungut ponselnya dekat wastafel memasukkannya dalam tas, baru membereskan masalah pembuangan toilet. Ia menekan tombol bilas dan lubang kloset menguras bersih, akan tetapi kembali sedikit mampet, sehingga Cassandra mengulangnya beberapa kali.

Aaron menarik Gabriel yang kebingungan ke sudut ruangan. "Kenapa kalian kembali?" sengit Aaron.

"Cassandra ketinggalan ponselnya."

Aaron mencengkeram kepalanya. "Ampuun, dasar Nenek Tapasha, tidak pernah membiarkan aku tenang rupanya. Aduuuh bagaimana ini, mana waktunya mepet sekali. Aduuuh!"

Gabriel melirik jam tangannya. 15 menit menuju jam 1 malam. Ia menatap sahabatnya. "Jadi bagaimana? Apa kau teruskan atau tidak?"

Aaron terdiam sambil menggigit bibir bawah berusaha berpikir. Lovita yang sudah kebelet berlari kecil ke kamar Aaron. Aaron tersentak panik kalau- kalau Lovita mencurigai ada barang yang berbeda di kamarnya. Dari pintu kamar yang terbuka, ia melihat Lovita langsung masuk ke kamar mandi. Aaron lanjut bicara dengan Gabriel. "Entahlah, ini terlalu kacau. Terlalu berisiko. Sebaiknya kau antar Lovita dan Cassandra pulang." Aaron mengambil keputusan finalnya.

Cassandra masih sibuk dengan urusan kloset mampet. Sementara Lovita keluar dari toilet kamar dan gadis itu berjalan perlahan sambil kebingungan menenteng kaos oblong berukuran superbesar yang ditemukannya di kamar mandi. "Aaron, baju siapa ini?" tanyanya. "Kok besar sekali?"

Aaron terbelalak, begitu juga Gabriel. Gabriel melirik pada Aaron menunggu pria itu menjawab. Aaron bicara sesantai mungkin. "Oh, itu kaos lama, makanya bisa semelar itu."

Cassandra VS Cassanova (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang