21. Batman

2.5K 438 70
                                    

Jawa Tengah| 30 Juni 2021
By : GwenXylona

-Batman-

"Terakhir kali yang gue tahu, Jaehyun di Singapura, belum balik."

Jeno samar-samar mendengarnya, dia hendak pergi ke dapur ketika suara Taeyong dari kolam renang terdengar. Anak itu lupa dengan tujuannya, dia justru mengintip dibalik tembok untuk menguping pembicaraan Sang kakak yang berdiri dipinggiran kolam.

"Bukan begitu, Win. Ini baru jalan sepertiga, masih jauh untuk kata sempurna, terus tiba-tiba diserbu ombak?"

"..."

"Masalahnya Jo itu sahabat gue sama Jaehyun sejak lama"

"..."

Terlihat kakaknya itu menghela napas "Yaudah, kita bicarain baik-baik. Nggak semua yang kita lihat, dengar, bahkan lakukan itu suatu kebenaran. Nanti coba tanyain ke Jaehyun."

Jeno perlahan menjauh untuk kembali berjalan ke dapur. Dari percakapan kakaknya dengan entah siapa namun dia yakin jika itu Windu, kakak laki-laki Renjun, Jeno tidak tahu ada apa. Tapi sepertinya sesuatu akan terjadi.

"Jen."

Jeno menoleh, alisnya terangkat kala melihat Mark yang ngibrit dari depan, telinga kakaknya itu memerah "Kenapa?" tanyanya heran.

"Kak Yo mana? Bilangin ada tamu---"

"Tante Listyan?" sahut Taeyong yang entah sejak kapan sudah berada di area dapur.

Mark mengangguk "Kakak nggak ngomong kalau mereka bakal datang, aku koloran doang malu" adunya.

Taeyong terkekeh pelan, sementara Jeno sibuk tahan tawa, soalnya kalau sampai kelepasan ketawa, takutnya Mark akan murka dan menggamparnya bolak-balik. "Maaf lupa, Jeno ayo." ajak Taeyong.

Sambil berjalan mengikuti Taeyong, saat melewati Mark, Jeno menjulurkan lidahnya "Koloran doang, pink gambar Patrick lagi" ledeknya.

Begitu tiba diruang tamu, Jeno teridam, ada Denise disana, gadis cantik itu menatapnya dengan mimik wajah datar, ketara sekali jika dia kecewa. Anak SMA yang dengan kurang ajarnya dia perlakukan seenaknya, Jeno akui jika dia adalah laki-laki brengsek.

"Kamu nggak akan diam disitu kan, Jeno?"

Jeno tersentak, dia dengan canggung mendekati Tante Listyan dan Denise, Tante Listyan itu wanita baik, Jeno akui itu. Beliau kalau mampir kesini pasti menyempatkan diri untuk sekedar bertanya apakah Jeno sudah makan, atau apakah sekolah Jeno lancar, atau hanya sekedar untuk tersenyum dan mengusap rambutnya tanpa sepatah katapun. Jangan lupakan makanan kesukaannya yang selalu dibawakan oleh tangan itu. Seharusnya Jeno berterimakasih kepadanya, memberikan balasan yang setimpal padanya, bukan justru menghancurkannya, bahkan merusak kedua putrinya.

"T-Tante" lirih Jeno.

Tante Listyan sedikit tersenyum "Sini, sayang."

Jeno bersimpuh dilantai memeluk kaki itu, "Maaf, maafin Jeno." lirihnya penuh penyesalan.

Putrinya meninggal karena kecelakaan, bukan salah Jeno. Tetapi putrinya hancur luar-dalam karena Jeno, gadis kecilnya yang amat dia lindungi berakhir tak berdaya ditangan Jeno, tidak hanya satu, tetapi dua-duanya. Sakit hatinya seorang Ibu bakan melebihi yang dialami kedua putri kecilnya itu, rasa kecewa yang memuncak di hati tidak dapat diganti hanya dengan kata maaf. Dua puluh tahun menjaga kepercayaan dari Tuhan seolah seluruh usaha itu sia-sia, kedua putrinya akhirnya juga terjerumus dalam satu laki-laki.

Parahnya lagi seolah dirinya lah penyebab dari kekacuan ini. Jika dirinya tak menuruti permintaan Ibu Jeno untuk menjaga Ayah Jeno, maka ini semua tidak akan terjadi. Namun semuanya sudah terjadi, semuanya sudah hancur, tidak dapat lagi diperbaiki. Air mata menetes tanpa membalas ucapan pemuda yang masih memeluk kedua kakinya terisak.

Linier [Babu Lee]Where stories live. Discover now