"Samperin aja, gue temenin. Takutnya si Sonya berbuat macem-macem sama lo." Jawab Prilly.

Retha mengangguk setuju, "Yaudah yuk."

Keduanya lantas keluar kelas, kebetulan sekali kelas mereka lagi kosong dan tidak ada pelajaran. Jadi, mereka bisa bebas pergi kemana aja. Sepertinya bukan kelas mereka saja, terbukti banyak siswa-siswi yang berlalu lalang.

Setelah sampai di rooftop, kedua gadis itu disambut oleh Sonya yang tengah bersender pada pembatas rooftop.

"Berdua? Lo takut gue apa-apain lo?" Tanya Sonya ketika melihat Retha datang bersama Prilly.

"Gue yang minta buat ikut sama Retha, karena gue yakin cewek kayak lo pasti punya rencana licik." Prilly menjawab. Sebagai teman Retha, cewek itu tidak terima jika temannya dijelek-jelekan.

Sonya tampak kesal atas ucapan Prilly barusan. Ia maju selangkah, sedetik kemudian cewek itu menampar pipi Retha.

"Maksud lo apa?" Prilly tidak terima.

"Putusin Glen." Sonya melipat kedua tangannya di depan dada, menatap kedua gadis dihadapannya sinis.

"Setelah lo udah tunangan sama Glen lo butuh apalagi, Nya? Bukannya itu yang lo mau?" Balas Retha tak kalah sinis.

"Songong ya lo, tetep aja gue nggak suka kalo lo masih ada hubungan sama Glen!"

Retha tak habis pikir, maunya Sonya apasih? Jelas-jelas gadis itu sudah mendapatkan Glen lalu untuk apa ini?

"Kalo lo cuma mau bilang kayak gini sama gue, mending gue nggak samperin lo tadi. Lo buang-buang waktu gue doang, Nya." Ujar Retha, menarik tangan Prilly dan berbalik untuk pergi dari sana.

Namun sepertinya Sonya tidak membiarkan mereka berdua pergi. Dengan kasar, Sonya menarik lengan Retha hingga gadis itu tertarik ke belakang dan membentur pembatas rooftop.

Prilly yang menyadari itu panik, untung saja sahabatnya itu tidak jatuh ke bawah. Sonya benar-benar gila.

"Gila lo, dia bisa jatuh!" Ujar Prilly, benar saja dugaannya jika Sonya pasti akan berbuat nekat pada sahabatnya itu.

"Gue nggak peduli!" Teriak Sonya. "Gue malah pengin lo jatuh dan mati tadi, biar hidup gue tenang!"

Retha merasakan punggungnya terasa sangat sakit, hingga ia sulit untuk bergerak.

"Lo senekat ini cuma gara-gara cowok? Harga diri lo dimana, Nya?"

"Diem lo, nggak usah banyak bacot!" Geram Sonya.

Apa Glen sebuta itu hingga ia tidak melihat sikap asli Sonya? Retha tak habis pikir kenapa Sonya bisa sangat ahli bersandiwara dan menarik perhatian.

"Mau lo apa sih?" Retha sudah muak. Ia akan mengikhlaskan Glen jika cowok itu memang benar-benar ingin hidup dengan Sonya.

Lalu untuk apa Sonya terus saja mengusiknya?

"Gue mau lo mati!" Sonya maju ke arah Retha, mengeluarkan benda berbahaya yang ia bawa dari saku seragamnya.

Retha dan Prilly kaget apalagi ketika melihat Sonya mengeluarkan pistol dari sakunya. Cewek itu benar-benar sakit jiwa.

"Gila, lo mau ngapain?!" Prilly seketika panik.

Sonya yang melihat raut panik dari kedua gadis dihadapannya kini tersenyum senang. Pistol yang ia bawa ia arahkan tepat pada Retha.

"Kalo lo bergerak, gue bakal tembak lo." Ujar Sonya dengan senyumnya yang sudah seperti iblis.

"Sonya, gila lo!" Teriak Prilly. Gadis itu takut jika Sonya tidak main-main atas ucapannya.

"Ssst, diem. Atau gue bakal tembak sahabat lo sekarang." Ucap Sonya lalu tertawa terbahak-bahak. Benar-benar mirip psikopat.

Sonya maju sembari terus menyodongkan pistol itu ke arah Retha. Tubuh Retha semakin terhimpit ke arah pembatas rooftop, ia bisa saja jatuh ke bawah jika Sonya nekat.

Sonya menyimpan pistolnya kembali ke saku celananya.

"Takut, hm?" Sonya menyeringai.

Tak lama kemudian, tangannya beralih mencekik leher Retha hingga membuat gadis itu kesulitan bernapas.

"Le-p-as..." Retha berusaha melepaskan tangan Sonya di lehernya. Pasokan oksigen semakin menipis hingga membuat Retha sulit bernapas.

Prilly yang melihat itu mencoba membantu Retha melepaskan cekikan gadis itu. Namun Sonya berusaha keras untuk mempertahankan tangannya.

"Lepasin temen gue, dia bisa mati bodoh!" Umpat Prilly.

Sonya tidak mempedulikan hal itu, melihat wajah dan mata Retha yang mulai memerah karena cekikannya membuat Sonya terkikik senang.

"Gue bilang lepas!" Cekikannya terlepas dan Retha terbatuk-batuk. Retha berusaha menghirup oksigen sebanyak mungkin.

Namun Sonya tak tinggal diam. Gadis itu berniat mendorong Retha agar terjatuh.

Prilly yang menyadari itu berteriak, "RETHA, MINGGIR!"

TBC

Next?

Spam komen 'up lagi dong'

Spam komen '💜'

See you next part!

About Retha [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang