Diam, Gilang menatap Bi Lia, "Bunda udah sarapan?" tanya nya.

"oh si Ibu biasanya gak sarapan di rumah, Bibi gak tau Aa. Mungkin sarapan di luar" balas nya.

Gilang tetap diam, larut dalam pikirannya.

"Bibi pernah tanya ke Ibu, kenapa gak pernah makan di rumah, si Ibu jawab nya gak selera makan kalau sendirian".

Lihatlah, Gilang benar-benar mirip Bunda.

Gilang berjalan keluar rumah, "Aa kenapa gak sarapan? Nanti si Ibu marah" panggil Bi Lia.

"Gilang juga gak selera kalau makan sendirian" balas nya.

.
.

"Jazz!" panggil Aruna ketika dia melihat Jazz berlari keluar kelas dengan cepat begitu bel istirahat berbunyi.

"apa?" Jazz berhenti tepat diambang pintu, dia menatap Aruna dari sana.

"mau kemana?" tanya Aruna, dia berdiri lalu berjalan mendekati Jazz.

"kantin" balas Jazz.

"bareng lah, buru-buru amat" lalu mereka berjalan berdampingan keluar kelas.

Namun dari belakang Ara menyusul mereka, memanggil lalu ikut berjalan bersama.

Sesampainya di kantin, hal pertama yang mereka lihat adalah Jo, Ira, dan Raja yang sudah duduk lebih dulu di salah satu meja di kantin itu.

Jo, Ira dan Raja memang sahabat dekat, mereka sering di sebut-sebut satu paket karena selalu berjalan bersama bertiga sejak SD.

Ara mengambil tempat di samping Raja, tentu nya dia ingin duduk di samping pacar nya!

Mereka itu duduk di bangku panjang yang berhadapan, dengan posisi duduk Ira, Raja dan Ara di bangku kanan, dan Jo, Jazz dan Aruna di bangku kiri.

Mereka memesan makanan masing-masing.

"Raja, coba ini" Ara hendak menyuapi Raja es campur pesanan nya tadi.

"aku gak mood makan yang dingin-dingin" tolak Raja.

"okay" walau kecewa, namun Ara baik-baik saja.

"ini terlalu manis gak sih teh nya?" tanya Ira tiba-tiba.

"mana coba" Raja mengambil es teh Ira, lalu meminum nya sedikit, "iya" Raja menatap Ira, "manis" ucap nya.

Ara diam, semua orang di meja diam.

"kayak lagi ngeliat suami selingkuh tepat di depan istrinya" ketus Jo.

Sekarang semua orang di meja jadi memperhatikan Jo. Jazz dan Aruna bahkan memelototi nya.

Raja dan Ira jadi tak enak sendiri melihat tatapan polos nan sendu dari Ara.

"Ra, temenin gue yuk" ajak Aruna, dia tau Ara pasti sedih.

"kemana?" tanya Ara lesu.

"ngumpul buku" jawab Aruna, lalu berdiri mengajak Ara ikut berdiri dengan nya, dia juga membawa es jeruk nya, sayang masih banyak kalau dibuang.

Namun saat mereka hendak berjalan, "Ra" panggil Jazz memegang lengan Ara, menghentikan gadis itu berjalan.

Raja yang melihat itu tentu geram. Dia mengepalkan tangannya, menahan emosi.

Ara menoleh, menatap sebentar pergelangan tangan nya dalam genggaman Jazz, lalu menatap Jazz, "apa?" tanya nya.

"gak apa-apa?" tanya laki-laki itu memastikan.

Halo Matahari! || Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang