"Sangat lega sekarang disaat aku sudah mengutarakan perasaanku. Terimakasih karena jasamu selama ini. Aku tak akan menghalangi kebahagiaanmu Yoongi. Berjuanglah untuk Jihyo. Dan aku-..." Ucapannya terhenti. Yoongi masih setia menatapnya.
"Aku akan menggugurkan bayi ini" Nayeon membuka obatnya dan segera memasukkan pil itu dalam mulutnya.
Mata Yoongi membola. Segera ia meraih wajah Nayeon. Membuang obat itu. "Apa yang kau lakukan?! Muntahkan!" Pria itu menepuk punggung Nayeon sedikit keras. Ia dokter, tentu ia tahu bahwa obat itu bukan hanya obat menggugurkan bayi tapi juga bunuh diri. Nayeon juga akan mati jika meminumnya.
Yoongi memeluk erat wanita itu. Nayeon menangis deras dibahunya. Sesak sekali meski ia telah memberitahu perasaannya. Yoongi berhasil mengeluarkan obat itu, syukurlah.
"Kenapa kau nekat?! Kau gila?! Obat itu bisa membunuhmu!" Bentak Yoongi.
"Hiks..." Nayeon hanya bisa menangis.
Yoongi terdiam sebentar. Lalu tangannya mengusap rambut panjang milik Nayeon. "Aku memang belum bisa memindah posisi Jihyo dari hatiku. Dia adalah gadis yang ingin aku nikahi sejak kami bertemu dipanti. Gadis polos yang berhati tulus. Disaat orang lain jijik melihat keberadaanku, tapi dia dengan senyumnya mengulurkan tangan dan berkata 'maukah kau jadi temanku oppa?' haha...siapa yang tidak langsung jatuh cinta padanya. Hanya orang tak waras yang ingin melukai gadis sebaik dirinya"
Nayeon mengeratkan pelukannya. Tak tahu apa yang akan Yoongi katakan tapi hanya ini yang bisa ia lakukan. Berada dipelukan pria yang ia cintai begitu lama.
"Tapi kini keadaan berbeda. Aku mungkin masih mencintai Jihyo. Namun takdir menentang kami bersama. Dia hamil anak Taehyung dan aku menghamilimu. Aku memutuskan akan mencoba melupakan Jihyo meski aku tahu itu sulit" Ungkapnya lirih. Terlihat bahwa Yoongi begitu terluka. Pria itu diam-diam menghapus air mata yang mengalir sedikit. Itu pertama kalinya dia menangis dewasa ini. Luka terberat baginya, mencoba mengikhlaskan gadis yang ia cintai dengan pria lain. Memang dia bisa apa? Kali ini takdir tak mau berpihak padanya.
"Jangan bunuh bayiku, jangan bunuh anakku. Dia tidak bersalah. Darah dagingku harus tetap hidup. Kau mengerti Nayeon?" Wanita itu mengangguk.
"Maafkan aku yang tidak bisa melihat perjuanganmu. Maafkan aku yang sering menyakiti baik fisik dan batin. Tolong bantu aku melupakan Jihyo. Dan buat aku mencintaimu. Cinta sampai aku lupa pernah berambisi memiliki Jihyo sendirian. Kumohon Nayeon" Lagi dan lagi Nayeon mengangguk lemah.
Akhirnya cinta dan perjuangannya terbalaskan. Meski ia harus melewati banyak hal. Tapi ia senang, bahwa anak mereka telah membuat hubungan mereka semakin erat.
'Aku akan menyimpanmu dalam kenangan. Mengubur perasaan itu didasar sampai aku lupa dimana aku pernah mempunyai rasa itu. Park Jihyo jika takdir ini yang telah ditulis, aku harap kau bahagia baik dengan Taehyung atau dengan siapapun pria yang akan menjagamu dimasa depan'
••••
"Bersiaplah, temanku akan kemari. Buatkan minum dan berikan di ruang tamu nanti" Suruh Taehyung pada Jihyo.
Padahal dia punya puluhan pelayan. Tapi inilah dia. Suka sekali membuat Jihyo berada dalam kesusahan. Menyuruhnya ini itu. Bahkan ia sering menyuruh hal - hal yang tak diperlukan. Seperti menemaninya bermain golf, menunggunya berenang, menyuruhnya memasak, membuatkan syal rajut untuknya. Seperti seorang pembantu. Atau bahkan pengasuh. Dan tak jarang ia membuat Jihyo tak tidur untuk menemaninya bekerja. Pria itu menyuruh Jihyo membuat minumlah, menyiapkan makanan lah dan segala macam. Untung saja kamarnya berada dilantai dasar. Belum jika nanti wanita itu dihadapkan saat Taehyung dan Nancy bermesraan dihadapannya. Sakit fisik dan batin selalu ia terima. Bukan. Bukan karena dia mau mengalah, tapi karena ia juga ingin mempertahankan anaknya untuk tetap selamat.
Devil Boy vs Friendly Monster
Mulai dari awal