Naresh menggunakan otak liciknya untuk meloloskan diri. Dia masih berusaha mencari cara supaya bisa kabur. Yah, walau sepertinya dia kalah tenaga banget sih. Jeriko itu berotot banget, badannya kekar kayak tukang pukul. Apalagi tampangnya, nyeremin udah kayak preman.
Jadi nggak heran, modelan Naresh yang badannya nggak seberapa ini bisa mental dalam sekali sentil. TAPI NGGAK! Naresh nggak akan menyerah sampai titik darah penghabisan!
"Jalan!" Jeriko membentaknya sambil terus berusaha menyeret Naresh ke tepi kolam.
Tadi Naresh mundurnya kejauhan sampai mepet tribun. Jadi mesti butuh tenaga dan kesabaran ekstra bagi Jeriko untuk menyeret anak itu. Aksi tarik menarik pun berlangsung sengit.
"BAJU GUE BISA ROBEK GINI CARANYA TOLOL!"
"Bodoh amat!"
"GUE GAK BISA RENANG!!!"
"Lo pikir gue percaya?" Jeriko menyipit penuh dengki. "Jalan."
Naresh kelenjotan heboh macam orang lagi kerasukan arwah kuda lumping. Jeriko sampai kewalahan sendiri, disituasi ini Jeriko lengah. Naresh memanfaatkannya lalu wussshh! pegangan Jeriko terlepas dan Naresh berhasil kabur.
Jeriko melongo lalu sedetik kemudian. "MAU KEMANA LO?! BALIK ANJING!"
Jeriko mendengus lantas turut mengejar Naresh yang sudah ngibrit kencang macam peserta lari maraton ke seberang kolam. Kolamnya itu gede banget jadi lumayan butuh tenaga buat memutarinya.
Aksi kejar-kejaran itu berlangsung sampai kira-kira 10 menitan. Naresh sudah tepar duluan. Perut bagian kirinya mendadak keram dan sengkil. Dia merunduk dengan kedua tangan menumpu dilutut.
Wajahnya banjir keringat. Nafasnya tersengal. Sementara dibelakang Jeriko tidak jauh beda walau masih belum berhenti sebelum dia berhasil mencapai Naresh.
"Stop--gue mau napas--capek--rasanya kayak mau mokar anjir!" Tubuh Naresh ambruk begitu saja ke lantai. Dia berbaring terlentang dengan wajah memerah. Dadanya naik turun tak beraturan.
Alih-alih menyeret Naresh ke kolam seperti tujuan awal Jeriko justru ikut merebahkan diri di lantai. Jeriko tidak percaya dia ikut terseret dalam aksi bodoh yang Naresh lakukan.
Mereka berbaring bersebelahan seperti sepasang ikan yang terdampar di pantai.
Naresh tiba-tiba saja tertawa memancing Jeriko melirik. "Stress."
"Gue ngapain lari lari, sih?" Naresh lantas menoleh. "Lo juga ngapain ngejar gue anjing! Jadi capek kan gue!"
Jeriko hanya diam. Terlalu pening menanggapi omongan sampah Naresh.
Tiba-tiba terdengar peluit panjang yang ditiup. Bunyinya nyaring sampai membuat Jeriko dan Naresh gelagapan bangun.
Sosok Pak Budi yang tak lain adalah guru olahraga terlihat mengerenyit dari kejauhan. Dibelakangnya ada rombongan siswa yang Naresh yakini adik kelas, ikut melongok penasaran.
"Heh! Kalian berdua ngapain berduaan disana?! Bolos pelajaran, ya?!"
Keduanya langsung sigap berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter ✓
Humor(Completed) "Ter, menurut lo kenapa ayam tuh dikasih nama ayam? Kenapa nggak sapi aja atau.. kudanil gitu?" "Kalau gue gorok leher lo sekarang, kira-kira lo mati apa nggak napas aja, Na?" Nareshwara itu tinggi ✅ Ganteng ✅ Suaranya bagus ✅ Jago gom...
8. Kolam
Mulai dari awal