Adit mencubit pipi Vena. “Jangan bohong," balasnya sambil tersenyum manis.
Vena mendesah. Ia menatap Adit dengan lesu. “Lo pernah berpikir gak sih. Kalau hidup kita gitu-gitu aja.”
Adit mengernyit. “Maksudnya.”
“Gue kemarin ketemu sama teman lama.”
“Terus.”
“Dia jauh lebih baik. Tapi, memang kebanyakan teman-temanku hidupnya jauh lebih baik. Dari segi pekerjaan, penampilan, semuanya.”
“Dan lo iri, kenapa gak kayak mereka.”
“Sedikit.” Vena tersenyum lalu berucap kembali dengan bahunya yang turun, “gue ngerasa kecil aja kalau ketemu mereka, pernah gak sih lo ada di posisi kayak gue.”
“Wajar aja, sih. Gue juga dulu gitu. Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, hidup kita gak bakalan tenang, karena apa yang kita pikiran bakalan negatif terus. Menurut gue, apa yang kita jalani ini sudah baik, kok. Kita gak menyusahkan orang tua meskipun gaji kita kecil. Jadi, jangan minder. Toh, kita gak berbuat jahat, kan?”
Vena menatap Adit dengan lekat. Sejak kapan sahabatnya ini menjadi begitu pintar memberi nasehat. Jika dilihat dari dekat, sebenarnya Adit tidak terlalu jelek, lelaki itu mempunyai kulit sawo matang dan juga bibir tebal. Ah, selama ini Vena terlalu sibuk nge-fangirl sampai tidak melihat bahwa wajah Adit juga lumayan. Tapi, tetap saja tidak ada yang melebihi gantengnya Chanyeol, pikirnya.
Memang susah kalau jiwa-jiwa fangril memilih cowok.
“Kamu benar,” balas Vena.
“Ayo kita makan, jam istirahat kita hampir habis.”
Vena mengangguk. Ia memakan makanannya sambil menimang perkataan Adit tadi, apa yang dikatakan Adit ada benarnya juga. Untuk apa ia takut bertemu dengan Alex. Toh, dari dulu Vena juga tahu jika ia memang berbeda kasta dengan pria itu, lagi pula mereka sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Mungkin saja Alex sudah punya pacar atau bisa jadi pria itu sudah punya istri.
Kini, Vena hanya berharap semoga hanya satu kali ini ia bertemu dengan mantan pacarnya dan tidak ada yang kedua kali. Ya, semoga saja.
Setelah mendapatkan wejangan dari Adit tadi. Vena lebih rileks dalam bekerja, tidak seperti tadi siang. Hari sudah mulai malam membuat Vena meregangkan tubuhnya ketika sudah menutup toko. Gadis itu melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya dan malam ini ternyata sudah pukul jam 8 malam.
“Gak kerasa sudah malam saja, padahal kita lembur, ya.” lirihnya sambil membenarkan kunciran rambut.
Di saat Vena menatap ke arah jalan raya. Wanita itu tak sengaja melihat mobil Pajero berwarna hitam. Ia sedikit menyipit tat kala melihat sosok pria yang melambaikan tangan ke arah Vena.
“Mbak, kenal?” tanya salah satu teman Vena.
Vena menggeleng. “Gak. Siapa, sih? Wajahnya gak kelihatan.”
Maklum, karena penglihatan Vena sedikit buruk jika harus melihat jarak jauh. Apalagi banyak pengendara yang wara-wiri membuat gadis itu sedikit pusing.
Adit yang sudah selesai membereskan barangnya mengajak Vena pulang. “Yuk, Ven, aku anter pulang.”
Tentu saja Vena mengangguk semangat, lumayan, kan, ia tidak kehilangan uang untuk ongkos pulang. “Ayo.”
“Aku duluan, ya,” pamitnya kepada teman-temannya yang lain.
Setelah menerima helm dari Adit, Vena segera naik ke atas motor beat putih itu. Namun, ketika Adit ingin menjalankan motornya, tiba-tiba saja seorang pria bertubuh tinggi itu menghadang motor Adit. Beruntung Adit segera menekan rem. “Kamu gila, ya!” teriak Adit yang merasa terkejut.
Siapa lagi kalau bukan Alex yang tengah memasang wajah tersenyum. “Sorry,” balasnya.
Raut wajah Alex tak mencerminkan rasa bersalah. Pria itu dengan sosok angkuhnya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku sambil melirik Vena yang tengah bersembunyi di belakang punggung Adit. Lucu sekali, pikir Alex.
“Lo siapa?” tanya Adit.
Alex tak menjawab pertanyaan Adit. Ia malah berjalan ke arah Vena. Pria itu tak peduli berbagai bisikan teman-teman Vena saat ini. Sial, padahal wanita itu sangat menghindari Alex karena tak ingin bertemu dengannya, tetapi dengan kurang ajarnya dia malah mengetuk-ngetuk helm seakan helm Vena sebuah pintu.
Wanita itu semakin tak ingin menoleh dan lebih meremas bajunya. Namun, dengan santainya pria itu berkata.
“Gue mantannya Vena.”
Vena langsung menoleh, menatap Alex dengan jengkel. Dia mau apa, sih, batin Vena menggerutu.
****
Sabar, ye Bang😜 Si Vena memang judes, apalagi sama mantan🤣🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Terhalang ( BIAS )
RomanceVena Muktasya, tak pernah berubah memuja seorang Park Chanyeol yang menjadi biasnya sejak SMA. Mungkin alasan itulah kenapa Alex-mantan pacarnya memilih memutuskan hubungan mereka meskipun pria itu dulu sedang sayang-sayangnya. Alex sangat membenci...
TBC || PART 2
Mulai dari awal