"Aihhh tidak jelas!" Yeaji pun langsung membuka kantung plastik itu dan melihat terdapat roti juga obat didalamnya.
Yeaji tersenyum tipis. Sangat tipis sampai dia sendiri pun tidak menyadari kalau dia tersenyum.
*
*
*Karena rumah itu tidak memiliki cukup banyak kamar, maka para tim produksi diharuskan berbagi kamar dengan yang lain.
Yeaji sendiri harus berbagi kamar dengan Hanna dan wanita menyebalkan tempo hari itu yang baru Yeaji ketahui bahwa namanya adalah So Hee.
"Ishh kenapa aku harus terjebak di tempat seperti ini."
Yeaji yang sedang duduk di single bed nya pun langsung menoleh kearah So Hee.
"Kalau kau tidak mau disini, kembali lah sana ke kota!" Hanna yang sedang merapikan pakaiannya berkata sinis pada So Hee.
"Cih. Kamar sekecil ini tapi harus berbagi dengan 2 orang sekaligus? Ini seperti kandang hewan." So Hee melipat tangannya.
Melihat kelakuan menyebalkan So Hee, Yeaji menjadi geram sendiri. Rasanya ia ingin berkata kasar, namun sadar bahwa dia tetap harus menjaga sikapnya. Apalagi dia masih lemas karena mabuk perjalanan tadi.
"Ehm...kulihat tadi kau bersama bos. Apa hubunganmu dengannya?" So Hee sudah duduk di tepi single bed nya sambil melipat tangan dan kaki nya.
Yeaji yang sedang merebahkan diri sambil menutup matanya langsung membuka matanya dan melihat sekelilingnya. Ternyata hanya ada dia dan So Hee disini karena Hanna ternyata sudah keluar. Itu berarti So Hee berbicara dengannya.
"Apa urusannya denganmu? Aku tidak harus menjawab pertanyaanmu." Yeaji kembali menutup matanya.
"Cih. Apa kau menggoda Bos dengan berpura-pura sakit? Caramu kampungan sekali."
Yeaji sadar bahwa ketika ia merasa ada yang memperhatikan mereka tadi, itu adalah So Hee. Tapi saat itu dia tidak memperdulikannya sama sekali.
Yeaji memilih tidak menjawab dan hanya memejamkan matanya. Dia malas kalau harus menanggapi wanita seperti So Hee yang ia tahu kalau urusannya akan semakin panjang jika ditanggapi.
"Yhaa... jawab pertanyaanku! Jangan berpura-pura tidur!"
Yeaji tetap memejamkan matanya.
So Hee yang merasa diabaikan pun kesal sendiri.
"Aishhh...awas saja kau!" So Hee langsung beranjak pergi.
***
Ji Hyun masih menikmati masa cuti nya. Dia benar-benar menggunakan jatah cutinya untuk menghindari Bos nya itu. Ji Hyun berpikir, ia bisa stress jika setiap hari menghadapi Bos nya itu. Lebih baik dia menghindarinya, maka batinnya akan aman.
Saat tengah menikmati buah sambil menonton tv, ia mendengar seseorang mengetuk pintu nya.
"Ish mungkin bocah itu melupakan sesuatu. Dasar ceroboh!"
Ji Hyun membuka pintu rumahnya dan langsung terkejut saat melihat seorang pria dengan wajah datarnya tengah berdiri sambil memasukkan sebelah tangannya di saku yang ternyata Bos nya sendiri.
"Sajangnim?"
"Untuk apa sajangnim disini?"
"Saya mau lihat karyawan yang sudah beberapa hari bolos bekerja."
"Maaf sebelumnya, tapi saya itu cuti. Bukannya bolos." Ji Hyun menghela nafasnya.
"Yang terpenting kamu sudah merugikan perusahaan dengan tidak masuk berhari-hari."
"Cih. Rugi apanya? Saya yang dirugikan karena dituntut kerja terus menerus." Gumam Ji Hyun mulai sewot karena Bos nya itu membuatnya kesal namun, gumamannya terdengar oleh Bos nya itu.
"Wah kamu benar-benar tidak sopan! Malah saya gak disuruh masuk dulu."
Ji Hyun berusaha menahan kesalnya dan mempersilahkan Bos nya masuk.
"Duduklah!"Ji Hyun mengerutkan keningnya dan mendengus. "Cih, ini kan rumahku." Gumamnya.
Ji Hyun pun langsung duduk bersebrangan dengan bos nya itu.
"Akhiri cuti mu dan kembali lah bekerja besok!"
Ji Hyun memutar bola matanya malas. "Maaf, tapi cuti saya masih beberapa hari lagi."
"Wahh kau bela-belain datang kesini cuma mau bilang itu?" Ji Hyun terkekeh pelan. "Yang benar saja. Apa sajangnim merindukanku." Sambungnya dengan masih terkekeh.
Pria itu menatap Ji Hyun.
"Apa sajangnim menyukaiku sampai tidak ingin berjauhan denganku?" Ucap Ji Hyun bercanda sambil terus terkekeh pelan.
"Iya."
Ji Hyun yang tertawa perlahan diam.
"Hah? Maksudnya?"
Pria itu kembali mengalihkan wajahnya. Ia menatap lurus kedepan
"Kau tau maksudku."
Ji Hyun masih mencerna apa maksud dari bos nya itu. Dia berpikir cukup keras. Hingga pria itu berdiri dari duduknya.
"Bekerjalah besok! Atau kau kupecat!" Pria itu langsung pergi meninggalkan Ji Hyun yang mematung.
Dia berusaha meng-enyahkan pikiran bodoh bahwa bosnya menyukai dirinya.
"Aishhh tidak mungkin."
"Pria itu sudah gila! Pasti dia hanya melantur! Lagian perkataannya tidak jelas!"
"Dia berbicara dengan jelas hanya saat marah dan mengancam seperti tadi! Aishhh menyebalkan!" Ucap Ji Hyun sambil memandangi pintu keluar.
*****
《TBC》
Jangan lupa ⭐ dan komen yaa...
Makasih buat yang uda Vote dan Komen❤
See you next chapter👐
YOU ARE READING
OUR DREAM
FanfictionBagaimana jika orang yg kau cintai ternyata mencintai kakakmu? Pria itu juga memintamu untuk membantunya mendekati kakakmu. Apa kau akan menyerah? Atau Apa kau akan membantunya? Kau tau mencintai tak harus memiliki. Tapi, Apa kau tak berhak untuk d...
[12] New Journey
Start from the beginning