"Appa... tidak! Jangan... Appa buka pintunya, ku mohon," Jeno berusaha membuka pintu itu. Namun Donghae sudah menguncinya dari luar.

Kebetulan hari ini Jaehyun dan Yeeun sedang melakukan perkemahan. Jadi tidak ada yang membela Jeno saat ini.

"Anak lemah!"

"Pembunuh!"

"Anak seorang pembunuh!"

"Tidak! Tidak!"

"Tidak!"

Jeno langsung membuka matanya, seluruh tubuhnya terasa sakit dan lemas. Napasnya terengah-engah.  Jeno mencium bau obat-obatan dan sudah dipastikan dia berada di rumah sakit.

"Shhh...," dia meringis, dadanya masih sedikit nyeri.

"Oh? Kau sudah sadar? Aku akan panggilkan dokter," ucap Jaemin.

Jeno tidak menjawab, dia masih beradaptasi.

Kun datang dengan setelan jas dokternya.

"Apa masih terasa sakit?" tanya Kun.

"Sedikit," jawab Jeno.

Kun mengangguk, "sebentar lagi sakitnya akan hilang."

"Hyung... kenapa aku...

"Ah, temanmu akan menjelaskannya nanti. Hyung pergi dulu untuk mengurus obat yang harus kau minum," ucap Kun sebelum pergi dia mengacak rambut Jeno.

Jeno terdiam, dia merindukan Jaehyun yang dulu. Andai saja saat itu kecelekaan tidak terjadi pada Jaehyun.

"Kau membuatku khawatir Jeno~ya," ucap Jaemin.

"Maaf..."

"Tidak perlu minta maaf! Kau harus sehat."

Jeno mengangguk pelan.

"Apa yang terjadi? Bagaimana aku bisa di rumah sakit?" tanya Jeno.

"Aku tidak tahu jelasnya bagaimana, tapi tiba-tiba saja appa ku menelpon dan mengatakan kau di rumah sakit," jawab Jaemin.

"Jika aku tahu, kau seperti ini karena ayahmu. Aku tidak segan melaporkannya ke polisi atas kekerasan pada anak," lanjut Jaemin.

Jeno bersyukur, karena Siwon tidak mengatakan yang sebenarnya pada Jaemin.

"Ini salahku.."

"Bagaimana bisa?"

"Aku yang terlalu lemah..."

"Jeno... kau tidak menyembunyikan sesuatu dariku, kan?" Selidik Jaemin.

Jeno menggeleng.

"Kau... tadi bermimpi buruk dan terus bergumam 'tidak, bukan aku'. Apa kau ada masalah?"

"Tidak... itu hanya mimpi buruk," ucap Jeno.

Jaemin mengangguk. Tadinya dia ingin bertanya lebih banyak, tapi mengingat kondisi Jeno belum pulih Jeno mengurungkan niatnya.

"Jeno... kau sudah sadar?" Yoona baru saja datang dan langsung memeluk Jeno yang duduk di brankar nya.

"Apa ada yang sakit? Perlu eomma panggil dokter?"

"Aniya, gwaenchana."

Yoona menghela napasnya.

"Syukurlah, tadi eomma di beri kabar jika kau masuk rumah sakit. Untung tidak parah."

Jeno tersenyum, setidaknya ada yang mengkhawatirkannya. Meski bukan keluarganya sendiri. Bahkan Jeno tidak yakin keluarganya akan kemari atau tidak.

          

"Dimana paman Siwon?" tanya Jeno.

"Dia sedang menyelesaikan urusannya," jawab Yoona.

"Jaemin~a, bisa tolong eomma?"

"Wae?"

"Tolong ambilkan buah di mobil, ini kuncinya."

Jaemin mengambil kunci dari Yoona. Lalu pergi keluar ruangan rawat Jeno.

"Jeno~ya, kenapa tanganmu terluka? Sudut bibirmu juga terlihat membiru? A0a kau..."

"Tidak! Tidak apa-apa, tenang saja. Aku hanya terbentur."

Yoona mengangguk. Meski dia tahu, jika Jeno berbohong.

Bugh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bugh

Bugh

"Kau ayah terbodoh yang pernah aku temui! Ah kau bahkan manusia terbodoh!"

Siwon terus memukuli Donghae. Jika saja dia tidak menemukan Jeno, dia tidak tau apa yang akan terjadi pada Jeno.

"Jika saja aku tidak membuka paksa ruangan, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padanya..."

"Aku hanya memberikan hukuman untuknya," ucap Donghae.

"Hukuman? Lebih tepatnya itu siksaan untuknya," ujar Siwon.

"Jika kau memang tidak menyayanginya! Biar aku yang mengurusnya."

"Kau tidak ada hak!"

"Tentu bisa, dengan mengajukannya."

"Aku masih orang tua kandungnya!"

"Apa gunanya itu, jika kau tidak busa membahagiakannya. Bukankah anak sebuah anugerah?"

Donghae terdiam. Mungkin sikapnya kali ini, sudah kelewatan. Dia benar-benar kelepasan, andai saja dia tidak mendengarkan ucapan ibunya, Nayoung.

"Jeno ada di rumah sakit, kau boleh menemuinya jika kau mau meminta maaf padanya," ucap Siwon sebelum pergi.

Donghae terduduk. Dia menyesal, untuk saat ini.

"Aku gagal lagi menjadi seorang ayah," gumam Donghae.

"Kau mau lagi apel?" tawar Yoona

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau mau lagi apel?" tawar Yoona.

Jeno mengangguk. Untungnya lidahnya baik-baik saja.

"Ini..."

"Eomma, aku juga mau apel itu," pinta Jaemin.

"Ini..."

Yoona tersenyum. Dia senang melihat Jeno cukup ceria meski wajahnya pucat dengam luka lebam.

"Kenapa appa belum kembali?" tanya Jaemin.

"Mungkin urusannya banyak," jawab Yoona.

"Ah, Jaemin~a aku ingin meminjam materi-

"Kau harus sembuh dan pulih lagi, baru kupinjamkan atau kemarikan bukumu, biar aku yang menyalinnya untukmu," ucap Jaemin.

"Tidak, aku harus mengerjakannya sendiri. Aku sudah pulih cepat berikan," ucap Jeno.

"Jeno... kau harus istirahat paling tidak dua hari di rumah sakit," ujar Yoona.

"Tapi.... aku akan semakin tertinggal pelajaran dan materi... appa akan memarahiku.."

"Tidak, eomma aku mengatakan padanya."

"Jangan..."

"Semua akan baik-baik saja," Yoona mengusap kepala Jeno.

Kun datang dengan obat dan salep di tangannya.

"Ini obat untukmu, dan ini salep untuk memudarkan bekas luka," ucap Kun.

"Kenapa hyung yang mengantarnya?" tanya Jeno.

"Tidak apa-apa, bagaimana tubuhmu? Masih sakit? Atau ada keluhan lain?"

Jeno menggeleng.

"Sudah cukup baik," ucap Jeno.

"Syukurlah..."

Jeno tersenyum. Setidaknya untuk saat ini masih ada alasan kenapa dia harus bertahan. Untuk saat ini.

Ekhem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ekhem... double nih hehe

Btw, aku ultah hari ini... ekhem ekhem

Oke gitu aja^^

Happy weekend^^

SomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang