2-PJ Matkul

Mulai dari awal
                                    

Plak

"Cukup diam. Lea cuma punya gue." Tangan Elang dengan tega menampol kepala kecil Abril.

"Ko bisa sekelas gini sih? Pasti ada unsur-unsur pake orang dalam nih. Ngaku lu Ketua!." Tuding Dareen.
Jari telunjuk nya menunjuk muka Elang tegas.

Elang menyembur jari telunjuk Dareen dengan jigongnya. Menepis kasar jari bau terasi itu.

"Jari lo bau bangsat. Enak aja gue pake orang dalem. Gue tuh jalur sepertiga malam Ren. Ga percaya kan lo." Bantah Elang.

"Cih, soksokan sepertiga malam. Bangun juga kaga lu." Cibir Galen nyelekit.

"Au lu Lang, soksokan sepertiga malam. Alrm bunyi aja lu kaga bangun." Aziel ikut mencibir.

"Tau lo, solat aja setengah-setengah."

"Sabar kawan-kawan. Anak ini emang suka halu. Udah bairin aja, mending duduk, kalian cari tempat duduk gih." titah Lea menengahi.

Ia menyudahi cibiran cibiran teman-teman Elang untuknya. Dan dengan santainya gadis itu menyuruh kelima temannya untuk duduk tanpa meliriknya.

Kelima mahasiswa itu ribut cari kursi mereka. Bagi mereka, harus tmpat paling aman dan nyaman, pokoknya harus deketan sih ini biar mudah kalau nanya nanya.

"Yok lah, gua duduk disini ya." Aziel menarik kursi di depan Acha.

Elang masih sibuk memperhatikan temannya mencari tempat duduk. Belum ada niatan sama sekali untuk duduk ditempat yang ia idamkan.

"Le, lo tenang aja Le. Sekelas sama kita, lo bakal kita jagain. Diganggu sama Elang? bilang aja ke gue. Bakal gue lindungi Le." Aziel memukul pelan dadanya membanggakan diri.

Sontak Dareen yang di samping Aziel menoyor kencang kepala lelaki itu, "Sok lu! Elang melotot dikit aja lu meleyot.  Sok sokan mau ngelindungin Lea." Ledek Dareen.

Di posisinya, Elang seketika melotot tajam ketika Abril menarik kursi tepat dibelakang Lea, kursi yang akan menjadi tempatnya.

Ia reflek menepis tangan Abril kasar. Tanganya menahan kursi itu dan menyingkirkan tubuh Abril dari sana.

"Ini tempat gue. Khusus di belakang Lea." Usir Elang sebal.

"Iya kan Le?." Tnya Elang kepada Lea.

Gadis itu hanya bergumam kecil, menandakan iya. Ya itulah perjanjian mereka. Kalau mereka sekelas, maka Elang akan duduk di belakang nya.

Temannya kompak mendelik, membiarkan ketua geng mereka berbuat sesuka hatinya.
Tangannya Elang direntangkan, menjaga jarak kursi itu dari temannya.

Lea pun juga hanya terdiam. Gadis dengan surai panjang itu tetap fokus ke buku novel nya.

****

Delapan makhluk bumi itu sudah duduk rapih di tempat masing-masing. Seperti perjanjian Elang dan Lea, mereka di meja yang berdepanan.

Lea duduk di barisan samping tembok, tepat di urutan sbelum akhir. Di sampingnya ada Acha. Lalu depannya ada Aziel. Disebalah Aziel ada Dareen. Abril dan Galen juga tidak jauh dari mereka.

Suara ricuh menyebar di seluruh inci ruangan kelas. Acha dan Lea terdiam, mereka fokus ke depan, kearah bu Rita, dosen mereka kali ini.

Tanpa Lea sadar, satu pasang mata memperhatikan nya dari tadi. Sudut bibirnya terangkat. Lelaki itu menadahkak kepalanya di atas pangkuan tangannya.

"Selamat pagi anak-anak. Apa kabar semua setelah dua bulan liburan?." Sapa Bu Rita ramah. Dosen ramah yang akan mengajar mereka kali ini. Untung Bu Rita adalah orang yang pengertian dengan mahasiswanya.

ELeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang